Gue bukan Tuan Putri !!
Ify meninggalkan Sivia begitu saja, meninggalkan Sivia yang menangis disana. Yah, begitulah Ify. Gadis dingin yang menakutkan. Bahkan sisi baiknya tidak bisa ada yang tau. Gadis macam apa Ify? Apakah dia pernah tersenyum? Apakah dia pernah tertawa sampai lepas. Entahlah, siapa yang tahu.
*****
Illy dengan cepat mendekati Sivia, memberikan Sivia beberapa tissu untuk mengusap air matannya dan ingusnya yang memenuhi wajah gadis manis tersebut.
"Lo nggak apa-apa Vi?" tanya illy benar-benar khawatir. Sivia tak mampu menjawab dengan kata, ia hanya bisa menggelengkan kepalanya pelan.
"Ayo kita ke UKS, obati paha kamu memerah."
"Gue akan belikan seragam baru di koperasi sekolah"
Sivia menurut kali ini, ia sudah tak ada daya melawan, Ia dibantu oleh illy menuju ke UKS sekolah. Setidaknya ia tidak akan bertemu dengan Ify untuk sementara waktu. Ia perlu waktu untuk menenangkan dirinnya. Ia dapat melihat bahwa sahabatnya tadi benar-benar sudah sangat marah kepadanya melebihi marahnya kepada Shilla.
****
Illy masuk kedalam kabin Sivia setelah gadis itu selesai diobati dan mengganti seragam dengan seragam baru yang dibelikan oleh illy.
"Nanti gue ganti uang seragam—"
"Apaan sih, nggak usah diganti kali"
"Kalau lo cuma kasihan sama gue, nggak perlu ly"
"Siapa juga yang kasihan, gue cuma menjalankan sila ke 2 yang berbunyi kemanusiaan yang adil dan beradab"
" Wahhh— hebat juga gue masih hafal sama pancasila hehehe" sedetiknya illy malah memuji dirinnya sendiri, maklum saja ia cuma pernah stay di indonesia beberapa tahun dulu dan harus pindah lagi ke luar negeri.
Sivia tersenyum ringan, entah kenapa ia merasa senang setidaknya ada Illy di sisinya. Gadis di depannya itu terlihat sangat tulus membantunya, sangat tulus mau berteman dengannya dan sangat tulus tersenyum ke arahnya.
"Thanks ly" ujar Sivia yang dibales dengan anggukan serta senyuman manis dari illy.
"Jadi—"
Illy menarik salah satu kursi dan ia hadapkan ke sivia, setelah itu ia duduk di kursi tersebut. Menatap Sivia seolah ingin mengadili gadis itu. Sivia mengernyitkan kening, menunggu saja apa yang akan dilakukan oleh Illy.
"Siapa 2 cewek tadi?"
"Yang mana?" tanya Sivia datar.
"Yang bully lo tadi"
"Itu Shilla"
'Siapa dia ?"
"Anak presiden"
"Dia anak presiden? Yang bener aja?"
"Dia sebenarnya anak baik, mungkin dia lagi ada masalah keluarga atau masalah apa mangkannya dia berbuat kayak gitu"
"Waahh—, lo kayaknya setengah nggak waras. Udah di siksa masih aja belain itu nenek sihir satu" illy geleng-geleng sendiri. Sivia tidak tau harus merespon bagaimana, ia hanya bisa tersenyum canggung. Tapi, ia benar-benar tulus mengatakannya tadi. Setidaknya ia mencoba untuk tetap tidak membenci siapapun termasuk Shilla yang sudah berbuat kejam padannya selama ini.
"Terus yang satu lagi?"
"Yang mana lagi?" tanya Sivia balik
"Yang ngehabisi si nenek sihir"
"Ify"
"Dia siapa?"
"Sahabat gue"
"Sahabat? Kok dia kasar banget?"
'Dia emang gitu anaknya, Tapi dia sangat sangat baik. Gue aja yang salah"
'Wahhh—, lo belain lagi. Lo emang sedikit sakit jiwa"
"Sahabat apa yang malah ngehina sahabatnya sendiri di kantin"
"Dia nggak ngehina, dia emang bicara situasi nyatannya"
"Kenalin gue sama Ify" ujar Illy nampak tertarik. Sivia menatap Illy setengah tak yakin.
"Jangan!!"
"Why?? Lo nggak ngenalin gue sama si Ify? Apa gu—"
"Bukan gue yang nggak mau. Tapi Ify pasti langsung nolak lo mentah-mentah"
"Maksudnya?"
"Ify nggak pernah suka berteman"
"Tapi lo temannya kan?"
"Itu pengecualian. Gue aja juga nggak tau bagaimana bisa gue sahabatan sama Ify. " binggung Sivia sambil nyengir.
"Pokoknya kenalin gue titik"
"Apa kita bertiga buat group ? trio keren? Trio hits? Trio beauty? atau—"
"anggotanya siapa? Gue, lo dan Ify?" tanya Sivia mencoba meyakinkan bahwa dugaanya tidak salah.
"YAPS!!" jawab Illy mantap dan langsung mendapat sahutan tawa sinis dari Sivia.
" Lo bakal di bunuh sama Ify kalau ucapan lo tadi lo sampaikan ke dia"
"Kok bisa?"
"Dia bukan manusia. Dia iblis berhati dingin"
"Oh ya? Gue akan buktikan kalau gue bisa buat group trio. Gue akan buat dia mau temen an sama gue. HAHAHAHA"
Sivia hanya mengangkat bahunya saja, merasa sangat tak yakin dengan ucapan Illy. Apalagi melihat kelakukan illy yang super hyperaktiv, dan Ify sangat tidak suka orang yang berisik.
"Kita lihat aja"batin Sivia.
*****
Rio dan Ando keluar dari mobil masing-masing yang diparkir di depan rumah Rio. Beberapa bodygard Rio pun bermunculan dan berdiri tegak seolah siap siaga dengan jarak agak jauh.
"Thans Bro" ujar Rio sambil menjabat tangan Ando.
"Sama-sama" Balas Ando dengan mengangguk.
"Lo langsung cabut?" tanya Rio kembali.
"Gue harus jempu Ify" jelas Ando, Rio mengangguk-angguk.
"Bukannya dia sudah ada pengawal?"
"Dia iblis licik, bisa kabur dan melawan pengawalnya. " Rio mengangguk-anggukan kepalannya.
"Kenapa? Ada yang aneh ?" tanya Ando yang merasa bahwa raut wajah Rio masih ada yang ganjal.
"Kenapa adik lo perlu pengawal? Sedangkan lo dan adik terakhir lo nggak pernah gue lihat ada pengawal yang ngikutin?"
"Dia gadis yang sangat penting!! " bisik Ando dengan nada setengah bercanda. Rio mengernyitkan keningnya tak mengerti.
"Dia suka bolos sekolah, mangkannya papa gue nyuruh pengawal buat ngawasin dia" ujar Ando menjelaskan kebinggungan Rio, dan Rio tak ingin mencampuri urusan keluarga lain. Sepertinya ia hanya khilaf sesaat tadi. Kenapa ia harus jadi penasaran tentang gadis itu?.
"Yaudah hati-hati"
"Oke, thanks. Bye"
"Bye"
*****
Ando memberhentikkan mobilnya dengn cepat. Keluar dari mobil dengan langkah sedikit berlari. Ia melihat sosok gadis yang menurutnya mirip dengan Ify bukan tapi gadis itu memang benar sang adik. Ify.
"FY!!!" teriak Ando. Ia mempercepat larinya. Gadis itu menoleh ke arahnya, memberhentikan langkahnya.
"kok udah pulang?" tanya Ando binggung. Sang adik diam saja menatap Ando dengan wajah kosong.
"Kam—, kamu kenapa?" tanya Ando mulai khawatir, wajah Ify terlihat sedikit pucat.
"Gue mau pulang" singkat gadis ini. Wajahnya terlihat sedikit memohon.
"Ayo pulang, Kita pulang"
Ando dengan cepat menggandeng adiknya, menuntun Ify masuk kedalam mobil. Tanpa banyak bertanya. Ando segera membawa Ify pulang kerumah dengan kecepatan mobil yang lumayan kencang.
*****
Ando menghembuskan nafas beratnya, menatap semua pria-pria ber-seraham hitam yang ada di depannya ini dengan ekspresi sedikit emosi. Semua pria itu hanya tertunduk. Takut tentunya!.
"Apa kalian lelah menjaga dia?"
"Apa kalian tidak becus lagi?"
"Maaf kan kami tuan!!"
"Maaf??"
"Kalau dia kabur!! Kejar!!
"Kalau dia hilang! Cari!! "
"Kalau dia tidak ada di depan mata kalian, langsung gerak !!! "
"Harus saya ulang berapa kali? Kalau dia gadis yang berharga !! "
"Kalian mau mati ditangan Mr. Bov?"
"Maafkan kami tuan!! "
"Kami tidak akan mengulanginya lagi"
"Kami akan menjaga nona lebih baik lagi!"
Ando menghentikan kemarahannya, ia mendapati Iqbal yang baru saja pulang sekolah. Iqbal menatap kakaknya dengan raut yang tegang. Pasti telah terjadi apa-apa dengan kakak perempuannya.
"Gue masuk dulu" ujar Iqbal tak ingin terlibat. Saat ini bukan waktunya untuk bertanya kepada Ando.
Untuk mendapatkan jawaban dari kebinggungannya, ia tidak langsung masuk ke kamarnya. Iqbal langsung pergi ke kamar sang kakak.
"Lo kenapa ?"
Iqbal tak sengaja melihat kakaknya sedang mengobati luka di bahu sebelah kiri. Iqbal memajukan langkahnya perlahan. Ify sedikit terkejut pastinya, namun ia tak menghiraukan sang adik. Kembali mengobati lukanya.
"Tutup pintunya!! " tajam Ify, Iqbal langsung menurut. Ia menutup dan mengunci rapat-rapat pintunya. Jika Ando tau mampuslah dirinnya dan semua pengawal-pengawal tadi.
"Lo—,"
"Nggak ada wawancara! "
Iqbal menghembuskan nafasnya, belum juga ia menyelesaikan pertanyaannya..
"Ando masih marah-marah dibawah?"
"Masih"
"Ando tau bahu lo?"
"Bisa mati mereka semua sampai Ando tau"
"Lo nggak apa-apa?" Iqbal benar-benar terlihat sangat cemas. Ia mendekati kakaknya lebih dekat. Membantunya, menempelkan perban di lukannya tersebut.
"Well" jawab Ify singkat.
Ia memakai kembali piyama tidurnya. Membalikkan badannya menghadap sang adik.
"Why? Wajah lo nakutin kalau kayak gitu" sunggut Ify mencoba mencairkan suasana.
"Lo mau nyawa gue sama Ando melayang ?"
"Gue nggak apa-apa!!" serah Ify. Ia berjalan ke kasurnya.
"Keluar sana!! Gue capek! " usir Ify tak ingin berdebat dengan sang adik.
"KAK!!! " teriak Iqbal frustasi. Ify yang ingin membaringkan badannya, mengurungkan niatnya. Ia duduk kembali. Menatap sang adik.
"Lo udah janji kan? Nggak akan bahayain nyawa lo lagi"
"Gue juga nggak mau ini terjadi! " jawab Ify tak ingin disalahkan.
"Gue nggak mau ancam lo. Tapi ini benar-benar peringatan dari gue! "
"Turuti apa kemauan pengawal lo! Jangan lepas dari mata mereka! "
"Kenapa gue harus turutin mereka ?" Ify mulai memuncak.
"Gue juga ingin bebas! Gue ingin kemana pun sesuka gue! "
"Gue nggak suka dikekang kayak gini! Kemana-kemana harus di buntutin! "
"Ini demi kebaikan lo!! " tegas Iqbal. Tak peduli bahwa yang sedang ia hadapi adalah kakaknya sendiri.
"Kebaikan gue? Yang mana??"
"Gue ingin kayak lo!! Nggak usah ada pengawal. Free life, gue dari kecil kayak gini!! "
"Gue bukan tuan putri!! "
"Lo emang bukan tuan putri, Tapi lo—"
"Tapi gue apa?" Iqbal tak bisa melanjutkan ucapannya. Kata tersebut adalah kata yang tabu untuk diucapkan. Belum saatnya kata itu terkeluarkan.
Suara pintu kamar Ify terbuka, sosok Ando nampak disana. Ando memberikan kode kepada Iqbal untuk keluar dari kamar Ify sekarang juga.
"Jaga emosi lo" bisik Ando tajam ketika Iqbal melewatinya.
Iqbal tak menjawab dan segera melanjutkan langkahnya begitu saja. Ando menatap Ify yang mencoba mengatur emosi disana.
"Lo istirahat ! "
Ando menutup kamar Ify, dan dengan sengaja mengunci kamar Ify dari luar. Berharap bahwa gadis itu tidak akan keluar kemana-mana.
"AISSSHHHHH!!! "
Ando tak mempedulikan gadis itu berteriak frustasi didalam sana. Ia membiarkan saja.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro