Maaf...
Anu,
Hmmm
Anu
Anumu
Anuku
Anu-anu
Oh
Ih
Ah
Uh
Eh
Anuku anumu anu anu
Selesai...
Aku kamu terkulai
Di atas fantasi kaum prolater
Mendesah, menyeka keringat
Mencuci pikiran menjadi jernih
Seperti cakrawala tanpa kabut asap
Asap keserakahanmu
Para borjuis penikmat nikmat

Anuku
Anumu
Anu kita menggerutu
Mendapati penuh hiruk
Benak semak penuh berahi
Mengangkangi jengkal demi jengkal bumi dengan rencana-rencana besar
Membasmi anu anu anu yang tegar mempertahankan harmoni alam tanpa basa basi
Teguh tak luruh menjadi bagian harmoni alam
Bukan para penikmat hasrat yang datang membawa parang
Menjengkali bumi air dan segala isinya untuk melukiskan imajinasi serakahnya

Deru-deru keserakahan menggaung di cakrawala
Menjatuhkan rencana-rencana di bumi yang asing baginya
Tak mau tahu harmoni yang sakral sudah senggama membumi
Hancurlah anumu
Anuku
Anu kita
Tak bisa lagi anu-anu
Mendesah dan memancarkan madu-madu hutan dari selangkangan perkasa
Dan bumi mengubah tingkah polah menjadi pemarah
Bersinergi memperkosa ibu pertiwi
Hingga berdarah tumpah
Aku kau kita lupa harmoni tempo lusa
Lupa desah alam yang menjadi pagi yang syahdu
Semua menjadi angkuh dan teguh
Aku kau kita menjadi penghuni baru panggung kita sendiri
Asing di tanah kita sendiri...

Anuku
Anumu
Anu kita hanya bisa meratap sesal
Tak bisa mengubah realitas menjadi harmoni masa lalu,
Rindu desah dan madu-madu yang memancar hangat dari selangkangan yang kukuh.

Palangkaraya, 4 August 2019