Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sandiwara Cinta

Zidan melangkahkan kakinya dengan gembira begitu dia memasuki halaman rumahnya. Sesampainya dia di depan pintu, dia mendapati Sarah yang sedang menelepon seseorang. Dia melambaikan tangannya  pada Zidan tanda dia ingin berbicara pada putranya tersebut. Batin Zidan sudah tidak enak  begitu Sarah memanggilnya.

“Zidan, kamu baru pulang Nak? Mama sudah menunggu kamu loh dari tadi,” tanya Sarah dengan wajah sumringah.

Menunggunya sejak tadi? Memang apa yang tengah direncanakan mamanya saat ini?

“Iya Ma, tadi ada sedikit urusan di  kampus. Sekalian mempersiapkan bahan-bahan untuk seminar di Bandung lusa. Tumben Mama nungguin Zidan pulang, ada apa Ma?” tanya Zidan basa basi.

Zidan tahu bahwa Mamanya baru saja menelepon Gisya perihal pertemuan mereka yang entah kapan.

“Oh lusa kamu mau ke Bandung?” tanya Sarah terkejut.

“Iya Ma, Sabtu pagi Zidan harus berangkat ke kampus untuk menghadiri seminar di sana, memangnya ada apa Ma?” tanya Zidan bingung.

“Hmm ... Mama barusan menelpon Gisya memberi tahu dia bahwa kamu akan menemuinya sabtu malam sambil makan malam di Cafe Romansa,” ucap Sarah dengan wajahnya sarat akan kekecewaan.

“Lalu bagaimana Ma, Zidan tidak bisa membatalkan acara seminar itu. Itu sangat penting untuk Zidan. Apa tidak bisa di undur Ma?” kata Zidan berpura-pura menyesal.

“Tidak bisa Sayang, jadwal Gisya sangat padat dan menurut Mama lusa adalah waktu yang tepat. Kamu tidak menginap kan di Bandung?” tanya Sarah penasaran.

“Tidak Ma, mungkin sore sebelum magrib Zidan sudah bisa pulang ke Jakarta,” kata Zidan.

“Baik kalau begitu kamu masih bisa bertemu Gisya kan Nak? Mama mohon sama kamu  kali ini saja kamu luangkan waktumu demi permintaan Mama,” ucap Sarah dengan sedikit memohon.

Zidan kesal sekali mendengar ucapan Mamanya yang selalu bilang sekali ini saja. Padahal setiap dia meminta sesuatu dari Zidan ucapannya selalu begitu. Dengan raut wajah yang tak enak Zidan pun menjawab permintaan Sarah.

“Zidan tidak bisa janji ya Ma, tapi Zidan pasti akan usahakan untuk menemui Gisya. Sekarang Zidan mau ke kamar dulu, Zidan lelah. Oh iya ini ada bingkisan dari mahasiswa Zidan Ma,” kata Zidan sambil memberikan bingkisan dari Yocelyn kemudian berjalan ke kamar meninggalkan Sarah. 

Sesampainya di kamar, Zidan hanya termenung memikirkan ucapan mamanya. Perasaan yang tadinya senang kini berubah menjadi murung. Zidan memilih untuk mandi dan istirahat di kamarnya. Sarah mengetuk kamar Zidan dan memintanya untuk makan malam tapi ditolak Zidan. Dia tau mamanya akan terus membahas Gisya saat mereka makan malam nanti.

Zidan sudah bersiap untuk berangkat ke kampus pagi ini. Ketika dia keluar kamar Sarah sudah berdiri di depan pintu kamar Zidan ingin memanggilnya.

“Mama, sedang apa di sini Ma?” tanya Zidan terkejut.

“Mama mau panggil kamu untuk sarapan. Mama pikir kamu marah sama Mama karena tidak seperti biasanya kamu lama keluar kamar,” ucap Sarah sedih.

“Ya ampun Ma, bisa-bisanya Mama berpikiran seperti itu. Zidan tadi terima telepon dulu Ma makanya belum keluar kamar untuk sarapan, lagi pula untuk apa Zidan marah Ma?” tanya Zidan heran.

“Syukurlah kalau kamu memang tidak marah pada Mama, ya Mama pikir kamu marah soal pertemuan kamu dengan Gisya besok,” kata Sarah pelan.

“Ma, Mama tahu kan selama ini Zidan tidak pernah menolak permintaan Mama. Selama Zidan bisa pasti akan Zidan lakukan Ma. Tapi kalau untuk pertemuan besok bukannya Zidan tidak mau Ma, hanya saja waktunya memang bertepatan dengan seminar yang penting untuk Zidan. Jadi Zidan usahakan untuk bisa menemui Gisya,” ucap Zidan sambil merangkul ibunya.

Sarah pun hanya menganggukkan kepalanya dan mulai sarapan bersama anak dan suaminya.

“Zidan berangkat dulu ya Ma, Pa,” pamit Zidan pada orang tuanya.

“Hati-hati ya Nak,” kata Sarah.

Sesampainya di kampus Zidan melihat Yocelyn juga baru turun dari mobil. Dengan cepat dia keluar dari mobilnya dan memanggil gadis itu.

“Yocelyn” panggil Zidan sambil melambaikan tangan.

Yocelyn menengok ke arah suara yang memanggilnya. Dia terkejut melihat seseorang yang memanggilnya ternyata orang yang selama ini dia kira sombong.

“Pak Zidan, ada apa Pak?” tanya Yocelyn ketika Zidan sudah mendekat.

“Maaf saya harus menyampaikan sesuatu padamu,” kata Zidan.

Zidan menatap Yocelyn sejenak, ada perasaan tidak enak untuk mengutarakan keinginannya. Namun mereka telah sepakat saling membantu satu sama lain.

“Sesuatu apa Pak?” tanya Yocelyn heran.

“Sepertinya kita harus menjalankan rencana kita besok malam seusai saya kembali dari seminar,” ucap Zidan.

Lelaki itu menatap perubahan ekspresi wajah Yocelyn.

“Secepat ini Pak?” tanya Yocelyn lagi, tersirat ketidakpercayaan dalam diri Yocelyn.

Kini dia menjalani ekting, namun terasa nyata. Dia harus berekting tanpa skenario, tanpa kamera, dan tanpa sutradara yang mengarahkannya. Ekting menjadi pacar pura-pura ini akan menguji kemampuan Yocelyn dalam dunia sandiwara cinta.

“Iya. Apa kamu keberatan? Atau kamu sudah ada janji dengan seseorang?” tanya Zidan cemas.

“Oh bukan Pak, bukan itu maksud saya. Saya hanya terkejut saja. Lalu apa yang harus saya lakukan besok malam Pak?” tanya Yocelyn.

Zidan pun menjelaskan pada Yocelyn kan rencanya. Dia akan menjemput Yocelyn di apartementnya setelah dia kembali dari seminarnya di luar kota. Mereka pun berpisah, Yocelyn masuk kedalam kelas sedangkan Zidan menujur ruangannya.

Hari yang di tunggu oleh Sarah pun tiba. Dia kembali menelpon Gisya untuk memastikan bahwa gadis itu harus datang ke cafe yang sudah di maksud oleh Sarah. Gisya mengatakan bahwa dia sudah siap untuk bertemu denga Zidan. Dia mengerti kalau Zidan tidak bisa menjemputnya untuk pergi ke cafe tersebut, karena dia sudah diberi tahu Sarah bahwa Zidan sedang ada seminar di luar kota. Tapi Sarah meyakinkan Gisya bahwa Zidan pasti datang.

Gisya berkali-kali melirik jam tangannya namun lelaki yang di tunggunya tak kunjung datang. Minuman yang dia pesanpun sudah hampir habis. Dia berpikir untuk meninggalkan cafe itu karena belum ada tanda-tanda bahwa Zidan akan datang, namun sekali lagi dia teringat bahwa Zidan memang sedang berada di luar kota dan saat ini sedang berada di perjalanan.

Di kamar apartemennya Yocelyn sibuk memilih-milih baju apa yang akan dia pakai untuk bertemu orang tua  Zidan. Walau hanya sebagai pacar pura-pura tetap saja Yocelyn tidak mau berpenampilan asal-asalan di depan Zidan dan keluarganya. Yocelyn mempersiapkan diri karena Zidan akan menjemputnya.

Gisya sudah tidak tahan lagi menunggu kehadiran Zidan. Tak terasa sudah satu setengah jam dia berada di cafe ini sendirian. Dengan rasa kecewa dia menelepon Sarah untuk mengadu bahwa Zidan sampai saat ini tidak datang bahkan susah untuk dihubungi.

“Tante, Gisya minta maaf sepertinya Gisya sudah tidak bisa menunggu Zidan lagi, sudah terlalu lama Gisya di sini. Kalau saja Zidan bisa di hubungi jadi atau tidaknya dia datang kan lebih baik Tante, tapi Zidan sama sekali tidak bisa di hubungi Gisya bingung harus bagaimana, jadi lebih baik Gisya pulang saja ya Tante. Menurut Gisya juga Zidan belum siap dengan semua ini,” kata Gisya dengan nada kecewa.

“Gisya Sayang, Tante minta maaf atas nama Zidan ya Sayang. Tante juga bingung kenapa dia bisa-bisanya tidak datang, Tante juga susah menghubunginya. Ya memang sih dia bilang dia akan mengusahakan untuk menemui kamu tapi tante tidak berpikir bahwa dia tidak bisa dihubungi seperti sekarang ini. Sekali lagi Tante minta maaf ya Nak,” ucap Sarah merasa tak enak hati.

Sarah kesal dan malu atas perbuatan anaknya tersebut. Berkali-kali dia meminta maaf pada Gisya atas kelakuan Zidan, dan berjanji akan menegur putranya saat dia tiba dirumah nanti. Sarah pun meminta Gisya untuk meninggalkan cafe tersebut. Gisya menuruti dan ada nada kekecewaan yang terdengar dari balik telepon.

“Aduh Zidan ini tega-tega nya dia mempermalukan aku, kalau memang dia tidak bisa datang harusnya dia memberi info pada Gisya, jadi dia tidak perlu menunggu selama itu,” cerocos Sarah.

Zidan baru saja menyalakan ponselnya karena dia sudah berada di lobby apartement Yocelyn. Dia pun segera menghubungi Yocelyn dan gadis itu meminta Zidan untuk menunggunya di mobil karena dia akan segera turun.

Setelah Zidan mengakhiri sambungan teleponnya dengan Yocelyn dia melirik notifikasi di layar ponselnya. Begitu banyak panggilan tak terjawab dari Sarah maupun Gisya. Zidan hanya tersenyum melihatnya. Dia sudah bisa menebak apa yang akan terjadi saat dia tiba di.rumah nanti jika dia tidak membawa Yocelyn.

Untung saja dia sudah punya rencana yang sudah di rancangnya bersama Yocelyn. Lagi-lagi Zidan tersenyum karena dia yakin mamanya akan merasa senang jika dia membawa Yocelyn ke rumahnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro

Tags: #corlyn