Sebuah Petunjuk Nyata!
Sudah 5 hari berturut-turut Ify bermimpi buruk setiap malamnya, ia terbangun dengan keadaan keringat bercucur deras dan air mata yang mengalir tanpa sebab. Semenjak kehamilannya yang telah mencapai 8 bulannya, kondisi Ify menjadi lemah.
Seperti malam ini, Ify bermimpi buruk lagi.
"Fy...."
"Dafychi...."
"Sayang..."
"Jangan pergi..."
"Jangan...."
"Dafychi..."
"Fy bangun sayang..."
"Dafychi..."
"Jangan pergi seperti Mama"
"Jangan..."
"Dafychi...." suara Rio sedikit meninggi, kedua tanganya mengoncang bahu istrinya.
"RIOOO!!!"
Teriakan Ify yang keras bersamaan dengan kedua matanya terbuka dan tubuh terangkat terduduk. Napas Ify tersenggal-senggal, kedua matanya terbuka sempurna dengan pikiran kemana-mana. Sekali lagi, Ify menangis!.
"Kamu kenapa sayang?"
"Kamu kenapa?" tanya Rio khawatir bukan main.
Rio mengambil beberapa helai tissue, mengusapi keringat di dahi dan leher Ify. Istrinya masih mengontrol napas dan kesadarannya. Rio dapat merasakan desahan berat keluar dari bibir Ify berulang-ulang. Rio mengenggam tangan Ify, menenangkanya.
"Kamu kenapa? Mimpi buruk lagi?"
Ify menggerakan kepalanya, menatap Rio dengan tatapan sendu. Ify mengangguk.
"Iya." Jawab Ify. "Kamu pergi ninggalin aku" lanjut Ify dengan suara bergetar.
Rio tersenyum kecil, tanganya bergerak mengelus rambut panjang Ify. Rio menarik Ify ke dalam pelukanya, memberikan sengatan hangat dan rasa nyaman didekapanya. Rio tau bahwa Ify mungkin ketakutan karena sebentar lagi kelahiran pertama di usia mudanya, dan menyebabkan istrinya banyak pikiran.
"Aku nggak akan kemana-mana Dafychi"
"Aku nggak akan tinggalin kamu."
"Aku akan jaga kamu dan anak kita" jawab Rio menenangkan.
Ify mengangguk dalam pelukan Rio.
"Jangan tinggalin aku, dan anak-anak kita. Mereka sebentar lagi lahir"pinta Ify.
"Iya sayang"
Rio melepaskan pelukan Ify. Kedua tanganya membersihkan bercak air mata yang ada di pipi pucat Ify. Kedua mata Rio menurun, menatap perut Ify yang membesar. Sebulan lagi diperkirakan kedua anak kembarnya akan dilahirkan ke bumi ini.
Tanpa sadar kedua sudut Rio terangkat, ia begitu senang sekali. Sampai tak tau harus bagaimana lagi mengungkapkannya. Rio mengangkat kepalanya, memandang lekat istrinya, begitu cantik.
"Kamu harus kasih nama anak kita. Jangan pernah jauh dari sisi aku"
"Iya Dafychi. Aku akan memberikan nama yang sangat bagus untuk kedua jagoan kita"
Rio mengecup kening Ify lama, memberikan sentuhan kasih, sayang dan rasa terima kasihnya kepada sang istri. Rio melepaskanya.
Rio menatap jam dinding, masih pukul 3 dini hari.
"Ayo kita tidur lagi" ajak Rio.
Ify mengangguk menurut, Rio membantu membaringkan tubuh Ify dengan hati-hati. Tak ingin perut Ify tertindih atau salah posisi. Rio menaikkan selimut istrinya. Menunggu sang istri agar bisa terlelap kembali.
Rio menatap Ify mulai memejamkan matanya, ia meperhatikan setiap lekuk wajah gusar Ify, begitu kentara. Rio menjadi kasihan kepada Ify, pasti ia sangat takut saat ini dan banyak pikiran. Mulai dari kehamilanya dan penyakitnya.
"Yo...."
Rio tersentak, terkejut. Tiba-tiba kedua mata Ify terbuka kembali, Rio menunggu saja kalimat apa yang akan dilontarkan istrinya. Kedua mata Ify mengerjap beberapa kali dan diam dengan detikan cukup lama.
"Yo...." panggil Ify lagi.
"Iya sayang?" balas Rio tenang.
"Si Merah, Si Hijau, Si Kuning. Dimana? Kok aku nggak pernah lihat mereka lagi?" tanya Ify baru teringat dengan anak ayam cabe-cabe-nya setelah sekian bulan tidak bertemu.
Mulut Rio terbungkam, ludahnya susah ditelan. Ia berpikir keras untuk menjawab pertanyaan istrinya ini. Tidak mungkin kan dia menjawab bahwa tuh 3 cabe-cabean sudah dijual oleh adik dan kakaknya!.
"Dimana yo?" tanya Ify memperjelas. Ify menatap Rio heran.
"It.. Itu... Itu fy...."
"Nggak mati kan?" tanya Ify dengan raut mulai tajam.
"Enggak kok." Jawab Rio dengan cepat.
"Terus? Dimana?"
"It...Itu..."
"Nggak di Gorengkan?"
"Nggak..."
"Terus dimana?" tanya Ify tak sabar.
Rio tersenyum canggung, menggaruk tengkuk belakang yang tak gatak. Ia menatap Ify dengan nyali ciut.
"Di.. Di..Dijual Ando dan Iqbal!"
Seketika petir menyambar begitu keras di ruangan ini, tatapan Ify penuh kobaran api yang sangat besar. Ify menatap Rio dengan tatapan membunuh.
"Dijual?" tanya Ify skiptis.
"Apa yo? Dijual?"
"Si Merah, Si Kuning, Si Hijau, Dijual?"
"Cih...Kamu tega yo jual anak kita?"
"Bapak macam apa kamu!"
"Aku nggak nyangka kamu setega itu! Nggak punya perasaan!"
Setelah itu, Ify menjauhkan tubuhnya, menarik selimutnya menutupi seluruh tubuhnya agar tak sedikitpun terlihat. Ify membelakangi tubuh Rio! Ia nampak begitu kesal!. Sedangkan Rio, menatap istrinya dengan perasaan campur aduk. Ia bingung disini kenapa jadi dia yang disalahkan, dan dirinya seperti seorang pendosa besar! Seperti seorang penjual anak! Seorang penjahat yang pantas dihukum mati!.
Rio sangat tidak mengerti dengan pikiran istrinya! Ternyata efek kehamilan Ify sampai bisa menyerang otak istrinya! Sungguh dramatis. Rio hanya bisa geleng-geleng sendiri. Sambil mengumpat dalam hati!.
"Maapkan bapak nak, telah menjualmu!"
"Semoga kamu sudah tobat dan tidak jadi cabe-cabean lagi!"
"Amin!!"
****
Pagi Hari. Ify duduk di ruang meja makan, dengan raut wajah suntuk dan menahan kekesalan. Dari tadi pagi juga Ify mendiamkan Rio tak mau bicara dengan Rio sedikitpun. Seperti makan pagi ini.
Ify menatap Ando dan Iqbal dengan lirikan membunuh. Ando dan Iqbal bergidik ngeri, tidak tau menau kenapa mereka pagi-pagi dapat serangan sangar seperti itu. Rio menarik kursinya, duduk disamping Ify. Rio memberikan kode kepada dua iparnya itu untuk diam saja tidak mengatakan apapun.
PRAAANGGG
Ify membanting sendok dan garpu diatas piring, membuat semua orang di meja makan terkejut bukan main. Apalagi, Mr. Bov yang sama sekali tidak tau apapun. Mr. Bov melihat putrinya.
"Kamu kenapa Dafychi?" tanya Mr. Bov khawatir.
Ify tak menjawab, ia malah menatap Iqbal dan Ando bergantian, kedua matanya memercikan api peperangan.
"Kalian jual dimana anak-anak ayamku?" tanya Ify tajam.
Ando dan Iqbal langsung meneguk ludah mereka dengan susah payah, tidak menyangka pertanyaan itu akhirnya dilontarkan oleh Ify. Mereka mengira bahwa Ify sudah lupa dengan anak-anak ayam cabe-nya.
"Gue nggak mau tau! Kalian harus balikin anak-anak ayam itu!" cerca Ify dengan nada tinggi.
"Kan udah dijual Fy, ayamnya" ucap Ando lirih.
"Nggak mau tau!" balas Ify tak peduli.
"Yaelah Kak, palingan anak ayam cabe lo udah di goreng sama penjual ayam penyet!"
Ando dan Rio menatap Iqbal dengan kedua mata membelakak, tak percaya laki-laki kecil itu akan mengatakan hal tersebut dan pastinya memperparah keadaan pagi ini!.
Benar saja, Ify langsung berdiri dari kursinya, menatap Ando dan Iqbal lebih tajam. Detik berikutnya, kepala Ify bergerak 90 derajat menghadpa ke suaminya. Ify mendesis pelan.
"Gue nggak mau tau! Lo harus bawa anak-anak ayam itu kembali atau gue akan minta beliin bebek 5 warna!" ancam Ify serius kepada Rio.
Setelah itu Ify berjalan pergi dari ruang makan, ia menaiki tangga untuk kembali ke kamarnya. Mood sarapan paginya sudah hancur! Ia merindukan anak-anak ayamnya!.
Sedangkan di ruang makan, Ando, Iqbal dan Mr. Bov hanya bisa geleng-geleng kepala sembari menatap Rio dengan prihatin dan iba. Rio sangat gusar, mengacak-acak rambutnya frustasi.
"Kemarin minta ayam cabe-cabean"
"Kemarin minta sepeda dari Pak Jokowi!"
"Sekarang minta bebek 5 warna"
"Besoknya minta apa lagi istri gue?" cerca Rio dengan nada suara serak. Ia enar-benar setres bukan main.
"Ya Tuhan, ada-ada aja ngidamnya orang hamil!. Itu yang dikandung bayi atau makhluk apa sih?" gidik Rio heran sendiri.
"Yang sabar ya yo, kamu lagi di uji" ucap Mr. Bov tidak tau harus menenangkan bagaimana lagi.
"Yang sabar yo ini ujian" sahut Ando.
"Yang sabar Kak yo, ini UTS" tambah Iqbal dengan senyum tanpa dosanya.
"Sayang anak sayang anak, demi anak demi anak kak yo. Semangat!"
*****
Siang harinya, Ify berjalan hati-hati menuruni tangga menuju ruang tengah, rumahnya sudah sepi tak ada penghuninya lagi. Yah... Hari ini Rio, Ando dan Papanya sudah berangkat ke kantor setelah sarapan, Rio diajak Mr. Bov untuk mengurus proyek terbaru dan Ando juga dilibatkan. Hitung-hitung Mr. Bov ingin memberikan pengalaman kepada Ando walau Ando sama sekali tidak tertarik. Dan, Iqbal pastinya pergi ke sekolah.
Ify merasa sangat bosan sendiri di rumah, pikiranya sangat suntuk. Ify duduk diatas sofa, meraih ponselnya dan menelfon Rio.
"Hallo sayang, kenapa?"
Suara berat khas Mario langsung terdengar oleh Ify, membuat kedua sudut bibirnya terangkat. Ify nampak begitu senang.
"Dimana?" tanya Ify
"Ini masih meeting dengan Papa."
"Pulang kapan?"
"Dua jam lagi mungkin, Kenapa?"
"Aku ingin pesta barbaque di Villa keluarga kamu. Bareng Papa, Kak Ando dan Iqbal" rengek Ify.
"Sekarang?" suara Rio terdengar sedikit terkejut.
"Nanti malam, sehabis kamu, papa dan Kak Ando pulang"
Rio menghela legah.
"Iya sayang. Kita kesana nanti. Aku kasih tau papa dulu ya"
"Oke, Mario. Aku tutup. Bye. Love you"
Ify menutup sambunganya lebar senyumnya bertambah, ia semakin tidak sabar. Ify berdiri dari sofa, menemui Bi Ina yang ada di dapur untuk menyiapkan semua bahan-bahan yang digunakan pesta barbaque nanti malam. Hitung-hitung merayakan detik-detik kelahiranya yang tinggal 1 bulan lagi.
****
Mr. Bov terlihat sedikit terkejut mendengar permintaan Ify yang baru saja dijelaskan oleh Rio. Begitu mendadak dan tanpa persiapan. Namun, Mr. Bov juga tidak bisa menolaknya. Mr. Bov melihat jadwal-nya nanti malam, beliau hanya bisa menghela berat.
"Antonio" panggil Mr.Bov ke pemuda yang kini tengah sibuk menyetir.
"Iya Tuan?" sahut Antonio sopan.
"Nanti malam, pertemuan dengan Tuan Andreas, suruh Mr. Danniel mewakili saya dan kamu temani dia menemui Tuan Andreas"
"Tapi Tuan, Pertemuan nanti malam bukanya sangat penting dan tuan tu..."
"Saya tau" potong Mr. Bov dengan cepat. "Tapi lebih penting anak saya, setidaknya ada kamu yang datang menggantikan saya dan saya bisa mempercayakannya kepadamu"
"Ba....Baik Tuan. Tapi nanti yang mengawal Tuan siapa?" tanya Antonio cemas dengan hal itu.
"Tenang saja, ada Mr. Lay dan yang lainya" jawab Mr. Bov tenang. Antonio mengangguk mengerti tidak ingin membantah.
"Ada Mr. Ann juga, papa jadi te..."
"Tidak perlu Rio. Toh, ini hanya pesta barbeque sehari semalam, untuk menyenangkan hati Ify, tidak perlu banyak orang dan berlebihan seperti itu. Keamanan serahkan Mr. Lay saja" potong Mr. Bov dengan cepat. Karena daripada dengan Antonio, Mr. Bov nampaknya sangat percaya dengan Mr. Lay yang sudah lama bekerja denganya dan setia denganya.
"Baiklah Pa" jawab Rio menurut.
"Gue juga polisi kali" sahut Ando menyombongkan diri.
Tapi tak ada yang menyahuti, Rio sibuk menelfon Mr. Ann, Mr. Bov juga sibuk menelfon Mr. Lay. Ando hanya bisa mendesis sinis, memang sudah nasibnya selalu diperlakukan seperti ini.
"Orang ganteng mah protagonis akhir!"
****
Malam pun tiba, pukul 07.00 p.m. Mereka semua bersiap berangkat terkecuali Iqbal. Pria kecil itu terpaksa tidak bisa ikut karena sore tadi ia sudah harus berangkat ke singapore ada camp-internasional dan dia sebagai perwakilanya dan tidak bisa dibatalkan begitu saja.
Ify pun menghela pasrah, merasa sedikit sedih karena tidak ada adiknya. Ya... mau bagaimana lagi.
Ify berjalan keluar didampingi Rio disebelahnya yang sedari tadi rewel menyuruhnya berjalan dengan hati-hati, mengingat perut Ify telah membesar. Diluar rumah sudah ada Mr. Bov dan Ando yang menunggu sedari tadi dengan tidak sabar.
Ify menggerakan kepalanya, melihat Rio tersenyum ke arahnya. Ify ingin membalas senyum itu tapi sesuatu desiran aneh tiba-tiba menyerangnya. Senyum itu terasa asing dan aneh baginya. Bahkan, untuk membalasnya sangat susah.
Ify menarik napas dalam-dalam, berusaha tenang. Ia yakin ini hanya bawaan penyakitnya.
"Yo, kamu di mobil papa, biar Ify sama Ando. Ada yang ingin papa diskusikan dengan kamu" ucap Mr. Bov memberi perintah.
"Iya Pa" jawab Rio menurut.
Ify mendadak terkejut mendengarnya, Ify kini beralik melihat kakaknya yang sedang sibuk melipat lengan kemejanya. Ify tersenyum tertahan.
"Tumben lo ganteng" ucap Ify tanpa sadar.
Kedua mata Ify sedikit terbuka, ia terkejut dengan yang ia ucapkan barusan. Kenapa ia mengucapkanya? Kenapa ia merasa bahwa dirinya pernah mengatakan hal itu?. Ify meneguk ludahnya, desiran aneh dalam tubuhnya semakin menjalar.
"Hahaha, kemasukan apa lo bilang gue ganteng" ledek Ando ke sang adik.
Ify tak membalas apapun, ia diam dengan pikirannya sendiri.
"Ayo berangkat" ajak Mr. Bov yang telah siap.
"Tunggu" cegah Ify membuat semua langkah terhenti.
Ify menatap papanya lekat.
"Ify mau kita semua satu mobil. Papa, Kak Ando, Rio dan Ify" pinta Ify tiba-tiba.
Mr. Bov menatap putrinya dengan tatapan heran,
"Tapi mobilnya hanya muat untuk 4 orang. Siapa yang menyetir?"
"Kak Ando. Kak Ando saja yang nyetir" jawab Ify dengan cepat.
Ando menunjuk dirinya sendiri, kaget dengan jawaban adiknya. Ia memang merasa sebulan terakhir ini tingkah Ify sangat aneh. Ando mengangguk saja, mengiyakan. Daripda ia mendapat amukan ganas lagi dari adiknya.
"Yaudah, Ayo berangkat" ucap Ando menghentikan perdebatan itu agar tidak semakin panjang.
Semuanya pun masuk kedalam mobil dengan perubahan formasi, yang harusnya Ify dan Ando ada didalam mobil dengan Mr. Lay. Mereka semua segera beranjak dari sana, dengan pengawalan 2 mobil. 1 mobil di depan yang dikepalai oleh Mr. Lay dan 1 mobil lagi dibelakang, anak-anak buah Mr. Lay.
****
Ify menatap jalanan diluar, sangat gelap. Mereka melewati hutan-hutan berpohon tinggi. Ify merasa mengenal tempat ini dan pernah melewatinya sebelumnya. Perasaan Ify menjadi tidak tenang sendiri.
"Yo, emang Villa keluarga lo kayak gini ya jalanya? Ngelewatin hutan-hutan gelap gini?" tanya Ando dengan pandangan fokus ke depan.
"Nggak. Ini bukan jalan menuju Villa gue. Papa tadi minta kita pesta di Villa yang dekat-dekat saja" jawab Rio
"Tadi papa sudah menyuruh Mr. Lay untuk mencarikan Villa yang tidak jauh. Mungkin juga sebentar lagi sampai. Namanya juga Villa pasti letaknya kalau nggak diatas perbukitan ya di puncak" tambah Mr. Bov dengan tenang.
Ando mengangguk-angguk mengerti. Ya... semuanya bersikap biasa saja, bersikap memaklumi tanpa ada kecemasan kecuali Ify. sedari tadi ia diam dan menahan kegugupanya. Ify merasa takut. Ify meyakinkan dirinya bahwa ini bukanlah halusinasinya, ini benar-benar kenyataan.
Ify mencubit lenganya sendiri dengan kuat, ia meringis pelan. Rasanya sangat sakit. Ya... ini bukanlah sebuah khayalanya.
DUAAAARRRR
Ando dengan cepat menginjak rem mobilnya, ban mobil yang mereka tumpangi tiba-tiba meledak dan pecah. Membuat ke-empat orang didalam mobil terkejut bukan main. Apalagi Ify, tanganya langsung gemetar hebat.
Ify melihat Ando dan Rio yang bersiap akan keluar.
"JANGAN ADA YANG KELUAR!!" teriak Ify dengan keras membuat Ando dan Rio mengurungkan niat mereka, menutup kembali pintu mobilnya.
Mereka menoleh ke arah Ify dengan bingung, begitu juga dengan Mr. Bov melihat putrinya tersebut dengan tatapan heran. Ada apa lagi dengan anak gadisnya ini?
"Jangan ada yang keluar!!!" tajam Ify suaranya gemetar.
"Kamu kenapa Fy?" tanya Ando bingung.
"Aku mohon, jangan ada yang keluar!"
"Jangan ada yang keluar!Siapapun jangan ada yang keluar!" pinta Ify dengan kedua mata memanas. Ify sangat takut, tanganya bergerak memegangi perutnya.
"Tapi fy, ban mobilnya bocor. Kita harus mengecek du...."
"AKU BILANG JANGAN ADA YANG KELUAR YA JANGAN ADA YANG KELUAR!!!" bentak Ify begitu keras kepada suaminya itu.
Rio mematung, terkejut dengan suara Ify yang sangat menggelegar. Mungkin bukan hanya dirinya saja, Mr. Bov dan Ando pun menampakkan raut wajah yang hampir sama dengan dirinya.
TokkkTokkkk
Kaca mobil Mr. Bov diketuk oleh seseorang. Mr. Bov menoleh, melihat Mr. Lay diluar sana. Mr. Bov menurunkan kaca jendelanya.
"Tuan, ban mobilnya pecah. Tuan dan semuanya harus pindah mobil. Biar yang lainnya yang mengurus mobil ini" ucap Mr. Lay memberikan arahan.
Ify menatap Mr. Lay dengan tatapan tak suka, Ify ingat jelas tatapan yang sangat tenang itu.
"Jangan ada yang keluar!" pekik Ify tajam penuh penekanan, membuat Mr. Lay langsung memandang gadis cantik itu.
Tatapan Ify dan Mr. Lay beradu beberapa detik. Mr. Lay tersenyum ke arah Ify.
"Nona, ban mobilnya harus kita ganti dulu." Bujuk Mr. Lay.
Ify menggeleng kepalanya, menolak. Ia benar-benar takut dan tidak mau menuruti ucapan Mr. Lay. Ia pernah membayangkan hal ini sebelumnya, perbedaanya hanya ada dirinya dan Ando saja.
Mr. Bov meraih tangan Ify, mengenggamnya erat.
"Dafychi, tidak akan ada apa-apa sayang"
"Papa, Ify mohon jangan turun"
"Apa yang kamu takutkan?"
"Tenang saja. Ada papa, Rio dan Ando disini. Kita turun sebentar saja ya" ucap Mr. Bov hati-hati, berusaha membujuk putrinya itu yang terlihat gemetar dan takut tanpa sebab. "Kita pindah mobil dibelakang"
"Fy, nggak apa-apa. Ayo turun" tambah Rio memberikan senyum yang hangat.
Mr. Bov membuka pintu mobilnya pelan-pelan, ia merasakan tanganya digenggam Ify dengan sangat erat, seolah tak ingin lepas darinya. Mr. Bov pun tak ingin banyak bertanya dengan sikap anaknya itu. Mr. Bov mencoba mengajak Ify keluar dan Ify menurutinya, walau jantugnya berdegup kencang menahan takut.
Rio dan Ando pun ikut segera keluar dari mobil.
Ify mengenggam erat tangan Mr. Bov mereka bereampat berjalan ke arah mobil yang ada dibelakang. Ify menatap orang-orang berbaju hitam itu dengan tatapan tidak suka. Pintu mobil di buka, dengan cepat Ify berlari masuk kedalam.
Ify bernapas legah, ia dan yang lainnya telah ada didalam mobil lagi. Kejadian buruk itu tidak terjadi. Ify mengatur napasnya yang tersenggal-senggal menahan kecemasan sedaritadi. Ify mulai tenang. Mugkin ini hanya ketakutannya saja.
Mereka pun segera beranjak, menjalankan mobil kembali. Meninggalkan mobil tadi dan beberapa pengawal yang sibuk mengurusinya. Ify menoleh ke belakang, tidak terjadi apa-apa dengan mereka.
Mr. Bov menatap putrinya, membelai lembut rambut Ify. Mr. Bov tersenyum kecil.
"Tidak ada apa-apa kan? Jangan takut Dafychi. Tidak akan terjadi apa-apa"
"I...Iya pa.." jawab Ify kaku.
Ify berusaha membuang rasa takutnya, ia membuang semua pikiran dan bayangan buruknya. Ia yakin ucapan papanya benar. Tidak akan terjadi apapun. Toh, ada sang papa disini. Mereka tidak akan berani macam-macam.
****
Mereka akhirnya sampai di sebuah Villa yang cukup besar dan terpencil. Tidak ada rumah lain di sekitarnya, mereka berada di area perbukitan. Pemandangan malamnya sangat indah disini. Dari halaman Villa saja Ify dapat melihat lampu-lampu dibawah sana sangat indah, membuat hatinya kembali tenang.
"Semuanya sudah disiapkan di dalam. Silahkan Tuan dan yang lainnya masuk kedalam" ucap Mr. Lay kepada Mr. Bov.
"Terima kasih Mr. Lay, maaf sudah banyak merepotkan" balas Mr. Bov menepuk pelan bahu Mr. Lay.
Rio, Ando, Mr. Bov dan Ify berjalan masuk kedalam Villa, keadaan di dalam sana masih gelap gulita, tak terlihat apapun.
"Saya nyalakan lampunya sebentar" teriak Mr. Lay di belakang.
Ify mengenggam erat tangan Rio yang ada disampingnya. Ify sangat tidak suka kegelapan. Rio merengkuh tubuh Ify, memberikan ketenangan pada istrinya agar tidak takut.
Suara derap langkah Mr. Lay terdengar, detik berikutnya semua lampu di Villa ini menyala dengan terang.
BRAAAAKKK
Suara pintu Villa tertutup rapat!. Dan ke empat orang ini hanya bisa mematung dengan tatapan bingung sekaligus terkejut bukan main dengan yang mereka lihat.
"Hahahahaahaha" suara tawa Mr. Bov menggelegar diseluruh ruangan. Pria paruh baya itu menampakkan raut wajah kemarahan yang tersembunyi.
Ify merapatkan tubuhnya ke Rio. Ia mencoba tidak takut.
"Apa semua ini Mr. Lay?" tanya Mr. Bov tajam, tawanya menghilang begitu saja.
Ando membalikkan badanya, kedua matanya membelakak sempurna. Ando melihat Mr. Lay sedang menodongkan pistolnya kepada adiknya, Ify.
"APA YANG ANDA LAKUKAN?" teriak Ando tak bisa terima.
Ify melirik kesamping, melihat sebuah pistol yang begitu dekat dengan pelipisnya. Rio ingin bergerak namun dua tangan kuat langsung menariknya kasar, menjauh dari Ify.
Ya.... yang mereka ber-empat lihat pertama kali ketika lampu Villa menyala adalah orang-orang berpakaian hitam begitu banyak di lantai satu dan dua, mungkin ada sekitar hampir 40 orang dengan pistol yang diarahkan ke mereka semua!.
Dan Mr. Bov sangat mengenal mereka semua! Anak buah dari Mr. Lay!.
Mr. Bov memutar badanya, menatap Mr. Lay tajam, mencoba tidak takut walau dalam hati sangat cemas dengan keadaan putrinya itu. Ify mematung tak berani bergerak sedikitpun.
Ando juga seperti itu, ia tidak ingin gegabah dan membuat peluru lepas dari salah satu orang berpakaian hitam ini. Ando memilih untuk diam, berpikir jernih, menganalisis situasi ini dan mencari jalan keluar.
"Apakah ini rencana terbesarmu selama ini, Mr. Lay?"
"Apakah anda menunggu saat ini tiba?" ledek Mr. Bov. "Ternyata anda cukup sabar juga"
Tentu saja Mr. Bov tidak menduga ini akan terjadi. Ia memberikan rasa percayanya kepada Mr. Lay sangat besar. Jika, Mr. Lay memang sedang menghianatinya, dan yang dilakukannya ini sungguhan, maka ia harus memuji Mr. Lay dengan 5000-thumps-up.
Rencananya sangat rapi dan benar-benar sempurna!.
"Apakah sedang ada penghianatan besar-besaran disini, Mr. Lay?"
Ify tak merasakan takut sedikit pun, Ify tak merasakan apapun saat ini, tapi entah kenapa mendengar pertanyaan yang dilontarkan papanya barusan membuat air matanya terjatuh begitu saja.
Ify pernah mendengarnya sebelumnya!. Ify memejamkan kedua matanya kuat-kuat. Ia berdoa dalam hati bahwa ini hanyalah hayalanya, halusinasinya lagi. Ia berharap seperti itu! Untuk waktu lama Ify memejamkan matanya.
Perlahan Ify membuka kedua mata-nya.....
Ify hanya bisa tersenyum miris, semuanya nyata! Bukan halusinasinya saja!. Semua kejadian kemarin sepertinya sebuah petunjuk bagi dirinya bahwa semua keluarganya sedang ada dalam bahaya! Dan ia tidak menyadarinya.
Ify merasakan pistol yang dipegang Mr. Lay menempel tepat di pelipisnya. Ify dapat merasakan hangatnya ujung pistol itu.
"Iya... saya sedang melakukan penghianatan kepada anda. Tuan Bov"
"Dan saya sudah menunggu kesempatan ini selama bertahun-tahun"
"Maafkan saya"
Detik berikutnya. Ify merasakan sesuatu menusuk lenganya, Ify menoleh kemsaping, sebuah jarum disuntikkan ke dirinya. Bukan hanya ia saja, Ando, Mr. Bov dan Rio juga diperlakukan sama.
Tak lama kemudian, kesadaran mereka beransur-ansur menghilang, tubuh mereka melemas, bibir mereka terasa keluh untuk mengeluarkan suara lagi. Sampai akhirnya mereka semua ambruk, tak sadarkan diri di lantai.
"Tuhan tolong kami"
"Mama... Tolong Ify"
"Mama Tolong Papa"
"Mama Tolong Kak Ando"
"Mama Tolong Rio..."
****
GiveAwayQuestion3: Siapa nama cinta pertama Mario? Dan apa Profesi atau pekerjaan wanita itu?
****
#CUAPCUAPAUTHOR
SAYA UCAPKAN MAKASIH BANYAK YA ATAS DOANYA KEMARIN KEPADA SEMUAANYAA MAKASIHHH BANYAAAKKK :D
MAAFJUGA TADI PAGI BELUM BISA POST. BENAR-BENAR MINTA MAAF DAN MAAF JUGA KALAU PART INI BANYAK TYPONYA.
MAKASIH BANYAAK BAGI YANG SUDAH BACA EL SAMPAI PART SEKARANG. SANGAT BERTERIMA KASIH I LOVE YOU ALL.
TINGGAL 1 PART LAGI GUYS!! BESOK EL TAMAAATT!!! DITUNGGUU!!!
JANGAN LUPA KASIH COMMENT DAN VOTE YANG SELALU SAYAA TUNGGU DAN MENJADI VITAMIN PEYEMANGAATT BAGI SAYA UNTUK TERUS NULISS :D
DITUNGGU LAST PARTNYAA ENDINGNYAA I LOVE YOU ALL MAKASIH BANYAAAAAKKKK :D
Salam,
Luluk_HF
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro