Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kesalahan Fatal, Mario!




"LO—"

"Lo sebenarnya siapaa?" pekik Rio tajam, kedua matanya elangnya menajam, memberikan intimidasi paling menakutkan bagi Ify.

"Le—, Le—, Le—"                                                                          

"Yo—, Yo—, Na—, Na—"

"Gu—,Gu—"

"SIAPAA YANG NYURUH LO??" teriak Rio kalut.

          Ify tak mengerti, apa maskud Rio, ia tersentak dan semakin takut dengan teriakan Rio yang mengejutkan.

"Na—,Na—,"

"G—, Gu—,"

          Ify tak dapat membuka suara, tak bisa ber-napas, ia sudah pasrah jika nyawanya sampai hilang saat ini, Rio menekan lehernya begitu kuat, ia kehabisan oksigen, rasanya sakit dan perlahan tubuh-nya mulai lemas, pandanganya terasa buram, tenaganya pada tingkat paling bawah. Ify pasrah.

          Kedua mata Ify mulai sayu, mulutnya megap-megap terbuka lebar, kaki-nya tak mampu lagi menompang tubuhnya. Ify tak kuat lagi.

CKLEEK

          Pintu kamar terbuka,

"APA YANG LO LAKUIN?" teriak Ando terkejut hebat.

          Dengan cepat Ando menarik Rio kasar dengan kasar, menjauhkan Rio dari adiknya. Ando tak segan langsung memukul wajah Rio kuat, meluapkan amarahnya yang sekali naik sampai ubun. Bagaimana bisa Rio berbuat seperti itu ke adiknya.

BRUKKK

          Tubuh Ify terjatuh tak berdaya, napas-nya tersenggal-senggal, kepalanya memiring, menghadap ke dinding, Ify merasakan sakit, panas dan perih pada  leher-nya, ia tak bisa berbuat apapun, hanya diam, dan ketakutan. Air matanya terjatuh begitu saja, mengalir di pelipisnya. Pandangan Ify memburam, ia tak punya tenaga satu peserpun. Ia tak kuat.

          Samar-samar Ify masih dapat mendengar, Ando men-sumpah serapah Rio dengan kata-kata paling tak layak di ucapkan, Ando lepas kontrol dengan emosi-nya. Pria itu terus memukul Rio sampai babak-belur. Ify dapat mendengar suara hantaman keras itu.

"Ada apa in—"

          Nyonya Abahay membeku, mulutnya terbuka lebar mendapati Ify berbaring tak ber-daya diatas lantai.

"IFY!!" teriaknya sangat keras.

          Nyonya Abahay berlari mendekati Ify.

"Ify? nak Ify?"

"Ify sayang? Sayang ?" tanya Nyonya Abahay sangat khawatir. Beliau menepuk-nepuk pipi Ify, wajah gadis itu memucat, bibir-nya memutih.

"Ify sayang? Menantu tante, Kamu nggak apa-apa?"

"Sayang! Lihat tante. Ify, tante mohon, lihat tante!!" Nyonya Abahay mengarahkan kepala Ify untuk menatapnya.

          Ify hanya diam, kedua matanya terbuka setengah dengan tubuh sudah tak bertenaga.

"Fy, kamu bisa denger tante kan?"

          Tak ada jawaban, Ify hanya menatap Nyonya Abahay kosong.

"Fy kamu bisa respon tante? Ify? Dafychi?" Nyonya Abahay semakin panik.

          Kedua mata gadis ini mulai meredup, ingin tertutup.

"Sayang, pejamkan mata kamu sekali kalau kamu bisa dengar tante" pinta Nyonya Abahay.

          Ify memejamkan matanya dan membukanya lagi, sebagai jawaban. Nyonya Abahay sedikit melegah, kemudian berteriak minta tolong siapapun yang ada di luar kamar, ia tak peduli dengan Ando dan Rio yang masih adu-pukul di sudut kamar.

          Kondisi Ify yang perlu dikhawatirkan saat ini, gadis ini harus diselamatkan dan di bawah ke rumah sakit.

          Dengan bantuan beberapa pengawal dan pembantu rumah, Nyonya Abahay segera membawa Ify keluar dari rumah dan beranjak ke rumah sakit terdekat.

****

          Tak ada yang menang dan tak ada yang kalah, mereka berdua sama-sama berdarah dengan wajah penuh goresan, jika saja Sivia dan illy tidak datang mungkin dua lelaki ini sudah saling membunuh!.

          Butuh waktu 30 menit untuk menenangkan Ando dan Rio agar tak kalut dan bergulat-hebat lagi, Sivia sampai mengikat tubuh Ando dengan tubuhnya mengunakan tali agar pria itu tak bisa bergerak, dan tak lolos dari pantauannya.

"Gue butuh ngomong sama Rio!" ucap Ando , ia menatap Sivia tajam. Mereka berdua saat ini sedang berada di ruang tamu lantai 1 rumah Rio. Sedangkan Rio dan illy tetap di atas di kamar Rio.

"Lo masih marah! Kalian berdua bisa bertengkar lagi" jelas Sivia tak kalah tajam.

          Ando mendengus kesal.

"DIA HAMPIR BUNUH ADIK GUE" teriak Ando tepat di wajah Sivia, dan buat Sivia itu tidak mempan, ia mencoba tidak takut, meskipun kenyataanya Ando menakutkan.

          Sivia tersenyum picik,

"Dan lo hampir ngilangin nyawa lo sendiri!" balas Sivia penuh penekanan.

          Sivia meneguk ludah, tatapan mereka saling ber-adu tak ada yang mengalah. Sivia menghela berat, mencoba cara lembut kali ini.

          Ia mengangkat tangan kananya membelai pipi lebam, Ando pelan-pelan. Pria itu sedikit meringis, merasakan perih disana.

"Kak, dengerin gue" suara Sivia memelan, sangat lembut.

"Gue akan lepasin lo, dan lo boleh bicara baik-baik dengan Kak Rio, tapi jangan pakai kekerasan"

"Kalau lo sampai mati gara-gara berantem sama Kak Rio, siapa yang jaga Ify lagi?"

"Ify nggak apa-apa kak, dia udah di rumah sakit sekarang."

"Daripada lo marah-marah nggak jelas seperti ini, lebih baik kita ke rumah sakit, nyamperin Ify" bujuk Sivia baik-baik.

          Ando terdiam, sangat lama. Sivia menunggu reaksi lelaki dihadapanya ini.

"Gue butuh penjelasan!" ucap Ando, suaranya tak setajam tadi. Sivia melegah.

"Oke, gue lepasin, tapi bicara baik-baik dengan Kak Rio."

"Gimana?"

"Oke" jawab Ando setuju, tatapanya tetap dingin.

          Sivia ber-doa dalam hati, keputusanya melepaskan tali ini adalah benar, melepaskan Ando dari dekapanya adalah benar. Semoga tidak ada perang ke-dua kalinya. Sivia menarik tali tersebut dan akhirnya terlepas dari tubuhnya dan tubuh Ando.

          Sivia menggenggam tangan Ando erat, ia ingin Ando ke kamar Rio bersama dengan dirinya. Mereka berjalan bersamaan, menaiki tangga, ke atas, menuju kamar Rio.

******

          Sivia dapat merasakan tanganya di genggam sangat erat oleh Ando ketika mereka berdua memasuki kamar Rio. Mata Ando menyorotkan api lagi ketika melihat Rio yang sedang duduk tertunduk di ujung kasur.

          Sivia menatap illy yang memeluk kakak-nya,

"Gue pingin bicara sama lo" ucap Ando membuka suara,

          Illy langsung berdiri, menutupi tubuh Rio, ia takut tiba-tiba Ando akan menyerang kakak-nya. Wajahnya menatap Ando dengan takut, dan memohon.

"Biarkan il" ucap Rio menarik illy agar tak menghalangi dirinya.

          Rio mendongakkan kepalanya, membalas tatapan elang mematikan yang diberikan oleh Ando.

"Kalian berdua bisa keluar" suruh Rio dan Ando serempak.

"Tapi kak—" protes illy dan Sivia bersamaan.

"Gue nggak apa-apa, tenang aja" ucap Rio menangkan adiknya. Illy menghela berat, masih tak rela.

"Keluar illy"

"Kak—" rengek illy sangat takut.

"Gue nggak bakal mati di tangan Ando"

          Illy menganguk kecil, mengiyakan permintaan kakak-nya, dengan berat hati ia berjalan keluar dari kamar Rio. Tidak beda juga dengan Sivia, ia harus mengalah dengan keputusan Ando.

"Jangan pakai tangan, Kak" bisik Sivia tajam ke Ando.

"Iya" balas Ando berjanji.

          Sivia pun mengikuti illy yang telah keluar duluan, Sivia menutup pintu kamar Rio kembali, memberikan privasi ke dua orang itu.

*****

          Ando mengambil salah satu kursi, menarik-nya dan segera mendudukinya, ia mengambil jarak yang tak terlalu jauh dan tak terlalu dekat juga dengan Rio. Ia menatap sahabatnya yang masih tertunduk, mengatur napas-nya.

"Apa yang buat lo sampai berbuat seperti itu ke adik gue?" tanya Ando langsung ke inti permasalahan, ia tak ingin basa-basi.

          Rio menoleh ke samping, meraih ponsel Ify kemudian melemparkannya ke Ando, dengan gerak cepat, Ando menangkap ponsel tersebut, ia menatap Rio bingung, apa maksudnya.

"Baca aja emailnya" suruh Rio dingin. "Paling atas" lanjutnya.

          Ando menuruti, ia fokus membaca apa isi email tersebut.

Dari : [email protected]

          Terima kasih nona Dafychi atas segala kerjasamanya, semua berkas sudah kami dapatkan semalam. Terima kasih sudah memberikan kode berkas "Gold" perusahaan Haling, dengan ini kami bisa menghancurkan Haling Corp dengan mudah, acting anda sebagai kekasih Mario saya acungi jempol, dia terlihat takluk dan menurut kepada anda seperti anjing bodoh!. Semoga kita bisa bekerja sama di lain waktu, saya sangat mengandalkan anda, jadi jangan sampai ketahuan Nona Dafychi, jangan pergi dari samping Mario sebelum dia benar-benar hancur, setelah dia terpuruk, silahkan campakkan dia dan tugas anda selesai.

          Sebagai hadiah kali ini, saya memberikan sebuah yatch yang sangat anda inginkan, anda bisa melihatnya di pelabuhan gate barat. Anda akan disambut oleh pengawal saya disana. Semoga anda suka.

          Terima kasih, salam Phantom.


          Ando terdiam, setelah membacanya, apa maksud dari isi email ini. Ia masih tak paham.

"Berkas Gold? Apa itu?" tanya Ando masih butuh penjelasan.

          Rio menghela berat,

"Gue di jepang beberapa hari yang lalu karena kode berkas gold perusahaan hilang. Padahal sistem keamananya sangat ketat hampir mustahil untuk di buka siapapun kecuali gue, karena hanya gue yang tau kode-nya."

"Awalnya kami semua mengira bahwa itu di bobol oleh hacker, kita masih terus ber-spekulasi sampai akhirnya salah satu teknisi menemukan, bahwa itu nggak di bobol tapi dibuka dengan kode yang tepat"

"Orang yang mencuri berkas itu tau kode untuk membukanya" jelas Rio.

"Sepenting apa berkas Gold itu sampai lo mau bunuh adek gue?" pertanyaan Ando menyudutkan Rio.

"Itu adalah data rahasia keseluruhan perusahaan, mulai dari perusahaan pusat sampai cabang paling bawah diseluruh dunia, jika berkas itu jatuh di tangan pesaing, habislah perusahaan Haling" ucap Rio sedikit gugup menjelaskanya.

          Suara tawa Ando tiba-tiba terdengar nyaring.

BUKKKK

          Ando tak segan melemparkan ponsel Ify tepat di wajah Rio, membuat pria itu langsung meringis kesakitan, gigi-nya sampai berdarah akibat yang dilakukan oleh Ando. Rio tak berniat melawan, ia sudah terlalu lelah.

"Lo beneran lebih parah ya daripada gue yo!!!"

"Lo GOBLOK! ATAU TOLOL SIH!!"

"Lo gampang banget termakan emosi lo! Nggak bisa dikendalikan dari dulu"

          Rio mendengarkan saja, apa yang ingin Ando katakan.

"Ify nggak mungkin yo ngelakuin itu! Dia telah dijebak!" ucap Ando memberikan kesimpulan.

          Rio tertawa sinis,

"Benarkah? Email tadi sangat membuktikan, bukan?" balas Rio sengir.

          Ando kembali tertawa.

"Sekarang gue tanya sama lo, darimana Ify tau kode berkas lo? Lo pernah ngasih tau ke dia? Atau lo catat kode lo itu di buku? di kertas? Di berangkas? Sampai Ify bisa tau? Hah?"

"Cuma lo yang tau yo KODENYA!!" perjelas Ando penuh penekanan di kata akhirnya.

          Rio terdiam, penjelasan Ando mulai masuk ke otaknya, terolah baik-baik disana.

"Gue polisi yo! Jabatan gue detektif! Masalah kayak gini gue sangat paham di luar otak! Mana yang Fake mana yang Real! Kelihataan!!"

"Harus-nya lo buktikan dulu ke-aslian email itu! Jangan asal sepihak nyerang adik gue dan lo jadikan tersangka gitu aja!"

"LO HAMPIR HILANGIN NYAWA ADIK GUE, TOLOL!" Teriak Ando mulai keluar emosinya.

          Ia menghela napas panjang, menghembuskanya pelan-pelan, mencoba meredahkan sendiri amarahnya. Ia menatap Rio yang hanya diam saja, tak bisa menjawab penjelasanya. Pria itu semakin berpikir.

"Kalau orang itu berniat mengirim email rahasia penting ke Ify, harusnya dia mengirim email sekali buka langsung terhapus, atau bisa mengirimnya dalam bentuk spam, jadi tidak akan terlihat di kotak masuk terang-terangan kayak gini!"

"Dia mau bunuh diri di kandang lawan?" sinis Ando.

"Kalau memang Ify adalah tameng budak orang itu, pasti Ify sering keluar diam-diam dari rumah tanpa sepengetahuan gue, dan gue pasti sudah curiga dari awal!"

"Terus apa tadi? Yatch?"

"Ify minta Yatch?"

"Hahahahahaha"

          Ando tertawa semakin nyaring,

"Yo! Apa lo masih nggak kenal gue, Ify dan Iqbal?"

"Bokap gue bisa belikan 10 sekarang kalau bisa buat adek gue tanpa harus mohon-mohon!"

"Keluarga gue lebih kayak daripada lo! Garis bawahi itu, Tuan muda Mario!!" tajam Ando terang-terangan.

          Rio tehenyak, cukup terkejut mendengar pernyataan Ando seperti itu untuk pertama kalinya. Sahabatnya itu sama sekali tak pernah membahas tentang bagaimana latar keluarganya selama ini, jika Ando sampai ber-ucap seperti ini, pasti itu adalah sebuah kejujuran yang sangat nyata!. Rio tau itu.

"Tapi berkas itu beneran hilang. Belum kembali sampai sekarang" ucap Rio masih mencari cela pembelaan.

"Ya Tuhan!!" pekik Ando kehabisan kesabaran. Tak paham dengan cara berpikir pendek Rio. Pria itu sungguh termakan emosi-nya terlebih dahulu dan kenyataan yang dihadapinya tanpa menelusuri kepastian.

          Ia menatap Rio lekat!.

"Yo,  gue ceritain ke lo tentang Ify!!"

"Dengerin baik-baik"  tajam Ando mulai serius.

"Satu hari setelah kalian liburan ke Maldives, malam-malam Ify minta tidur sama gue. Jujur, gue kaget, karena nggak biasanya Ify seperti itu, semenjak Mama meninggal Ify nggak pernah lagi mau tidur sama siapapun. Dia selalu ingin tidur sendiri"

"Dia terlihat sangat bahagia yo, dia minta izin ke gue biar gue restuin hubungan kalian berdua!"

"Dia cerita kalau lo ngelamar dia, Ify cerita sampai larut malam dengan senyum yang nggak hilang dari wajahnya sama sekali,  dan itu adalah sebuah hal yang luar biasa lihat Ify tersenyum sebahagia itu, dia nggak pernah tertawa lepas dan sebahagia itu semenjak kematian mama"

"Dia memberanikan diri minta izin langsung ke gue, biar dia bisa nikah dulu, biar dia bisa langkahin gue, dan gue bisa apa? Nolak? Nggak bisa yo! Gue nggak tega lihat senyum dia hilang gara-gara gue nolak permintaan dia"

"Dia adik perempuan gue satu-satunya"

"Dia cinta sama lo yo, dia beneran sayang sama lo, dia seperti nggak bisa hidup sama lelaki lain, kalau nggak sama lo. Berhari-hari dia selalu lihatin cincin pemberian lo, dia seperti gadis gila dirumah, senyum-senyum nggak jelas, tingkahnya aneh!"

"Dia ngasih tau Mr. Lay, ngasih tau Iqbal, ngasih tau Bi Ina, ngasih tau Papa, kalau lo ngelamar dia, dia sangat bahagia bersama lo"

"Tapi—" Ando tertunduk, tertawa sinis.

"Tapi lo raguin dia yo? Lo langsung tuduh dia sebagai seorang penghianat? Dan lo hampir bunuh dia?"

"Dimana hati lo yo?"

          Ando menatap Rio sangat leat yang terdiam membisu dihadapanya.

"Lo beneran nggak sih cinta sama adik gue? Lo beneran bisa jaga adek gue? Lo beneran serius mau nikahin adik gue?"

"Kalau kelakuan lo kayak tadi ke Ify? HAH?" bentak Ando butuh jawaban.

"Gue perjelas lagi yo! Ada orang yang jebak Ify. Demi tuhan gue berani bersumpah, nyawa gue taruhanya kalau beneran sampai Ify yang ngelakuin itu! Bukan Ify yo! Bukan dia!"

"Senyum dia ketika di dekat lo itu asli yo, nggak palsu!!"

"Gue akan ambil kasus ini. Gue akan cari tau siapa pengirim emailnya. Gue akan buktiin ke lo, kalau adik gue bukan pelakunya!"

          Rio mendesah berat, mengacak-acak rambutnya gusar, ia frustasi dengan dirinya sendiri.

          Perlahan kepala Rio tertunduk lemas, ia mulai menyadari kebenaran dari penjelasan Ando tadi. Jadi apa yang telah ia lakukan kepada Ify beberapa jam yang lalu? Rio menatap kedua tanganya sendiri, pedih! Dia sangat bodoh sekali!!.

"Maafin gue Ndo"

"Gue minta maaf" ucap Rio sangat bersalah.

"Jangan minta maaf ke gue, Minta maaf ke Ify"

"Dia pasti shock karena kejadian tadi"

          Rio mengangguk-anggukan kepalanya.

"Thanks banget Ndo, sekali lagi gue minta maaf" ucap Rio sangat tulus.

          Ando menghela pelan, ia berdiri dari tempat duduknya, mendekati Rio. Ando menepuk-nepuk bahu sahabatnya, memberikan ketenangan.

"Ayo kita kerumah sakit"

"Lo minta maaf ke Ify" ajak Ando.

"Iya"

*****

          Rio dan Ando masuk kedalam kamar rawat Ify, gadis itu sedang duduk bersender di kasur, menatap kosong ke arah jendela. Sedangkan Nyonya Abahay dengan sabar  menyuapi gadis itu air hangat dengan sendok kecil ke dalam mulut Ify.

          Mereka berdua berjalan mendekat,

"Fy" panggil Rio hati-hati.

          Suara Rio berhasil membuat Ify terkejut, gadis itu langsung menundukan kepalanya, melirik Rio takut. Kedua tangan Ify menarik selimut, dia gemetar hebat, mulai dari tangan, mulut dan telapak kaki-nya. Kedua mata Ify bergerak tak pasti.

"Ify"

"Dafychi" panggil Rio lagi, ia menjulurkan tanganya, berniat meraih tangan Ify.

"PERGI!!" teriak Ify kencang,

          Ify menepis tangan Rio kasar, meringkukan tubuhnya menjauhi Rio. Ify tak berani melihat Rio sama sekali, tubuhnya semakin bergetar.

"Fy, gue min—"

"PERGI!! LO PERGI!!" bentak Ify keras, sama sekali tak ingin Rio mendekat dan berada di dekatnya. Ify takut.

          Rio menatap Ify pasrah, tatapanya semakin bersalah, mengingat apa yang sudah dilakukanya kepada gadis ini sudah diluar dari kata KETERLALUAN!.

          Ify mengigit bibir bawahnya, jemarinya semakin gemetar tak terkendali.

"Gu—, gue—, gue—, gue—, gue, mo—, mo—,mohon—, per—, pergi!!"

"Per—, pergi sekarang" Ify menangis, terisak, suaranya terdengar serak.

          Ando mematung, tak tega melihat sang adik. Ia menepuk bahu Rio pelan.

"Yo, lo keluar" pinta Ando kepada sahabatnya.

          Rio menggeleng keras, ia masih tak ingin menyerah.

          Rio mendekat, dan memaksa meraih tangan Ify untuk ia genggaam.

"GUE NGGAK MAU KETEMU SAMA LO"

"GUE TAKUT!!"

"GUE BENCI SAMA LO!!" teriak Ify seperti orang kerasukan,

          Ia menyentak kasar tangan Rio yang mengenggamnya. Dengan cepat Ify turun dari kasur dan mendekati Nyonya Abahay, Ify bersembunyi di bawah kasur sambil memeluk kaki Nyonya Abahay.

          Ify memangis ketakutan.

"Tan—, tan—, tante—, su—, suruh Rio pergi"

"Su—, Suruh—, Suruh Rio pergi"

"Ify—, ify takut tante"

"Ify tak—, takut! Ify takut sama Rio"

"Ify takut! Sangat takut!"  isak Ify memohon dengan kalimat tak beraturan saking gemetarnya, ia menatap Nyonya Abahay dengan air mata mengalir deras. Meminta perlindungan.

          Nyonya Abahay menatap Ify sangat tak tega, ia dapat merasakan tangan Ify yang begitu dingin dan gemetar hebat. Ify benar-benar ketakutan.

"Ify takut sama Rio"

"Ify takut sama Rio"

"Rio mau bunuh Ify"

"Ify takut sama Rio, tante"

"Ify takut!!"

"Suruh rio keluar!!"

"SURUH RIO PERGIII!!"

"SURUH DIA PERGIIII!!"

"IFY NGGAK MAU KETEMU SAMA DIAA!!" Ify semakin teriak histeris layaknya orang kesurupan. Gadis itu menetup kedua telinganya erat-erat, meringkuk dengan kedua kaki-nya, semakin bersembunyi agar tak terlihat.

          Nyonya Abahay langsung memeluk Ify, menyembunyikan wajah Ify kedalam pelukannya, memberikan ketenangan pada gadis kecil itu. Ify semakin menangis keras dalam pelukanya.  Nyonya Abahay ikut merasa bersalah, dan kasihan.

          Rio merasakan kaki-nya melemas, perbuatanya sampai ber-efek fatal pada kekasihnya sendiri. Ia tak menyangka Ify sampai jadi seperti ini. Rio tak tau harus berbuat apa, kedua mulut-nya terbuka, tatapanya kosong, jemarinya ikut bergetar mendengar teriakan histeris Ify akan ketakutannya.

"Yo, Kamu keluar sekarang!!" pinta Nyonya Abahay menatap Rio tajam.

"Tapi Ma, Rio ma—"

"MAMA BILANG KELUAR!! YA KELUAR MARIO!! KAMU TULI?" teriak Nyonya Abahay sangat keras, mungkin bisa terdengar sampai 3 kamar tetangga.

          Rio tersentak, untuk pertama kali dalam sejarah hidupnya Mama-nya membentaknya sekeras ini dan terlihat semarah ini denganya. Rio, kamu beneran sudah melakukan suatu kesalahan yang besar! Sangat besar! Mario.

"Yo, lo keluar sekarang!" ucap Ando bukan sebuah permohonan atau permintaan lagi melainkan perintah paten.

          Rio menatap Ando sejenak,

"Gue bisa seret lo kalau perlu! Adik gue ketakutan. Gue mohon" pinta Ando melunak.

          Rio tak ada pilihan lain, 3 lawan 1, dia kalah telak. Rio mengangguk pasrah. Kemudian, perlahan berjalan keluar dari kamar rawat Ify dengan langkah gontai, perasaanya hancur, merutuki perbuatannya sendiri. Rio mengepalkan kedua tanganya kuat-kuat.

          Setelah menghilangnya keberadaan Rio, Ando berjalan mendekati Ify. Adiknya masih menangis dalam pelukan Nyonya Abahay.

"Ify" panggil Ando, ia berlutut mendekati adiknya.

          Ify dengan takut melepaskan pelukan Nyonya Abahay, melirik ke arah Ando, sang kakak tersenyum ke arah-nya, tanpa berpikir panjang Ify langsung memeluk Ando sangat erat, menangis lebih keras dalam pelukan Ando.

"Kak, gu—, gu—, gue takut"

"Gue takut banget!"

"Takut!!" tangis Ify dengan kedua tangan gemetar.

          Ando mengangguk kecil, membelai lembut rambut adiknya mencoba menenangkan.

"Ada kak Ando, tenang, kak Ando ada disini"

"Ify kamu aman, jangan takut"

          Ify menggeleng keras, ia masih takut.

"Ri—, Rio—, Rio mau bunuh Ify"

"Rio nyekik Ify kak—"

"Rio menakutkan"

"Ify takut sama Rio, Kak"

"Ify nggak mau ketemu sama Rio lagi"

"Ify takut! Ify takut"

"GUE TAKUTTTT KAK!!" jerit Ify meluapkan semuanya.

          Ando memeluk Ify lebih erat, tanganya ikut gemetar mendengar jeritan Ify seperti ini. Untuk kedua kali gadis kecilnya ini menangis sampai seperti ini. Ia melihat Ify menangis sampai kayak gini ketika mama-nya meninggal, efek yang dilakukan oleh Rio benar-benar sangat besar pada Ify.

          Ando menghembuskan napas berat, menahan sesuatu yang mengganjal di kedua matanya, kedua mata-nya berkaca-kaca, tidak tega melihat kondisi Ify saat ini.

"Tenang Dafychi, Kak Ando selalu lindungi Ify"

"Jadi tenang ya, Rio nggak akan kesini, Kak ando janji, Rio nggak akan berani datang lagi"

"Kak Ando nggak akan biarin Rio nemuin kamu"

"Jadi, kamu nggak usah takut" suara Ando melembut,

"Gu—, Gue takut Kak"

"Ri—, Ri—" suara Ify memekik kecil, tak bisa melanjutkan ucapanya saking gemetarnya. Isakan Ify berhasil membuat napas gadis itu terasa sesak, dan dada-nya sakit.

          Ando merasakan tubuh Ify melemah, tanganya tergeletak tak lagi memeluknya. Ando menatap Ify, gadis itu telah pingsan tak sadarkan diri.

"Ify pingsan tante" ucap Ando kepada Nyonya Abahay yang ikut bingung.

          Ando dengan cepat membopong Ify, menidurkan gadis itu di atas kasur kembali, sedangkan Nyonya Abahay lekas memanggil dokter yang sebelumnya memeriksa Ify. Ia khawatir terjadi apa-apa dengan Ify.

          Perbuatan Rio menjadi tanggung jawabnya. Apalagi yang dilakukan oleh Rio kepada calon menantunya sendiri.

          *****

          Rio mendadak ikut bingung dan cemas melihat mama-nya keluar dari dari kamar rawat Ify dengan terburu-buru, Rio sedari tadi dapat mendengar jeritan dan tangisan keras Ify dari luar. Dan, ia semakin merasa sangat sangat beribu bersalah  kepada Ify, semuanya adalah kesalahan terbodohnya.

"Ma, ify kenapa? Ify kenapa?" tanya Rio mengikuti mama-nya.

"Maa!! Ify kenapa?" tanya Rio cemas.

          Nyonya Abahay menghentikkan langkahnya, membalikan badan dan menatap sang anak sulung-nya sangat tajam.

"Ini semua gara-gara kamu Mario!"

"Awas saja sampai terjadi apa-apa dengan calon menantu Mama"

"Mama nggak akan maafin kamu" tegas Nyonya Abahay kemudian melangkah pergi, melanjutkan langkahnya kembali meninggalkan Rio yang mematung ditempat.

          Mama-nya saja sampai semarah itu kepadanya, Rio menahan napas-nya yang terasa sesak, kepalanya terasa ingin meledak dan pecah!. Sungguh perbuatanya sudah sangat tak termaafkan oleh siapapun, bahkan mama-nya sekalipun.

          Rio berjalan mendekati dinding kemudian menghantamkan tangan kananya ke tembok berkali-kali,  melampiaskan amarah-nya sendiri disana, tak peduli dengan rasa sakit yang menyerang kulit dan tulang tanganya, ia semakin menguatkan pukulannya.

"AARGGGGHHSSS!!!" teriak Rio sangat kencang.

          Ia menghela napas berat, menatap ke dinding langit, mencoba menenangkan diri, tapi tetap saja tak bisa. Perbuatanya bisa dibilang tak termaafkan, bagaimana bisa ia berbuat sebodoh itu!.

          Rio tak bisa memungkiri, sifat dingin, otoriter, mudah emosi adalah perilaku bawaan dalam dirinya, mau tidak mau jika ia tak bisa mengontrol dirinya sendiri, semua sifat itu akan muncul begitu saja. Rio sadar dengan kelemahanya itu, tapi kenapa dia sampai bisa berbuat se-tolol ini!.

          Padahal ia telah berjanji kepada Ify agar tidak mudah emosi dan bermain kasar, namun buktinya kini? Yang dilakukanya lebih dari kata kasar melainkan sangat keterlaluan dan tak termaafkan!.

"Rio!! Lo bodoh!!"

"Lo brengsekk Mario!!"

"Lo goblok!!"

"Lo tolol!!"

"Mati aja lo. Yo!!!"

"Mati ajaaa lo!!!"

          Amarah Rio kembali keluar, ia melampiaskanya lagi dengan memukul dinding tak berdosa, membiarkan darah segar mulai keluar di tanganya. Rio terus menghantamkannya tanpa kontrol yang tak terkendali.


*****

#Cuap-CuapAuthor

Yeaay~~ Akhirnya bisa post lagi permisa, dan ini yang kalian tunggu yang buat kalian penasaran dari kemarin. hihihi. maaf yaa udah gantungin kalian kayak kemarin hihihiii.


Kasihan Ify hiks......


Keep read "EL" selalu tunggu part selanjutnyaa yaa, tungguin gimana nasib Rio? Hayo Ify nggak mau lagi ketemu sama Rio?. Maklum aja, Siapa yang nggak trauma kayak gitu? iyakan? Coba kalian di posisi Ify?. Hmmmm.


Jangan lupa Comment dan Vote paling bangetan ditunggu sama sayaaaaa, dan terus baca "EL" ajak teman-teman kalian buat baca "EL" yaaaa :D dan nanti kalau novel-nya sudah keluar, jangan lupa beli ya teman-teman. Makasih banyaak mwah mwah.


LAFTYUUU ALLL


Salam,

Luluk_HF

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro