bab 17
"Gue masih heran, bisa bisanya gue dapet partner cewek tengil ngeselin kayak elu," cerocos Arka tak terima saat makan siang dan sedang duduk berdua di lab dengan Elda.
"Dihh, gue gak ngeselin kok. Ngangenin iya."
"Pede."
"Nih ya, harusnya kakak bersyukur di pertemukan sama gue bahkan di buat deket sama gue. Soalnya di luar sana itu banyak orang yang menginginkan posisi kakak."
"Yang ada, harusnya elu yang bersyukur. Bisa jadi partner cogan kaya gue."
"Songong, gue cantik, di taksir banyak cowok aja diem!" jawab Elda tak mau kalah.
Dan mereka kembali memulai perdebatan. Si cecan idaman dan si cogan penuh kharisma.
"Bodo ah, gue laper. Dari pada ngomong sama elu mending makan." Arka segera membuka kotak bekal yang dibawakan Elda dan melahap isinya sampai habis.
Begitu juga Elda, ia begitu menikmati makan siangnya. Bukan karena masakan mamanya selalu enak. Tapi karena dia bisa melihat Arka makan dengan begitu lahap. Padahal awalnya dia menolak makanan itu.
"Hemm, katanya tadi gak mau? Kok makannya gitu banget sih?" sindir Elda.
"Gak ikhlas? Ya udah, nih ambil lagi." Arka membuka mulutnya lebar lebar di hadapan Elda.
Elda mengerutkan dahi, tapi sesaat kemudian dia tertawa saat melihat ada cabai di gigi Arka.
"Ngapain lu? Gila ya?" tanya Arka heran.
"Wuahahaha, coba deh lu ngaca." Elda memberikan handphonenya pada Arka agar layarnya bisa digunakan cowok itu untuk bercermin.
"Anjirr, bilang kek. Bikin malu aja."
"Yee, itu kan salah lu sendiri," jawab Elda sembari cekikikan.
Drttt drttt
"Eh, bentar. Gue angkat telfon dulu kak!" tanpa menunggu jawaban Arka, Elda segera keluar untuk mengangkat telfon dari Vera.
"Ada apa, Ver?"
"Lu jadi jemput ga?"
"Lu kan lagi sakit."
"Gak kok, udah baikan nih. Boleh yaa? Gue suntuk di rumah terus."
"Emm, oke deh. Tapi lu beneran udah baik baik aja?"
"Iya, gue udah baikan."
"Oke, see you."
"See you too."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro