Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Selamat malam, istriku


Tubuh kecil Ify meringkuk, bergetar hebat dibawah wastafel, kedua kakinya ia lipat dan kedua tanganya memeluk lipatan itu. Hanya suara tangisan dan isakan yang terdengar di kamar mandi. Ify merasakan rasa sesak yang teramat dalam. Ia begitu merindukan sosok Rio.

Seluruh baju Ify basah kuyup beserta rambutnya, dinginnya lantai kamar mandi semakin menusuknya. Apalagi ini sudah hampir jam 12 malam, dan Ify masih berada di dalam sini. Mungkin hampir 3 jam Ify meringkuk di dalam kamar mandi dan terus menangis.

Kepala Ify semakin terbenam, semua ingatan tentang Rio berputar-putar di otaknya. Kenangan Rio memperlakukanya bagai putri raja, selalu memanjakanya, dan kenangan bagaimana Rio menyakitinya, berucap kasar kepadanya. Semua saling bertabrakan menjadi satu di otaknya.

Semua ingatan itu semakin membuat kepalanya hampir meledak. Ia semakin terisak pedih, sendiri.

Harapan Ify hanya satu, Rio ada disini! Memeluknya! Sungguh Ify sangat berharap itu.

Dan.... Harapan itu terkabulkan.

Suara pintu kamar mandi terbuka lebar, Kepala Ify langsung terangkat ke atas menatap siapa yang berada disana. Rio ada dihadapanya saat ini, suaminyalah yang sedang berdiri menatapnya dengan tatapan nanar dan miris.

"Rio..." isak Ify memecahkan kembali tangisnya.

"Rio maafin aku kalau aku punya salah sama kamu. Rio, aku minta maaf sama kamu"

"Aku minta maaf yo, maafin aku"

"Rio maafin aku, aku minta maaf . Aku sunguh minta maaf"

"Jangan diemin aku lagi yo, aku nggak mau. Aku minta maaf"

"Aku nggak bisa kamu diemin kayak gini. Aku minta maaf, ampuni aku yo"

"Aku minta ampun, ampuni aku. Ampun yo. Ampun"

"Ampun Mario"

"Aku minta maaf Mario"

Ify menangkupkan kedua tanganya, sangat memohon. Perlahan dilihatnya suaminya itu mendekatinya, berjongok dihadapanya dengan tatapan pedih.

"Fy....." lirih Rio dengan suara serak. Kedua tangan Rio bergerak memegang kedua bahu Ify yang bergetar hebat.

"Yo aku nggak tau aku salah apa, Sumpah aku nggak tau. tapi kalau emang aku salah aku minta maaf. Maafin aku"

"Terserah kamu mau salahin aku nggak apa-apa, salahin aja aku. Aku emang salah. Aku emang bukan istri yang baik. Aku emang salah!. Tapi aku mohon maafin aku yo, jangan diemin aku" isak Ify tak bisa ia tahan lagi. Semuanya terluapkan, ia ledakan menjadi satu.

"Rio jangan diemin aku, aku mohon yo. Jangan diemin aku. Aku mohon"

Air mata terus mengalir deras di kedua pelupuknya, sampai menyebabkan warna merah disana. Ify sendiri tidak tau sudah berapa lama dirinya menangis seperti ini.

"Yo ngomong yo... Aku mohon jangan diemin aku kayak gini" rengek Ify menatap Rio dengan tatapan penuh harap.

Rio menatap Ify lekat, kemudian menarik gadisnya kedalam pelukannya. Memberikan kehangatan di tubuh Ify yang sudah basah, entah terkenapa apa. Mungkin gadis ini sempat masuk kedalam bath-up merendamkan diri.

Pelukan Rio membuat tangisan Ify semakin memecah. Ify merindukan pelukan Rio yang begitu nyaman. Ia sangat merindukanya.

"Jangan nangis lagi" bisik Rio dengan suara lembut.

Napas Ify tercekat, betapa ia merindukan suara yang halus itu. Entah sudah berapa lama Ify tidak mendengar nada suara Rio yang selembut dan sehangat itu. Ify merasakan tubuhnya semakin gemetar.

"Aku minta maaf yo. Jangan tinggalin aku, aku nggak mau pisah sama kamu"

"Jangan pernah pergi lagi, jangan pergi tinggalin aku sendirian disini. Aku takut yo. Aku minta maaf"

Rio membelai rambut Ify dan mencium puncak kepala Ify beberapa kali.

"Iya sayang, aku nggak akan tinggalin kamu"

"Kamu jangan nangis lagi. Aku nggak marah sama kamu. Aku yang salah. Aku yang minta maaf" ucap Rio terdengar sangat tulus.

"Aku minta maaf yo, maaf" isak Ify tak bisa reda. Hanya kalimat itu yang terus-terusan terucap di mulut Ify. Padahal ia sendiri tidak tau apa yang membuatnya harus meminta maaf? Apa yang telah ia perbuat sampai harus minta maaf?. Tapi Ify tidak peduli. Ia hanya ingin Rio kembali kepadanya. Ia hanya ingin Mario-nya yang lembut dan hangat kembali ke sisinya.

Mungkin terdengar sangat gila dan tidak waras tapi sungguh Ify sudah cinta mati kepada Rio. Ia tidak ingin kehilangan suaminya itu!.

Rio melepaskan pelukanya, menatap Ify yang sangat berantakan. Rio membelai kedua pipi Ify dengan sangat lembut, lalu merapikan beberapa helai rambut Ify yang berantakan.

"Udah jangan nangis ya" pinta Rio

"I....ya..." jawab Ify dengan napas tersenggal-senggal.

Rio pun langsung membopong tubuh mungil istrinya, membawa Ify masuk kedalam kamar, menghangatkan tubuh Ify yang terasa dingin dan terus bergetar.

Rio mendudukan Ify dibawah pinggir kasur, membuka jaketnya dan menaruhnya dibawah sebagai pijakan kedua kaki Ify agar tidak menginjak lantai. Rio menatap Ify sekilas, gadis itu masih terisak walau tak separah tadi.

Rio berjalan ke arah lemari, mengambil baju ganti untuk istrinya beserta handuk kecil yang baru. Setelah itu Rio kembali mendekati Ify yang sedari tadi tatapanya terus mengikutinya.

Rio meletakkan baju ganti Ify disamping gadis itu.

"Kamu ganti baju dulu, baju kamu basah sayang. Nanti kamu sakit"

Ify menganggukan kepalanya menuruti perintah suaminya. Perlahan ia menggerakan kedua tanganya yang masih bergetar ke bajunya, untuk membuka kancing baju tidur yang dipakainya sekarang.

Rio memperhatikan saja yang dilakukan Ify. Jemari Ify terlihat begitu lemah dan terus saja gemetar, berkali-kali istrinya itu membuka kancing bajunya dan berkali-kali juga gagal. Rio menghela pelan.

Rio mendekati Ify, kemudian berjongkok di depan istrinya. Rio menarik kedua tangan Ify, agar menjauh dari bajunya. Rio merasakan dinginya jemari Ify seperti es-batu sangat dingin sekali.

Rio menatap Ify sejenak, memberikan sorotan hangat dan ketenangan.

"Aku buka ya" ucap Rio meminta izin.

Ify terdiam sesaat, sampai akhirnya ia mengangguk mengiyakan. Toh, tidak ada yang salah jika Rio melakukanya. Pria itu adalah suaminya sendiri, dan tentu sangat berhak melakukanya walaupun tidak meminta izin darinya.

Ify mengalihkan tatapanya, tak berani menghadap ke Rio. Ia membiarkan Rio yang mulai membuka satu persatu kancing bajunya yang basah. Sesekali Ify melirik, wajah Rio terlihat sangat tenang dan datar.

Rio melucuti seluruh pakaian basah yang ada di tubuh Ify, kemudian mengeringkanya kulit-kulit tubuhnya dengan handuk kecil yang dibawahnya tadi. Mengusapnya mulai dari wajah Ify sampai ujung kaki Ify.

Ify merasakan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat, pipi-nya pun memanas, merona. Ia sangat malu mendapati dirinya tidak memakai sehelai apapun dihadapan Rio untuk pertama kali. Ify mengigit bibirnya, menahan kegugupanya yang berlimpa ruah!.

Setelah melihat tubuh Ify kering, Rio segera mengenakan kembali baju ganti yang baru untuk istrinya. Rio membantu Ify dengan sabar dan penuh cinta. Melihat perlakukan lembut Rio yang kembali seperti dulu, membuat air mata Ify jatuh lagi. Ia merindukan sekali sosok Rio.

Rio tersenyum kecil dengan hasil yang telah ia lakukan. Rio kembali berdiri, dan menatap Ify lekat.

"Sudah sayang" ucap Rio mencium singkat puncak kepala Ify.

Setelah itu Rio membantu mengangkat kedua kaki Ify ke-atas kasur, membaringkan tubuh Ify pelan-pelan, dan memberikan kecupan lembut sekali lagi di kening istrinya.

"Aku mandi dulu ya. Kamu istirahat" ucap Rio tenang.

Ify menggelengkan kepalanya, tangan kananya memegang lengan Rio erat.

"Jangan tinggalin aku lagi. Kamu tdiur disini" lirih Ify sangat memohon, isakanya yang tadi mulai merada perlahan terdengar kembali.

Rio tersenyum kecil.

"Iya sayang. Aku cuma mau mandi sebentar. Aku nggak kemana-mana kok"

Ify mengangguk-anggukan kepalanya, menurut. Kemudian melepaskan tanganya dari lengan Rio. Membiarkan suaminya itu masuk kedalam kamar mandi.

Ify menatap langit-langit kamar, menghembuskan napas penuh kelegaan. Akhirnya penantian panjangnya selesai sudah. Rio telah kembali ke semula dan tidak marah lagi seperti kemarin. Ify sangat senang sekali.

Ify menunggu Rio keluar dari kamar mandi.

20 menit kemudian, yang ditunggu keluar. Rio berjalan mendekati kasur dengan piyama tidur dan wajah yang sangat fresh bahkan senyum Rio terus mengembang diarahkan ke istrinya, mau tidak mau Ify pun ikut tersenyum. Sekali lagi, Ify merindukan senyum hangat itu.

"Sini yo" pinta Ify agar Rio segera berbaring disampingnya.

Rio mengangguk menurut, ia segera naik ke atas kasur dan mendekati istrinya. Rio menarik tubuh Ify agar lebih dekat denganya, menjulurkan tangan kananya sebagai bantalan kepala Ify seperti biasanya.

"Kamu tidur ya sayang" ucap Rio pelan.

Ify menghirup sepuasnya bau tubuh Rio yang sudah lama tidak ia rasakan. Ia benar-benar merindukanya. Ify merasakan napasnya bergetar lagi. Ify ingin menangis lagi.

"Rio aku minta maaf, aku buat kamu marah besar. Maafin aku"

"Udah sayang, kamu nggak salah. Aku yang minta maaf" balas Rio terdengar sangat tulus.

"Aku kangen sama kamu yo. Aku setiap hari tidur sendirian. Nggak ada kamu. Aku takut setiap malam."

"Iya sayang, maaf"

Ify mendongakkan kepalanya, ingin melihat jelas wajah suaminya.

"Kamu udah nggak pernah lagi makan masakan aku, kamu nggak pernah lagi tersenyum ke aku, kamu nggak pernah lagi anterin aku ke sekolah bahkan kamu juga nggak pernah lagi ngacak-ngacak rambut aku" isakan Ify mulai terdengar lagi. Ify sekali lagi menangis.

Rio mengeratkan pelukanya, membelai rambut Ify memberikan kehangatan dan kenyamanan yang dirindukan oleh istrinya.

"Aku kangen kamu bilang selamat malam ke aku, kamu juga nggak pernah cium aku lagi. Aku kangen kamu, Mario"

Rio mengangkat tubuh Ify agar lebih naik, men-sejajarkan kepala mereka berdua. Rio kini dapat melihat jelas wajah istrinya. Kedua mata Ify membengkak dan sembab, sekali lagi membuat Rio menatap Ify dengan pedih. Ify pasti telah banyak menangis. Pikirnya.

"Maafkan aku sayang" ucap Rio dengan suara serak.

"Apa kamu ingin aku cium kamu sekarang?" tanya Rio dengan nada sedikit menggoda, jemari Rio bergerak membelai bibir mungil Ify.

"Hmm." deham Ify menganggukan kepalanya.

Rio tersenyum kecil, kepalanya bergerak mendekat ke Ify saling menerpa hangatnya napas masing-masing dan detik selanjutnya jarak diantara mereka tak lagi terpisahkan. Kedua bibir mereka saling menyatu.

Rio memberikan sebuah ciuman yang hangat dan sangat lembut. Bukan ciuman nafsu gairah yang biasanya mereka lakukan.

Rio melepaskan ciumanya, menjauhkan kepalanya dengan memberi sedikit jarak. Ia mengangkat selimut mereka lebih ke atas.

"Selamat malam, istriku" ucap Rio pelan dan mencium puncak kepala Ify.

*****

Ify membuka kedua matanya pelan-pelan, terasa sangat berat dan lengket. Ia mengerjapkanya beberapa kali, mengumpulkan seluruh nyawanya untuk tersadar. Helaan berat keluar dari bibirnya, merasakan kedua matanya yang basah.

Kedua matanya memandang jam dinding yang ada diatas sana. Pukul 2 dini hari. Langit masih gelap, dan keadaan sangat sepi. Tidak ada suara apapun disekitarnya.

Ify tersenyum miris, hampir setiap malam ia terbangun di waktu yang sama dan bermimpi yang sama. Bermimpi Rio akan datang kepadanya, memeluknya dengan hangat dan mengucapkan selamat malam kepadanya. Namun, semuanya hanya sebuah angan, sebuah mimpi belaka. Yang entah kapan bisa terwujudkan.

Dan setiap kali terbangun, Ify pasti merasakan basah di kedua matanya. Ia menangis dalam tidur.

Kepala Ify bergerak 90 derajat, menoleh ke samping. Masih sama, kosong tidak ada siapapun disana. Tidak ada suaminya. Senyum pedih terbentuk di bibir mungilnya.

Ify menjulurkan tangan kiri-nya, membelai bantal yang ada disampingnya, rasa rindunya begitu besar kepada suaminya. Ia sangat merindukan sosok suaminya, sosok Mario. Dada Ify menyesak kembali, seperti dipukul dengan palu berulang-ulang.

Ify meremas dadanya sendiri berkali-kali, berusaha menghilangkan rasa sakit, sesak dan pedih yang mengumpal menjadi satu disana. Ify merasa sangat lelah menangis terus seperti ini. Ia benar-benar lelah.

28 hari! Hampir 1 bulan, Rio memperlakukanya kejam seperti ini. Rio meninggalkanya tanpa kata apapun, meninggalkanya sendirian di kamar ini. Ify memejamkan kedua matanya kuat, tidak pernah membayangkan pernikahanya akan seperti ini.

"Aku salah apa yo?" lirih Ify dan membuka kembali kedua matanya.

Helaan berat ia keluarkan, mencari energi untuk seluruh tubuhnya sendiri.

"Jangan nangis lagi Dafychi! Sudah cukup! Ini lebih dari sangat cukup!"

"Jangan pernah biarkan air mata kamu keluar lagi! Ini bukan kamu!"

"Jangan pernah setetes pun!"

"Jangan Dafychi!"

Hanya kalimat itu yang menjadi penguat Ify sekarang. Sebagai perisai di hati, pikiran dan tubuhnya mulai detik ini. Ia meyakinkan pada dirinya sendiri untuk tidak menangis lagi. Sudah cukup 28 hari penderitaanya!.

****

Rio membuang botol minumanya dengan tatapan hampa. Ia menatap ke layar ponselnya, entah sudah keberapa panggilan dari istrinya itu tida ia hiraukan. Ia campakkan begitu saja.

Rio memejamkan kedua matanya, mengepalkan kuat kedua tanganya, mengingat kejadian beberapa minggu itu membuat napasnya tercekat, amarahnya memuncak. Bagaimana bisa istrinya berbuat seperti itu kepadanya?.

Rio masih belum siap untuk bertanya dan meminta penjelasan. Ia belum siap untuk sakit hati. Rasa cintanya ke sang istri begitu sangat besar melebihi apapun. Dan yang bisa ia lakukan hanya diam di kantor, tak pernah pulang, menahan rasa rindunya, dan menjadi pengecut tanpa meminta penjelasan kepada Ify.

Rio sadar dirinya adalah pengecut. Tapi di sisilain, amarahnya berhasil menguasai dirinya! Meledak tak tersisa di dalam sekujur tubuhnya. Pertahanan tempramen yang ia bangun selama ini, kandas menghilang begitu saja!.

Rio menyandarkan kepalanya di kursi, memejamkan kedua matanya, memijat kedua pelipisnya. Rasa sakitnya kembali muncul. Kejadian itu terus terbayang di otaknya, lagi dan lagi tak dapat terhapus setiap harinya!.

Sangat menyiksa!.

*****

Flasback Rio's Side!

Rio turun dari pesawat, ia meraih ponselnya dan mengotak-atiknya dengan senyum yang mengembang tanpa hilang sedikit pun di bibirnya, panasnya sinar matahari yang mulai menyengat sama sekali tak berpengaruh bagi Rio. Baginya hari ini sangatlah cerah, sebentar lagi ia akan bertemu istri tercintanya kembali.

Rio berhenti melangkah, membuat Mr. Ann dan pengawal lain di belakangnya ikut berhenti juga. Rio membaca kembali pesan yang barusan ia ketik namun belum ia kirim.

To : Tuan Puteri.

Sayang aku udah pulang, aku jemput di sekolah ya. I miss you Dafychi.

Rio mempertimbangkanya, ia menghapus kembali pesanya dan tidak jadi mengirim pesan itu. Rio memasukkan lagi ponselnya ke dalam saku. Ia memiliki ide lain yang lebih romantis menurutnya.

"Aku akan memberikan kejutan kepadanya" ucap Rio dengan kebahagiaan yang meledak.

Rio pun meminta kunci mobilnya kepada Mr. Ann dan memilih untuk pulang sendiri. Ia akan menjemput Ify di sekolah.

*****

Rio memberhentikan mobilnya tak jauh dari gerbang sekolah Ify. Banyak siswa-siswi yang berseragam sekolah seperti Ify mulai keluar dari gerbang tersebut. Ini memang sudah waktu jam pulang Ify.

Rio melepaskan seatbelt-nya, dan membuka pintu mobilnya. Ketika, baru satu kaki yang ia keluarkan, Rio mengundurkan niatnya. Ia memasukan lagi kakinya dan menutup kembali pintu mobilnya. Kedua matanya menyipit, memperjelas apa yang dilihatnya di depan tak jauh dari mobilnya.

"Joshe? Apa yang dia lakukan?"

Rio melihat Joshe, sepupunya. Pria itu sedang berdiri bersandar di sebuah mini-cooper merah. Rio memperhatikan saja tanpa mengalihkan kedua matanya sedikit pun. Tak selang berapa lama, Rio melihat Ify keluar dari gerbang, berjalan ke arah Mr. Lay yang sedang menunggunya di dekat halte sekolah.

Rio memperjelas lagi pengelihatanya, ia melihat Joshe berjalan mendekati Ify. Pria itu meraih kedua tangan Ify, dan keduanya saling bertatapan sangat lama. Beberapa detik kemudian, Joshe dan Ify bergandengan tangan menuju mobil Joshe. Mereka berdua masuk kedalam mini-cooper merah itu dan beranjak dari sana.

Tanpa sadar, kedua tangan Rio sudah mencengkram erat stir mobilnya. Pandanganya lurus kedepan menyorot dingin dan tajam. Rio segera menyelakan mesin mobilnya dan mengikuti mobil Joshe dari belakang sebelum ia kehilangan jejak.

****

Rio memarkirkan mobilnya dengan hati-hati agar tidak ketahuan. Ia berhenti di sebuah cafe yang tak jauh dari pusat kota. Rio memilih posisi yang pas untuk bisa menangkap jelas keberadaan Joshe dan Ify.

Rio menemukan mereka berdua, sedang duduk berhadapan dengan saling bercengkramah seolah mereka sudah kenal sangat lama. Mereka terlihat sedkit akrab.

Rio membuka matanya sempurna, Joshe meraih kedua tangan Ify lagi, dan mencium salah satunya. Rio merasakan panas di sekujur tubuhnya melihat yang dilakukan Joshe, bahkan Ify sama sekali tidak menolak, gadis itu tersenyum dengan perlakuan Joshe.

Apa maksudnya ini?

Rio tak bisa membiarkanya! Ia harus meminta penjelasan langsung ke dua orang itu!.

DRTTDRTTT

Ponsel Rio berbunyi, sebuah panggilan dari Nyonya Abahay. Rio pun mengurungkan niatnya untuk keluar dari mobil, namun kedua matanya masih terus menyorot ke dua orang disana.

Rio menerima panggilan dari sang mama, mendekatkan ponsel ke telinganya.

"Iya ma?"

"Yo, Pak Reon menunggu kamu di kantor. Beliau menyetujui proposal kerjasamanya dan datang langsung ke perusahaan kamu. Sebaiknya kamu cepat datang kesini sebelum Pak Reon berubah pikiran. Cepat yo!"

Rio menghela berat, sungguh waktu yang tidak tepat!.

"Iya Ma" jawab Rio pada akhirnya.

Rio menghela berat, ia akan meminta penjelasan ke Ify nanti. Harus!. Rio masih berusaha untuk berpikir postif. Ia tidak ingin membuat keputusan yang tergesah-gesah dengan menuduh istrinya selingkuh. Itu sangat tidak mungkin .

Selama perjalanan menuju kantornya, Rio terus menyebutkan berbagai spekulasi di otaknya, dan sampai pada titik dimana Rio berpikir " Apa itu other-side.nya Ify? Apa dia berubah?"

*****

Setelah menyelesaikan pertemuanya dengan Pak Reon Rio segera melesat menuju Apartemenya. Berharap istrinya sudah pulang. Rio mati penasaran sedari tadi, bahkan ia hampir tidak fokus mendengarkan Pak Reon berbicara kepadanya.

Rio mempercepat laju mobilnya. Tidak peduli dengan klakson mobil yang tak santai karena mobilnya yang terlalu ngebut. Rio tak memikirkanya yang penting ia selamat dan sampai di Apartemen.

****

Rio berdiri di depan pintu Apartemenya, belum berani masuk kedalam. Ia menarik napas dalam-dalam, menguatkan mentalnya setelah itu membuka pintu Apartemenya.

Rio mendapati Ify sedang berada di dapur, sepertinya gadis itu akan memasak. Ify menatapnya dengan terkejut.

Rio memperhatikan kedua mata Ify sangat lekat, kedua mata yang menyorot dengan berani tanpa ada ras malu di dalamnya. Yah, itu benar adalah Ify. Istrinya. Ia berani bertaruh demi apapun bahwa itu 100% Ify, bukan sisi-lain dari Ify. Rio menghela berat, mendadak mulai frustasi.

"Kamu pulang kapan?" tanya Rio memotong ucapan Ify yang belum selesai.

"Aku? Pulang dari mana?"

"Kamu setelah pulang sekolah kemana?" tanya Rio. Ia ingin memastikan jawaban dari Ify.

Gadis itu terdiam sebentar, terlihat berpikir.

"Aku nggak kemana-kemana, aku langsung pulang" jawaban Ify yang terlihat tanpa beban itu seperti siraman air panas di kepala Rio.

Kedua tangan Rio terkepal, ia mencoba untuk tenang dan rileks. Meskipun emosinya sedikit naik. Ia menahanya setengah mati agar pertahanannya tetap terjaga.

"Beneran?" tanya Rio memastikan

"Iya. Aku langsung pulang kok" suara Ify terdengar begitu jujur. Namun, yang dilihat Rio beberapa jam yang lalu dengan kedua matanya terlalu jelas.

"Dengan siapa kamu pulang?" tanya Rio lagi, memancing istrinya.

"Aku dijemput Mr. Lay" jawab Ify cepat.

"Mr. Lay?" rio mengulang pertanyaanya lagi.

"Iya yo. Kenapa sih?"

Rio hanya bisa mengeluarkan helaan berat. Ify berbohong kepadanya dan ia tidak tau kenapa gadis itu melakukanya. Rio sekali lagi menenangkan pikiranya, ia berpikir mungkin Ify sedang mengerjainya atau Ify sedang ada urusan dengan Joshe. Rio masih berpikir postif! Tidak ingin menghakimi istrinya secara sepihak.

Ia memendam dalam-dalam amarahnya yang mulai berkobar-kobar.

Rio mendekati Ify. Ia mengembangkan senyumnya yang sangat dipaksakannya sembari menggeleng kecil. Rio meraih puncak kepala Ify dan membelainya.

"Nggak apa-apa. Aku tadi pingin kasih kejutan buat jemput kamu, tapi kamu sudah pulang duluan" jawab Rio dengan susah payah.

"Waahhh. Sayang banget." Balas Ify terlihat semburat sedih di senyumnya.

Apa kamu beneran sedih Fy? Rio mulai ragu dengan dirinya sendiri. Pikiranya terus berkecamuk.

"Kamu sudah makan sayang?" tanya Ify begitu ceriah.

Rio terdiam menatap Ify sangat lekat, mencari kejujuran dan kebohongan di kedua mata Ify. Tapi ia tidak menemukan keduanya. Rio hanya bisa melihat kebimbangan dan kebahagiaan di kedua mata Ify.

"Yo... " pangilan Ify membuatnya tersentak dan tersadar.

"Aku harus kembali ke kantor. Ada makan malam bersama beberapa dewan"jawab Rio berhati-hati. Ia memang tidak bohong, malam ini akan ada gala-dinner di sebuah restoran dekat kantor cabang barunya.

"Kamu makan aja dulu. Mungkin aku pulang agak malam. Maaf sayang"

"Nggak apa-apa kok. Nanti aku bisa nyuruh Sia buat nemenin aku"

Rio mengangguk kecil, kemudian mencium puncak kepala Ify penuh cinta. Rio meraup sebanyak mungkin oksigen disekitar istrinya. Ia sangat merindukan Ify.

"Aku ke kantor dulu ya" pamit Rio sembari melepaskan ciumanya.

"Iya hati-hati" balas Ify dengan senyum yang tetap mereka di bibirnya.

Ify pun mengantarkanya keluar dari Apartemen.

Rio berjalan dengan gontai menuju parkiran, pikiranya perlahan mengacau sendiri. Membuat kepalanya terasa berat, ia mencoba mencari spekulasi baru, menebak-nebak kemungkinan yang lainya yang positif, ia berusaha sekeras mungkin menjauhkan pikiran-pikiran negatif tentang istrinya.

Rio percaya dengan Ify. Sangat melebihi apapun!.

*****

Malam ini Rio berkumpul dengan beberapa dewan perusahaan di sebuah rooftop restoran kelas atas yang ada di pusat kota. Dari tempat duduk Rio dapat terlihat jelas bagaimana gemerlap lampu malam kota yang sangat indah. Rio tersenyum kecil.

"Aku akan mengajak Ify kesini" ucapnya dalam hati.

Semua hidangan pun satu persatu datang. Semua orang yang ada di meja segera melahap makan malam mereka sembari berbincang mengenai perkembangan perusahaan Haling ke depanya.

Kedua mata Rio menyapu segala penjuru, sampai akhirnya ia menemukan dua orang yang sedang duduk bersebelahan di sudut restoran. Tempat duduk mereka cukup jauh dengan Rio, berhadapan dengan Rio namun cukup jelas bagi Rio mengenali dua orang itu.

Joshe dan Ify. Yah... Itu sangat jelas sekali sepupunya dan istrinya. Mereka sedang tertawa dengan bahagia.

Darah di sekujur tubuh Rio terasa naik ke atas dan semakin ke atas, amarahnya kembali memuncak. Ia melihat Joshe beberapa kali mencium pipi Ify, dan gadis itu sama sekali tidak menolaknya, Ify pun sesekali membalas mencium pipi Joshe.

Gigi Rio menggertak geram, napasnya tercekat dan tatapanya semakin tajam. Ia menggenggam kuat garpu dan pisau yang ada di kedua tanganya.

Kedua mata Rio terbuka sempurna, jantungnya berhenti berdetak, dan dirinya seperti baru saja di dorong sengaja dari lantai 30. Napasnya terasa sesak melihat penampakan yang semakin terlalu jelas itu. Bukan hanya tubuhnya yang memanas, dua mata Rio pun mulai memanas, memerah.

Rio melihat dengan kedua matanya sendiri! Joshe dan Ify berciuman dengan sangat mesrah!. Bahkan istrinya mengalungkan kedua tanganya di leher sepupunya itu. Mereka berciuman cukup lama.

Kemarahan Rio pecah, kedua mata elangnya menyorotkan kobaran api besar, pertahanan yang ia bangun selama ini akhirnya runtuh, panas ditubuhnya semakin menjalar hebat, angin malam yang dingin tak mampu menurunkan suhu tubuhnya. Apa yang mereka lakukan berdua?.

Rio ingin berdiri dan menghampiri keduanya, tapi kakinya tidak bisa ia gerakkan, badanya terasa kaku. Hati Rio seperti tercabik-cabik dengan pisau belati yang sangat tajam. Rasanya menyakitkan dan pedih!.

Ketakutan mulai menyerangnya, semua perkiraan-perkiraan yang tak pasti berputar di otaknya. Sampai akhirnya Rio tidak bisa melakukan apapun, tetap diam menatap dua orang itu berdiri meninggalkan restoran. Mereka berdua berjalan dengan mesrah layaknya sepasang kekasih.

"Brengsek!!"

*****

Rio membentur-benturkan kepalanya di stir mobil berkali-kali. Entah sudah berapa jam lamanya ia duduk di dalam mobil yang sudah terparkir di basement Apartemen. Rio Mencoba untuk terus berpikir positif, mencoba untuk meyakinkan bahwa yang dilihatnya adalah salah. Namun, semuanya sangat jelas bahkan 2 kali lebih jelas di kedua matanya bahwa itu memang Joshe dan Ify.

Tak terasa air mata Rio sedikit mengalir, menahan rasa sakit dan frustasinya. Rio dengan cepat menghapus air matanya yang menetes. Ia tidak boleh lemah seperti ini! Ini bukan dirinya!.

Rio membuat dinding pertahanan yang baru di dirinya, menyiapkan mentalnya dan hatinya yang sudah kelewat sakit hati dan dipenuhi kemarahan hebat!.

Ify sangat keterlaluan! Istrinya sungguh selingkuh! Bagaimana bisa Ify melakukan itu kepadanya!.

Pikiran Rio sangat kacau tidak bisa ia jernihkan lagi.

Satu jam kemudian, Rio mulai tenang dan terkontrol, ia melirik jam tanganya, menunjukkan pukul 12:15 tengah malam. Rio pun segera keluar dari mobilnya, ia ingin secepatnya tidur saja. Melepaskan rasa penat di pikiranya yang ingin meledak kapanpun.

*****

Rio masuk kedalam Apartemen, membuka pintu dengan keras. Ia menemukan Ify di ruang tengah. Gadis itu terlihat menunggunya. Pikiran Rio tiba-tiba teringat lagi dengan ciuman mesra yang dilakukan istrinya dengan Joshe. Hatinya terasa sakit dan sesak. Rio mencoba untuk tetap tenang.

"Kamu udah pulang?" tanya Ify dengan lembut.

Apa yang sedang kamu mainkan Dafychi? Kenapa kamu melakukanya? Apa salahku? Berbagai pertanyaan menyeruak di pikiran Rio. Tatapanya sangat dingin kepada istrinya, memberikan sorot tajam. Rio tau bahwa Ify terlihat terkejut melihat ekspresinya. Rio tidak peduli. Sama sekali tidak peduli!.

"Mau aku buatin mi—"

Rio menepis tanga Ify dengan kasar.

"Nggak usah!" jawabnya tajam kemudian segera berlalu. Rio tak ingin berlama-lama di dekat Ify atau sakit hatinya dan emosinya akan semakin meninggi dan membeludak. Ia takut menyakiti Ify dengan tanganya.

Rio masih berusaha menahan agar tidak bermain kasar dengan Ify. Rasa cintanya ke Ify masih sangat besar!.

Rio masuk kedalam kamar, tak banyak bicara. Ia mengganti bajunya, lalu ke kamar mandi untuk membersihkan diri, keluar dari kamar mandi ia langsung naik ke atas kasur dan memasukan diri kedalam selimut. Ia sangat lelah!.

Rio tak mempedulikan Ify yang sedari tadi memperhatikanya dan mencoba mengajaknya berbicara. Rio tak mempedulikanya. Ia membelakangi Ify dengan sengaja. Menatap wajah Ify sama saja memberikan luka dalam bagi dirinya. Bayangan kejam itu akan tergambar lagi.

"Selamat malam suamiku"

Rio dapat mendengarnya dengan jelas, suara Ify terdengar sangat parau. Ia tau sikapnya keterlaluan, tapi lebih keterlaluan dengan kelakuan istrinya yang bermain di belakangnya dengan sepupunya sendiri. Tanpa sadar kedua tangan Rio terkepal kuat menahan segala rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya saat ini.

Rio sama sekali tak bisa tidur, pikirannya sangat kacau.

Perlahan Rio memutar badanya, ia menemukan Ify terlah terlelap disampingnya. Rio mendengar dengkuran halus keluar dari bibir istrinya. Rio menatap Ify dengan pedih. Tanganya ter-ulur ingin menyentuh Ify. Namun gerakanya berhenti di tengah jalan, Bayangan Ify berciuman dengan Joshe datang lagi. Sangat sakit.

Rio hanya bisa menatap wajah cantik istrinya dalam diam, memandangi sepuas mungkin tanpa bisa menyentuh sedikitpun. Tubuhnya seolah jijik untuk menyentuh Ify karena bayangan kejam itu yang terus datang dan datang lagi setiap detiknya.

Rio masih tidak tau kenapa Ify melakukanya? Kenapa Ify berbuat setega untuk kepadanya? Padahal ia tidak pernah sedikitpun membuat Ify kecewa.

Rio ingin bertanya, sangat ingin! Tapi ia juga sangat takut. Ia takut menerima kenyataan dari bibir Ify bahwa gadis itu mencintai Joshe, dan memang benar adanya mereka berdua punya hubungan spesial di belakangnya. Rio masih belum siap mendengar itu semua. Ia tidak siap jika Ify meninggalkanya, mencampakkanya begitu saja. Rio sangat mencintai Ify lebih dari gadis itu mencintainya. Mungkin.

Rio sangat tidak siap!. Dan akhirnya, ia lebih memilih diam saja dengan sikap dinginya kepada Ify!.

Rio merasakan napasnya semakin tercekat. Aliran darahnya terasa membeku dan tubuhnya kaku. Rio berusaha mengeluarkan suaranya, ia hanya ingin mengatakan kalimat ini kepada Ify. Setidaknya bibirnya tidak menolak.

"Selamat malam istriku" ucap Rio parau. Akhirnya kalimat itu dapat keluar dari bibirnya dengan susah payah.

*******

#CuapCuapAuthor\


TERIMA KASIH BANYAAKKK SUDAH BACAA "EL" TERUS BACAA JANGAN BOSAN-BOSAN YAAA TUNGGUIN TERUSSS :D 


MAKASIH JUGAA YANG UDAH IKUT KUIS SPOILER SELAMATT YAA UNTUK PEMENANGNYAA :D


SEMOGA PART INI FEELNYA DAPAATT :D DITUNGGU NEXTNYAA :D


Jangan lupa Comment dan Vote SELALUUU DITUNGGUUU YAAA PALING DITUNGGU BANGEETTT MAKASIH BANYAAKK LAFTYUUUU ALL :D



NB : BAGI YANG PENASARAN KELANJUTANNYA BISA TANYA PEMENANG SPOILER HARI INI WKKWK MEREKA TAAUU JAWABANNYA UNTUK PART BESOK :D


Salam, 


Luluk_HF


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro