Remember Them (satu)
Follow Instagram Author >> luluk_hf, biar nantinya tahu info tentang Give-Away. (Satu minggu satu pemenang dst setiap minggu, sampai ada 5 pemenang nantinya. Ditunggu Novel EL-nya ya. Jangan lupa buat belii. Cerita didalamnya insyaallah lebih amazing dan dibuat sekeren mungkin daripada wattpad. Ayooo beli yaa Novel EL)
Selamat membacaa dan semoga sukaaa....
***
Remember Them – Satu
Ify duduk di lobi, menunggu kekasihnya menyelesaikan rapat sore ini. Sejak lima hari yang lalu Rio sangat sibuk dan membuat mereka tidak bisa bertemu.
Hari ini, Rio menyuruh Ify untuk datang ke kantornya sepulang sekolah. Mr. Ann menjemput Ify siang tadi sepulang sekolah. Tentu saja Ify sangat senang sekaligus tidak sabar menemui kekasihnya itu.
Kedua bibir terangkat keatas ketika melihat sosok pria bertubuh tinggi dengan jas hitam yang membuatnya semakin terlihat menawan. Ify melambaikan tangan ke arah sosok itu yang tak lain adalah kekasihnya, Mario.
Rio berhenti tepat dihadapan Ify, ia membalas senyuman Ify dengan hangat. Rio mengacak-acak punya kepala Ify.
"Udah nunggu lama?" tanya Rio lembut.
Ify menggelengkan kepalanya.
"I miss you," bisiknya sangat pelan.
Ify bergedik sendiri mendengarnya, Rio tidak pernah pantas menjadi sosok yang romantis seperti ini.
"Aku udah reserved restoran dekat kantor. Ayo kita makan kesana," ajak Rio menjulurkan tangan kananya.
"Makan apa? Pizza?" sahut Ify riang.
Rio mendesis pelan,
"Kita makan yang sehat hari ini. Berhenti makan Junk Food, Ando bilang dua hari yang lalu kamu sakit," omel Rio.
"Cihh.. sok perhatian!"
"Aku terlahir sebagai pria yang perhatian tingkat dewa kepasanganya," angkuh Rio.
"Aku terlahir sebagai gadis penolak perhatian!" balas Ify tak mau kalah.
Rio terkekeh pelan mendengarnya, apalagi melihat wajah Ify sangat menggemaskan. Ia sangat merindukan wajah cantik itu.
Mereka pun segera memilih beranjak dari sana menuju ke restoran.
***
Rio dan Ify pergi makan disebuah restoran Cina. Rio memesankan makanan organik khusus untuk kekasihnya itu.
Ify menatap piringnya dengan tak napsu.
"Apa ini?" sunggutnya kesal.
"Makananlah," jawab Rio santai, ia memasukkan sesendok nasi dan lauk kemulutnya.
"Makanan apa ijo semua? dikira adek ini kambing apa mas?" gidik Ify.
"Makanan sehat fy, kamu kemarin sakit."
"Ogah makan ini. Nggak suka!"
"Makan Dafychi,"
"Nggak mau,"
"Makan sayang," lembut Rio.
"Ogah! Kalau kamu tetap maksa, kamu pacaran aja sama kambing yang mau makan ini!" ancam Ify nggak main-main.
Rio menghela napas berat, susahnya berbicara dengan gadis cantik keras kepala seperti Ify. Ia akan membutuhkan kekuatan ekstra untuk menghadapi kekasihnya.
"Yaudah kamu mau makan apa?" tanya Rio mengalah.
"Apalagi, pizza-lah!" jawab Ify tanpa beban.
Untuk kedua kalinya Rio menghela napas berat.
"Disini restoran Cina Ify, nggak ada pizza,"
"Kelaurin dong The Power Of Haling," tantang Ify picik.
Rio memandang Ify lekat,
"Kamu sedang ngajak bercanda disini? Mana mau orangnya buat pizza"
"Ya harus mau dong," kekuh Ify seenak jidat.
"Untung kamu pacrku !" desis Rio hampir hilang kesabaran.
"Emang kalau nggak pacar kamu mau ngapain? Hah?" sewot Ify.
Rio memincingkan satu alisnya,
"Tentu saja akan aku ajak kencan lalu aku lamar," jawab Rio menggoda.
Ify dibuat shock dengan jawaban Rio barusan. Kedua pipinya langsung memanas. Ify berusaha untuk bersikap biasa.
"Pokoknya aku mau Pizza!" ucap Ify mengalihkan topik.
Rio menggaruk kepalanya yang tidak gatal, apa yang harus dilakukannya sekarang?
"Kita makan ini dulu, setelah itu kita beli Pizza sekalian nganterin kamu pulang," bujuk Rio.
Ify berpikir sebentar.
"Oke kalau gitu," jawabanya senang.
Rio tersenyum legah, setidaknya perdebatan mereka tidak akan berujung panjang. Baginya, Ify adalah segalanya. Kemauan Ify akan selalu ia usahakan untuk mewujudkanya. Walau sesusah apapun.
Jika orang lain membutuhkan vitamin untuk penambah
Dia seperti penawar yang dapat menyembuhkan apapun. Semua yang ada di dirinya adalah kesitimewaan yang tak bernilai harganya.
****
Rio akhirnya sampai di depan rumah Ify setelah mengantri lama di restoran pizza beberapa jam yang lalu. Kepadatan jalan raya membuat mereka baru tiba dirumah sekita pukul tujuh malam.
Rio melepaskan seatbelt yang dikenakan Ify, gadis itu telihat begitu bahagia hari ini. Wajahnya tak henti untuk tersenyum.
"Apa yang membuatmu senang hari ini?" tanya Rio penasara.
"Pizza! Aku senang karena Pizza!" jawab Ify dengan cepat.
Rio mendesis menahan kesal. Bagaimana bisa otak gadis ini hanya dipenuhi dengan makanan itu? Rio memandang Ify sejenak.
"Apa kamu tidak senang akhirnya bertemu denganku?" tanya Rio
"Tentu saja sangat senang, smapai aku tidak sabar ingin cepat-cepat makan Pizza pemberianmu,"
"Apa sebegitu sukanya kamu dengan pizza?" sinis Rio.
"Apa kamu sedang cemburu dengan Pizza?" tanya Ify heran.
"Hm, aku sangat cemburu!" ucap Rio dengan nada dinaikkan.
"Ihh, lucunya abang Mario," goda Ify.
Rio terkekeh pelan, kemarahanya langsung lenyap begitu saja melihat tingkah Ify yang sangat lucu. Rio membelai lembut rambut panjang gadisnya, menatapnya sangat hangat.
"Apa kamu akan kembali ke kantor lagi?" tanya Ify, nada suaranya melemah.
"Hm," jawab Rio.
Ekspresi Ify seketika berubah, ia memperhatikan setiap inchi wajah Rio yang penuh kelelahan. Kantung mata yang bertambah parah, bibir pucat. Ify semakin tidak tega.
"Jangan lupa untuk tidur. Kalau sudah lelah istirahat jangan dipaksa," pesan Ify.
"Iya Dafychi,"
"Cih... Paling juga nggak dihiraukan ucapanku ini," sunggut Ify menyindir.
"Aku akan melakukanya,"
"Seriusan? Demi apa?"
Rio bergumam pelan.
"Demi aku cinta kamu,"
"Najis! Cuihh..." gidik Ify ngeri.
Rio tertawa renyah, tak menyangka juga jika ia akan menjawab dengan kalimat seperti itu. Tangan Rio menyentuh pipi kanan Ify,
"Masuk sana," suruh Rio.
"Iya, kamu hati-hati dijalan." balas Ify bersiap membuka pintu mobil.
"Fy..." cegah Rio.
Ify membalikkan badanya kembali dengan cepat.
"Kenapa?" tanya Ify
"Nggak ada salam perpisahan?" tanya Rio penuh arti.
"Salam perpisahan maksudnya?" bingung Ify.
"Yah.. salam perpisahan..." ucap Rio menekankan.
"Apaan sih? Kayak kondangan nikahan aja pakai salam perpisahan!"
Rio dengan cepat mendorong tubuh Ify agar kelaur dari mobilnya. Susah berbicara dengan gadis luarbiasyaa semacam Ify. Jika anak SD butuh waktu satu minggu untuk menghapal lagu Apuse, maka Ify butuh waktu sewindu untuk melakukanya!
"Jangan dorong-dorong! Bentar tas aku ketinggalan!" omel Ify kembali masuk ke mobil Rio.
"Yaudah cepat ambil!" sunggut Rio masih terbawa kesal.
Ify mendesis pelan, menatap Rio dengan tatapan tajam.
"Makan aja masih belepotan sampai sekarang, tuh lihat di pipi kamu," ucap Ify menunjuk pipi kanan Rio.
Rio menatap Ify curiga.
"Nggak ada? aku nggak ngerasa apapun di pipi aku!" kekuh Rio.
"Beneran ada Rio!"
"Nggak ada!"
"Ada Mario!" kesal Ify.
Rio mendekatkan tubuhnya,
"Mana? Ambilin gih!" suruh Rio seenaknya.
Ify menghela napasnya, berusaha untuk sabar. Ify pun mendekatkan dirinya ke Rio dan mengambil sisa nasi yang memang masih ada di pipi kanan pria itu.
Cupp
"Marioooo!!!" pekik Ify terkejut bukan main. Ia segera memundurkan tubuhnya, memegangi pipinya yang kini berubah memanas.
Rio tiba-tiba mencium pipinya sangat cepat dan terasa jelas.
Rio tersenyum puas dengan pekerjaanya barusan.
"Terima kasih salam perpisahannya sayang, " goda Rio.
"Udah sono pergi!" usir Ify menahan rasa malu.
"Kiss bye dulu dong," goda Rio makin menjadi.
"Pergi atau aku lempar sepatu!!"
"Nggak mau. Aku maunya kamu lemparin hati kamu," ucap Rio sok romantis. "Pasti aku tangkap,"
Ify merasakan bulu-bulu di tanganya langsung berdiri semua, mulutnya setengah terbuka. Ia memegang dahinya sendiri. Benarkah yang berbicara barusan adalah sosok Mario, kekasihnya? atau mungkin jelmaan?
"Nggak panas kok," lirihnya takjub.
Tatapan Ify berubah menajam.
"Dasar nggak waras!" bentak Ify dan membanting pintu Rio dengan keras.
Ify mendengar tawa Rio yang meledak di dalam mobilnya. Ify tidak mepedulikanya dan terus saja masuk kedalam rumahnya meninggalkan Rio sendiri disana. Terlalu angker baginya untuk didekat Rio sekarang.
DrttDRtt
Ponsel Ify bergetar, ada satu pesan masuk. Ify dengan cepat mengambil ponsel dan melihat pesan itu.
Dari: Pria Idaman
Jangan sakit lagi. Aku akan mengantarmu sekolah besok pagi. Aku sayang kamu, Dafychi.
Ify menahan senyumnya, ia merasakan pipinya kembali memanas. Sikap gila Rio tadi seketika langsung menghilang dari pikirannya. Pria itu selalu saja berhasil membuat perasaanya berubah-ubah. Seperti menaiki wahana.
Dia mungkin bukanlah pria yang romantis, dia juga bukan pria yang selalu ada disampingnya setiap hari. Baginya, dia adalah pria yang sangat manis dan selalu membahagiakanya.
****
#CuapCuapAuthor
Semoga sukaa yaa dengan spesial partnya ini. Masih ada empat part lagi. Semoga kalian tetap menunggu yaa.
Jangan lupa comment dan votenya selalu paling dinantikaan dari kaliaan semuaaa :D Laaftyuu all.
Ditungu yaa Novel EL-nya, jangan lupa buaat belii yaaa ^^ Sebentar lagi Novel EL akan keluar. Ayo nabung dan semangaatt. Doakan bisa Bestseller Amin Amin Amin. Makasih semuanyaa laftyuuall.
Salam,
Luluk_HF
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro