16 - She Was His Dreams
Chris tak habis pikir dengan apa yang Bianca lakukan. Adiknya itu terlihat tengah membuntuti Bu Reza dengan tatapan siswa lain di koridor. Chris sendiri seharusnya sedang menikmati istirahatnya dengan sekotak teh manis kemasan sambil curi-curi wifi di depan perpustakaan. Namun sekarang dia harus membuntuti adiknya diam-diam.
Bukan hal aneh jika banyak pasang mata yang penasaran dengan apa yang Bianca perbuat. Karena ada hal janggal ketika Bianca berjalan di balik punggung Bu Reza, air wajah guru BK tergalaknya itu seperti tengah mengeluarkan asap dari kedua telinganya. Bahkan wajahnya lebih seram dari ketika beliau menggeret Chris dan teman-temannya.
Langkah lebar Chris membuat laki-laki itu lebih dulu sampai di depan pintu dibanding gerombolan cewek kepo yang dipastikan adik kelasnya. Chris menegur salah satu dari mereka dan menanyakan perihal adiknya. Namun tentunya tidak dengan terang-terangan. Tidak ada yang tau kalau Chris adalah kakak kandung Bianca.
"Dek, di dalem ada apaan?"
"E-eh itu kak, ada anak kelas aku yang buat ulah di perpustakaan tadi."
"Temen kalian, dong." Chris memasang wajah pura-pura bodoh, meskipun menurut Bianca wajah aslinya sudah cukup bodoh.
Respon yang didapat benar-benar sesuai ekspektasi. Adik kelas itu tertawa pelan diikuti gerombolan temannya yang berjedai pelangi. Ah, maksudnya jedai mereka kalau digabungkan seperti pelangi warnanya.
"Temen sekelas sih iya, tapi anak kelas gak ada yang temenan sama dia, tuh."
Woah! Hebat sekali anak ini berani bilang begitu di depan kakaknya? Kalau saja Chris perempuan juga, sudah Chris tarik jedai mereka dan menjepitnya di mulut mereka agar tidak asal bicara.
Chris ikut tertawa ringan. Sandiwara Chris jauh lebih cantik daripada kepribadian mereka.
"Sayang banget, ya. Padahal anaknya cantik gitu. Tadinya mau minta id line dia ke kalian, tapi kalian gak temenan."
Chris berlalu setelahnya. Tidak mungkin kalau mereka tidak mengenal Chris. Anak band yang mengisi acara di pentas seni SMA Pertiwi dua tahun lalu. Ketika sekolah ini adalah sekolah impiannya karena ia memenangkan lomba musik yang diselenggarakan sekolah ini.
Meskipun sekarang malah jadi kacau. Tidak ada lagi kegiatan klub seni di sekolahnya lagi semenjak Chris angkat kaki menuju tingkat paling akhir dan harus fokus ujian. Masalahnya bukan hanya berlaku bagi Chris, tapi bagi semua murid di Pertiwi.
"E-eh kak Chris!"
Apalagi sih?
Kalau Chris tidak menjaga imagenya, Chris tidak akan menengok kembali.
"Ah itu... Aku punya kontak cewek di dalem, tapi aku gak hafal idnya. Gimana kalau aku send contact aja?" Adik kelas berjaket biru ini terlihat malu-malu. Pipinya memerah dan Chris hanya bisa tertawa sinis melihatnya.
Kalau Luna ada di sini bisa-bisa Chris sudah mati di tempat.
"Emm... Nama lo siapa?"
"Aku Luna." Gadis itu mengulurkan tangannya. Namun Chris hanya terdiam dan tidak menggerakkan tangannya yang berada di dalam saku celana. Namanya kenapa harus sama dengan pacarnya sendiri?
Menyebalkan.
"Gimana ya, tapi kayanya gue udah punya kontak dia."
"Hah? Kok bisa?"
"Bianca Alyssa yang dianggap bayangan di kelasnya? Ah bukan, satu sekolah gak ada yang suka sama dia, ya?"
"K-kok kakak bisa tau?"
Cih. Yaiyalah gue tau! Bianca kan kemarennya abis curhat sama gue!
"Yaa soalnya dia adek gue."
Chris benci harus melawan cewek satu di depannya ini, tapi Chris jauh lebih benci ketika adiknya digunjingkan negatif.
"Ohiya, Caca punya nama. Bukan cewek di dalem ataupun temen gak dianggap. Bahkan gue bisa bikin lo gak dianggap satu sekolah kalo gue mau."
Chris melanjutkan jalannya yang sempat tertunda. Bertanya apa yang Bianca perbuat tidak akan ada hasilnya jika yang ditanya semacam perempuan itu.
Saat ini Luna kw bagi Chris itu tidak penting, yang penting Chris harus membuat Bianca bicara nanti. Dan sebenarnya agak menyebalkan ada lawan sifat dari dua Luna yang ia kenal dan yang ingin dikenal.
"Sial! Lo pikir lo siapa bisa seenaknya kaya gini? Gue gak takut sama kakel berandal yang kerjaannya cuma cemarin nama sekolah!"
Semuanya memuakkan, bagi Chris gadis itu jauh lebih memuakkan dari yang paling memuakkan.
"CHRIS GAK USAH KEGATELAN LO SAMA ADEK KELAS! EMANGNYA LO BISA KABUR SETELAH KETAWAN JALAN SAMA CEWEK LAIN?"
Wahai kerang ajaib, gertakan Luna yang asli lebih menakutkan!
"Aduh Luna sayang, Sabtu kemarin tuh aku jalan sama Bianca."
"Gak percaya!"
"Ya terus aku harus gimana biar kamu percaya?"
"Pikir aja sendiri!"
"Kok gitu sih, Lun?"
"Terserah!"
Dasar cewek.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro