Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Gadis kecil


Pukul 11.45 p.m tengah malam, Ify masih tidak ditemukan di manapun. Sampai akhirnya terdapat panggilan dari kepolisian cyber-crime, mereka menemukan ponsel Ify telah aktif kembali, mereka menemukan keberadaan gadis itu.

Dengan cepat Rio, Ando dan Iqbal serta seluruh orang suruhan mereka menuju kesana. Dalam perjalanan, berharap bahwa mereka benar-benar akan menemukan gadis itu.

Mereka semua sudah terlihat sangat frustasi dan kelelahan.

*****

Tubuh Ify meringkuk kecil, terduduk lemas, mencoba bersembunyi di sela-sela re-rumputan. Ia berusaha menutupi tubuh putihnya yang ter-ekspos sangat jelas, di tubuhnya hanya tersisa pakaian dalam yang dikenakan. Udara malam terus menusuk kulitnya.

Mereka membuangnya dengan melemparkan tubuhnya begitu saja, hampir Ify terjatuh di jurang namun ia berhasil menahan diri di batang pohon dan mencoba naik ke atas.

Sampai akhirnya ia berhasil.

Ify terus terisak, ia takut setengah mati saat ini. Ia hanya sendiri di tempat gelap tanpa ada cahaya sedikit pun disekitarnya. Jalanan terlihat begitu sepi, Ify takut jika tiba-tiba ada orang jahat lagi yang menyerangnya.

Ify menangis dan menundukan kepalanya dalam, ia berdoa akan segera ada yang menolongnya. Ia benar-benar ketakutan.

Suara mesin mobil terdengar mendekat dan semakin dekat, membuat Ify terkejut dan semakin menyembunyikan tubuhnya. Ia tak berani mendongakkan kepalanya, memeluk tubuhnya se-erat mungkin dengan kedua tanganya, menutupi kulitnya.

Hampir 5 mobil terhenti di dekat pesembunyian Ify, orang-orang berpostur tinggi dengan dada bidang dan berpakaian hitam-hitam keluar dari mobil tersebut, wajah mereka terlihat sedikit sangar, mereka memiliki rupa yang berbeda-beda.

"Dafychi!!" panggil seseorang pria paruh baya yang baru saja keluar dari mobil Range Rover putih. Pria itu di kawal oleh beberapa orang yang memberikan pencahayaan dengan senter.

"Dafychii!! Ini Papa! Kamu dimana?" panggilnya sekali lagi.

Yah. Orang tersebut adalah Mr.Bov. Ia mengeluarkan kekuasaanya dan kekayaanya untuk menemukan anak gadis-nya. Mr.Bov meminta salah satu temannya di Rusia untuk menemukan Ify dengan menggunakan satelite. Entah bagaimana cara kerjanya, 1 Jam yang lalu Mr.Bov langsung mendapatkan panggilan bahwa mereka menemukan keberadaan pasti Ify.

Yah, disini mereka menemukanya, jalanan sepi dekat jurang. Tanpa ada penerangan sedikit pun.

"Dafychii!!" teriak Mr. Bov lebih keras.

"Antonio, cepat suruh mereka menyebar" perintah Mr. Bov kepada asisten pribadinya.

"Siap, Sir" jawab Antonio dengan tegas.

Mr. Bov dan anak buahnya terus mencari Ify yang sedang bersembunyi ketekutan.

****

Ando dan Rio mengerang penuh amarah, mereka tidak menemukan Ify melainkan hanya ponsel Ify yang sengaja di buang di tengah jalan. Pikiran mereka semua semakin kacau, sangat khawatir dengan bagaimana kondisi gadis itu.

Ando menghela berat, mencoba memikirkan jalan lain untuk menemukan adiknya.

"Iya?"

Ando dan Rio sama-sama membalikkan badan mereka, melihat ke arah Iqbal yang sedang menjawab telfon dari seseorang. Mereka memperhatikan Iqbal dengan was-was. Pasalnya, Iqbal memang menyuruh Mr. Lay untuk membuntuti kawalan-kawalan Mr.Bov. Mereka sangat takut pria paruh baya itu menemukan Ify terlebih dahulu.

"Baiklah Mr. Lay, terima kasih banyak"

"Iya"

Iqbal menutup sambunganya dengan raut datar namun terlihat sangat berat. Seolah bebannya tanpa bertambah.

"Gimana Bal? Papa menemukan Ify?" tanya Ando cemas.

Iqbal tersenyum kecut, kemudian mengangguk pelan.

"Mereka menemukan lokasi Kak Ify"

"SIAL!!!" teriak Ando keras, menendang apapun yang ada dihadapannya. Ia memang legah karena adiknya ditemukan, tapi ia sangat takut karena Papa-nya yang menemukannya terlebih dahulu.

Tak jauh beda dengan Ando, Rio pun hanya bisa menahan napas-nya beberapa detik lamanya, mendinginkan otak yang hampir meledak sedari tadi.


"Mereka masih mencari Kak Ify disana, mereka belum menemukan keberadaan kak Ify, sebaiknya kita langsung kesana, tempatnya cukup dekat dari sini" ucap Iqbal lagi memberikan seluruh informasi yang didapat dari Mr. Lay.

Ando mengangguk pasrah.

"Ayo kita kesana" ajaknya.

Mereka semua pun segera beranjak ke tempat tujuan akhir mereka. Harapan mereka hanya ada di tempat ini. Yah, Ify harus ditemukan!!

****

"HERE!!!" teriak salah satu pengawal Mr.Bov dengan menyorotkan senter ke atas memberikan tanda kepada yang lainnya.

Mr.Bov dan orang-orang lainnya mengarahkan pandangan mereka kesana, dan segera berjalan mendekat.

Yah, memang benar disana terdapat seorang gadis yang sedang meringkuk ketakutan, dengan tubuh gemetar. Gadis kecil yang sama sekali tak berdaya.

Kedua mata Mr. Bov berubah memerah, tanganya gemetar melihat keadaan anak gadisnya terduduk ketakutan disana dengan keadaan seperti itu, tanpa pakaian, rambut berantakan. Apa yang telah terjadi kepada anak perempuannya?.

Bibir Mr.Bov terasa keluh untuk memanggil nama sang anak, ia sangat tidak tega.

"Matikan senter kalian semua!!" perintahnya tegas, ucapannya begitu menakutkan membuat seluruh pengawalnya langsung mematikan senter mereka dalam hitungan kurang dari satu detik.

"Kalian semua berjalan menjauh!" perintahnya lagi dan langsung dituruti.

Mr.Bov tidak ingin tubuh anak gadisnya menjadi tontonan, Mr. Bov melangkah lebih dekat, menghampiri anaknya yang terlihat semakin gemetar.

"Ify" panggil Mr.Bov parau. Tenggorokannya seperti tertahan batu besar yang panas.

Mr. Bov berjongkok di depan anaknya.

"Dafych—"

"ARGGGHHSS!!!!" teriak gadis itu ketakutan dengan tangisan yang langsung meledak.

Mr. Bov kaget bukan main, tanganya yang baru saja menyentuh se-inchi tubuh anaknya segera ia undurkan, Ify terlihat sangat ketakutan, gadis itu menggelengkan kepalanya terus-terusan tanpa henti.

"Ja—, Ja—, Jangan sakiti Aku"

"Ak—, Aku mohon—, Ja—, Jangan!"

"Per—, Pergi!!"

"Per—gi!!"

"Ja—, Jangan—, Ja—, Jangan—, Sen—, Sentuh aku!!"

"Ja—, Jangaan!!"

Teriak Ify meracau tanpa henti.

Mr. Bov tak dapat berkata apapun, mulutnya setengah terbuka, pita suaranya terasa terpotong. Ia dapat merasakan bagaimana tangan kananya yang menyentuh anak gadisnya tadi semakin bergetar, jemarinya bergerak-gerak tak terkontrol.

Mr. Bov mencoba tenang, menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya.

"Dafychi ini Papa"

"Ini Papa sayang. Kamu jangan takut"

"Papa bukan orang jahat'

Mr. Bov mencoba mendekat sekali lagi.

"JANGAN MENDEKAAATTT!!!" teriaknya keras.

"Ja—, Jangan mendekaat!!"

"Jaa—ngaan!!"

"Ja—, Jangan!!"

Ify bergerak sedikit menjauhkan badanya, tak berani menatap Mr.Bov sedikit pun. Ia sangat kacau sekali.

"PEERGIIIIII!!!!"

"PERGIII SEMUAAAAA!!!"

"Pergiii!!"

"Jan—, Jangan sentuh aku"

Mr. Bov mendesah berat sekali lagi, ia tidak tau harus bagaimana sekarang.

"Dafychi, Ini papa!! Papa kamu!!"

"Ini Mr.Bov sayang"

"Dafychi lihat papa sekarang!!"

Mr. Bov menyalakan senter kecil dengan pencahayaan yang sedang, tidak terlalu terang.

"Dafychi kamu aman, papa akan membawa kamu pulang. "

"Kam—"

Ify menggeleng keras, gigi-nya mengigit tangannya sendiri untuk mengurangi rasa gemetar di tubuhnya. Ify semakin terisak. Rasa takutnya bertambah, bayangan kejadian keji beberapa jam yang lalu kembali berputar di otaknya. Membuatnya ingin berteriak sekeras mungkin!.

Ia benar-benar takut.

"Ampunnn!!"

"Ampunnn!!"

"Am—, Ampuni aku"

"Aku—, aku minta ampun"

"Ampunnn!!"

"Ja—, Jangan sakiti aku lagi"

"Ja—, Jangan—, jangan sentuh tubuhku lagi!!"

"Ja—, Jangan"

"AMPUNNN!!"

"AMPUNNN!!"

Mr. Bov mematung, pikiranya berputar-putar terus, membuat kepalanya serasa akan meledak. Rahangnya terlihat menegas, menunjukkan kemarahan yang tersimpan sedari tadi. Kedua tangan Mr. Bov terkepal kuat, sorot matanya mulai berubah ketika melihat Ify yang sampai seperti ini.

Sekali lagi pertanyaan yang sama muncul di benak Mr. Bov saat ini, yaitu: Apa yang telah dilakukan mereka kepada anaknya? Sampai anaknya sampai seperti ini?.

"Dafychi, nggak akan ada yang sakitin kamu disini"

"Kamu jangan takut"

Mr. Bov berjalan mendekat masih dengan posisi berjongkok, ia tak ada pilihan lain lagi. Ia harus membujuk Ify agar mau ikut dengannya. Ia tak tega melihat kondisi anak gadisnya yang seperti ini, menangis tanpa memakai pakaian di tengah rerumputan. Sangat mengenaskan!!!.

"Ja— , Ja—, Ja—, Jangan mendekaaat!!"

"Ja—, Jangan!!" isak Ify takut melihat Mr. Bov yang semakin mendekatinya.

"Dafychi, ayo kita pulang" bujuk Mr. Bov.

"Pe—, Pergi—, Pergi!!"

"Ak—, Aku mohon pergi!!"

Ak—, Aku mohon pergi!!"

Mr. Bov tak kuasa lagi, napas-nya hampir tercekat beberapa kali. Ify semakin meracau tak jelas, air matanya tak ada henti mengalir. Mr. Bov ingin memberikan pelindungan dan rasa aman kepada anak gadisnya.

"AARGHHHH!!!!"

"LEPASKAAAANNNNN!!!"

"LEPASKAAAN AKUUU!!!"

"JANGAAN SENTUHHHH AKUUUU!!"

Ify langsung berteriak kencang mengeluarkan seluruh suaranya yang sangat keras. Mr. Bov tiba-tiba langsung memeluknya sangat erat, dan membuat Ify memberontak cepat, meracau tak ter-kendali.

"Dafychi!! Ini papa sayang!"

"Ini Papa kamu!! Jangan takut!!" Mr. Bov mengeratkan pelukannya semakin erat, tak peduli dengan Ify yang memukul-mukulnya untuk mencoba lepas.

"LEPASKAAANNNN!!"

"LEPASKAAANN!!!!"

"JANGAN SENTUHH AKUUUU!!!"

"AKU MOHONNN LEPASKAANN!!"

"LEPASSSS!!!"

Mr. Bov mengunci tubuh Ify dengan kekuatanya yang tentu saja lebih besar dari sang anak. Mr.Bov melihat raut wajah Ify, membuatnya semakin tak tega dan segera memalingkan pandangnya kemanapun.

"Dafychii!! Ini papa!!"

"IFY INI PAPAAA!!"

"SADAR DAFYCHI!!!"

"INI PAPA KAMUUU!!!"

"PAPA KAMUUUUU!!"

"IFY DENGERIN PAPA!!!"

"INI PAPAAA!!!!" teriak Mr. Bov sengaja membentak Ify sekeras mungkin, menyadarkan anaknya.

Sepertinya yang dilakukan oleh Mr. Bov sangat berhasil, tubuh Ify melemah, perlahan tak memberontak lagi, hanya tersisa suara tangisan Ify. Ia mulai menenang. Mr. Bov perlahan melepaskan pelukannya, menatap sang anak lekat.

"Ify, lihat papa!!"

"Lihat papa sayang" pinta Mr. Bov, beliau menyentuh kedua pipi Ify.

Dengan rasa takut yang besar, Ify memberanikan diri mengerakkan kedua matanya, menuruti ucapan Mr. Bov, melihat ke arah Mr. Bov.

Mr. Bov tersenyum,

"Ini papa sayang. Kamu jangan takut. Kamu aman dengan papa"

"Papa akan bawa kamu pulang"

"Kita pulang ya?"

Ify mengigit bibirnya, menatap papa-nya dengan sorotan mata ketakutan, meminta pertolongan.

"Pa—, Pa" panggil Ify lemah.

"Iya sayang, ini papa kamu"

"Papa kamu, dafychi" sahut Mr. Bov begitu senang dan sedikit legah anak gadisnya mulai terkendali dan tenang.

"Pa—Pa"

"Papa"

"Pa—, Pa"

Papa" isak Ify terus menyebut Mr. Bov.

Mr. Bov membelai lembut pipi Ify, membersihkan bekas-bekas air mata Ify yang begitu banyak dan membasahi hampir seluruh wajahnya. Kedua mata Ify terlihat sangat sembab.

"Ak—, aku takut"

"Sa—, san—gat takut"

"Sak—, sakit sem—, semua Pa"

"Sa—, Sakit"

"Mereka semua nyakitin aku"

"Sa—, Sakit"

"Pa—, Pa—, tolong ak—, aku"

"Tol— tolong aku. Tolong pa"

"Mer—, mereka jahat!"

"Mereka semua jahat!"

"To—, long—"

"Sel—, selamatkan aku!!"

"Selamatkan aku, Pa"

"Tolong!!"

"Tolong aku!!"

Mr. Bov membelai rambut Ify dengan penuh kasih, anaknya terus menangis tanpa henti, kedua matanya jelas-jelas menandakan bahwa gadis ini mengalami trauma yang amat sangat mendalam. kedua mata Mr. Bov perlahan men-scan satu persatu tubuh anaknya, apa yang telah dialami oleh anak gadisnya ini.

Mr. Bov membelakakan kedua matanya melihat hampir seluruh tubuh Ify terdapat bercak merah, ujung bibir yang lebam, pergelangan tangan dan kaki membiru, kedua tanganya terasa ingin ia kepalkan kuat-kuat, namun beliau menahannya.

Napasnya tercekat, semakin tidak tega.

"Apa yang telah mereka lakukan kepadamu, Dafychi?"

Mr. Bov menatap anak gadis-nya kembali tepat di kedua mata Ify. Menyorotkan tatapan ketenangan dan sangat lembut, Mr. Bov berusaha tersenyum ke Ify yang masih menangis, Mr. Bov mencoba menenangkan Ify dengan tatapanya, walau dalam hati amarah dan rasa dendam yang ingin sekali ia ledakkan.

"Papa akan selamatkan kamu sayang"

"Papa akan tolong kamu"

"Kita pulang ya sayang"

"Pulang kerumah kamu"

"Pulang sama papa sekarang"

"Disana kamu akan aman, sangat aman."

"Ayo kita pulang"

Ify terdiam, tak menjawab, menatap Mr. Bov masih ragu.

Mr. Bov tersenyum kembali.

"Jangan takut, Papa nggak akan pernah nyakitin kamu."

"Ini papa kamu Dafychi, ini papa kamu"

"Nggak akan ada yang nyakiti kamu lagi sayang"

"Papa janji!!"

"Jadi, kita pulang sama-sama ya"

"Kita pulang sekarang"

Perlahanan Ify menganggukan kepalanya, meskipun terlihat masih tidak terlalu yakin. Mr. Bov menghelakan napas penuh kelegaan. Beliau dengan cepat melepaskan jas hitamnya, dan segera memakaikan ke tubuh sang anak.

Sedangkan Ify hanya diam saja masih dengan tangisan kecilnya, ia terlihat mulai sedikit tenang. Ia membiarkan saja Mr. Bov memakaikan jas itu ke tubuhnya.

"Ayo kita pulang" ajak Mr. Bov mengulurkan tanganya ke Ify, mengajak Ify untuk berdiri.

"Ka—, kaki aku sakit"

"Me—, mereka bu—, buang aku ke jurang"

"Ka—, kakiku terhantam batu"

Mr. Bov menghela berat, memejamkan kedua matanya erat-erat untuk menahan aliran panas yang sedari tadi terus menyerangnya habis-habisan, apalagi mendengar pengakuan Ify barusan membuat darahnya naik.

Mr. Bov membuka kedua matanya kembali.

"Kaki kamu sakit sayang?" tanya Mr. Bov dengan suara lembut.

Ify mengangguk kecil.

"Papa gendong ya. Biar kamu nggak sakit"

"Papa bopong Ify sampai ke mobil"

Ify mengigit bibirnya, memberikan sorot mata takut lagi.

Mr. Bov sekali lagi memberikan senyuman yang paling menenangkan, senyuman seorang ayah yang berjanji akan melindungi anaknya.

"Ify dengerin papa"

"Kamu takut sekarang?"

"I—, iya" jawab Ify ingin menangis lagi.

Mr. Bov menghela pelan, masih tetap mempertahankan senyumannya.

"Dulu kecil kamu, papa sering gendong Ify kemana-mana, bahkan ketika kamu sudah sekolah dasar, papa selalu gendong kamu kemanapun." Mr. Bov mulai bercerita, berharap dengan melakukan ini Ify akan luluh dan tidak takut lagi.

Ify mendengarkannya.

"Kamu sering nangis ke Papa, mengaduh ke Papa gara-gara mama lebih memilih menggendong Iqbal, adik kamu"

"Papa nggak akan pernah sakiti kamu sayang"

"Sedikit pun saja papa nggak akan pernah melukai kamu"

"Papa selalu sayang sama kamu"

"Ayo kita pulang, papa gendong ya"

Ify mengangguk menurut, ia mulai percaya dengan Mr. Bov. Setelah itu dengan cepat Mr. Bov mengangkat tubuh Ify, membopong anaknya dengan kuat. Beliau berjalan menuju mobilnya.

Hatinya sangat hancur sekali! Melihat anaknya seperti ini dia benar-benar tidak terima dan akan menghabisi semua orang yang telah melakukan ini kepada anak gadisnya.

Bersamaan dengan itu, Ando, Rio dan Iqbal baru saja datang. Langkah mereka semua terhenti, tak berani mendekat ke Mr. Bov yang berjalan dengan tatapan dingin, angkuh, penuh kemarahan.

Iqbal mencegah lengan kakak-nya yang akan melangkah mendekat, Iqbal tak ingin kakak-nya kenapa-kenapa. Namun, tekad Ando sudah bulat, ia menepis kasar tangan Iqbal, dan tetap kekuh mendekat ke Mr. Bov.

"Pa" panggil Ando, suaranya bergetar.

Mr. Bov menghentikkan langkahnya, menatap Ando dengan tatapan tidak suka, menyorotkan kedua mata elangnya dingin.

"Ma—, Maafkan Ando. Ini sem—"

"Tutup mulutmu!!" balas Mr. Bov tajam.

Ando langsung terdiam, meneguk ludahnya, mencoba untuk tetap berani, dan tidak takut. Walau pada kenyataanya sangat berkebalikan, nyalinya terasa semakin menciut.

Mr. Bov menatapnya benci. Kemudian melanjutkan langkahnya kembali, meninggalkan Ando, tak mempedulikan anak sulungnya. Mr. Bov segera masuk kedalam mobil bersama dengan Ify yang sedari tadi menyembunyikan wajahnya tak berani melihat siapapun.

Mobil Mr. Bov dan seluruh pengawalnya mulai beranjak dan menghilang satu persatu dari sana. Meninggalkan Ando, Rio dan Iqbal beserta semua orang suruhan mereka.

Ando berlutut lemas, papa-nya pasti sangat marah besar dan sangat membencinya sekarang. Ando hanya bisa pasrah, ia akan menerima semua hukuman yang diberikan Mr. Bov. Ia benar-benar pasrah.

"Lebih baik kita pulang kak. Mungkin papa membawa kak Ify ke rumah"

"Ayo" ajak Iqbal menatap kakak-nya kasihan. Iqbal juga tau jelas bagaimana sifat papa-nya.

Ando mengangguk lemah, dan segera berdiri.

Mereka semua pun memutuskan untuk pergi dari sana. Ify akhirnya telah ditemukan, setidaknya hal itu yang membuat mereka semua melegah. Nyawa gadis itu selamat.

****

Selama perjalanan di dalam mobil, Mr. Lay menceritakan seluruh yang ia lihat, bagaimana keadaan Ify dan bagaimana kondisi Ify tadi. Hanya desahan berat, dan kemarahan yang tersimpan yang dapat Rio, Ando dan Iqbal tunjukkan.

Mereka benar-benar tak menyangka Ify akan mengalami hal separah ini.

Rio menatap luar jendela, kosong. Ia dapat menebak siapa yang telah melakukan ini semua. Apalagi 30 menit yang lalu Mr. Ann mengabarinya bahwa ia berhasil menangkap semua pelaku kejadian ini dan semua pelaku sudah berada dalam dekapan Mr. Ann dan anak buahnya.

Rio memendam amarahnya, mengumpulkan seluruhnya. Membayangkan Ify diperlakukan seperti itu, membuat pikiranya semakin kacau, tidak tega dan darahnya meluap-luap mendidih didalam tubuhnya. Ia tidak sabar untuk meledakannya.

****

Memang benar seperti yang dikatakan oleh Iqbal, Mr. Bov dan beberapa anak buahnya kembali ke rumah mereka. Rumahnya sekarang di penuhi dengan pria-pria bertubuh tinggi dan ber-pakaian hitam, sedikit menyeramkan.


"Ndo, gue nggak ikut masuk"

"Ada yang harus gue bereskan"

"Mr. Ann sudah menangkap semua pelakunya" ucap Rio memberitahukan kepada sahabatnya.

"Siapa yang melakukannya?" tanya Ando tajam.

"Gue akan cerita nanti, lebih baik lo temui papa lo dulu sama iqbal"

Ando mendesah berat, ia menganggukan kepalanya.

"Baiklah, lo hati-hati"

"Iya" balas Rio kemudian masuk kedalam mobilnya dan beranjak dari sana.

Ando dan Iqbal menyiapkan mentalnya sebelum masuk kedalam rumah, Mereka memasrahkan dirinya dengan apa yang akan terjadi setelah ini. Mereka berdua benar-benar pasrah.

Langkah mereka terhenti di ruang tengah, mendapati Mr. Bov sedang duduk diatas sofa sembari mengepulkan asap rokok disela jari telunjuk dan tengahnya. Ando dan Iqbal terhenyak dan meneguk ludah dalam, papa-nya bukanlah seorang perokok. Bahkan mereka hampir tidak pernah melihat sang papa merokok. Jika sudah sampai seperti ini berarti......

Kalian bisa mealnjutkan sendiri bukan!.

"Bal, kamu cepat istirahat masuk kedalam kamar" suruh Mr. Bov dingin tanpa memindahkan pandangannya. Baliau masih menatap lurus ke depan, tatapanya begitu dingin dan hampa.

"Iq—, Iqbal juga salah pa, hukum iqbal juga" ucap Iqbal. Entah dari mana kekuatan suara itu, Iqbal begitu berani mengucapkanya.

"Jangan hukum Kak Ando sendiri. Hukum Iqbal juga!"

Ando menatap Iqbal dengan terkejut.

"Apa yang lo lakukan! Turutin ucapan papa!!" sentak Ando pelan,

Iqbal menggeleng tegas.

"Cepat masuk kedalam bal!!" pekik Ando tak sabar.

Namun, adik bungsunya tetap saja berdiri disampingnya, tak mendengarnya sama sekali.

"Lo—" Ando memejamkan matanya mencoba tetap sabar. Dengan tingkah Iqbal seperti ini membuatnya semakin takut. Bagaimana jika papa-nya melakukan hal kasar kepada Iqbal.

Cukup Ando saja yang mengetahui rasa itu! Benar-benar sangat menakutkan dan menyakitkan!.

"Kalian sudah makan?" tanya Mr. Bov, kepalanya bergerak 90 derajat, menatap kedua anaknya bergantian.

Ando dan Iqbal mematung ditempat, mengerjapkan kedua matanya beberapa kali. Apa mereka tidak salah dengar?. Mereka mendapatkan tatapan papa-nya yang berbeda tak seperti tadi penuh kebencian.

Mereka berdua sama sekali tak bisa menebak orang tua satu ini.

"Kalian sudah makan?" tanya Mr. Bov sekali lagi.

"Be—, Belum pa" jawab Ando dan Iqbal sejujurnya.

"Ayo kita makan diluar" ajak Mr. Bov segera berdiri.

Ando dan Iqbal saling bertatapan bingung, tidak mengerti situasi apa yang sedang terjadi. Tepukan tangan Mr. Bov di bahu mereka membuat keduanya langsung tersadar.

"Ayo"

Ando dan Iqbal menurut saja, mengikuti Mr. Bov yang berjalan duluan. Perasaan tidak tenang semakin menyerang mereka berdua. Sekeras apapun mereka berpikir, mereka berdua sama sekali tidak dapat menemukan jawabannya.

****

Rio membuka pintu ruangan kecil yang remang-remang, ia menemukan seorang perempuan yang sangat familiar bagi kedua matanya sedang duduk di kursi ujung. Rio menatapnya penuh amarah.

Rio mendekati perempuan itu. Allena.

PLAAAKKK

Rio melayangkan tanganya ke pipi Allena dengan sangat keras, membuat gadis itu meringis kesakitan, menatap Rio sangat terkejut.

Rio memincingkan sudut bibirnya.

"Kenapa? Kaget?" sinis Rio.

Yah.. Sifat asli Rio telah kembali. Rio yang kejam, Rio yang kasar, Rio yang mudah emosi semua meledak detik ini. Rio tak peduli bahwa Allena adalah seorang perempuan, ia sama sekali tidak peduli!. Perbuatan Allena kepada kekasihnya lebih menjijikan dan sangat diluar batas!.

"Lo perempuan macam apa sih?"

Rio mendekati Allena,

"AARGG!!" teriak Allena merasakan akar rambutnya yang perih dan panas. Tangan Rio tiba-tiba menjambak rambut Allena.

"Gue nggak segan buat bunuh lo disini All" geram Rio, rahangnya semakin menedas.

"Yo sakit" lirih Allena, air matanya perlahan turun membasahi kedua pipinya.

Baakkk

Rio menghempaskan kepala Allena sampai menabrak dinding di belakangnya, mengeluarkan suara yang keras. Allena menjerit kesakitan, kepalanya terasa berat dan pusing. Ia mulai ketakutan, Rio tidak main-main dengan amarahnya kali ini.

Dan Allena tidak pernah melihat sisi­ Rio yang seperti ini. Ini untuk pertama kalinya dan sangat menyeramkan!. Allena tidak menyangka bahwa ia telah membangunkan seekor srigala jantan.

Rio meraih dagu Allena dengan satu tangan, mencengkramnya erat!.

"Lo apakan Ify? Hah?"

"LO APAKAN DIA SAMPAI SEPERTI ITU?" teriak Rio tepat di wajah Allena.

Allena menangis ketakutan, memejamkan kedua matanya tak berani menatap Rio sama sekali.

"Perbuatan lo beneran keji dan biadap!!"

"Lo lebih buruk daripada iblis!!"

"Lo beneran brengsek Al!!"

"Lo sangat brengsek!!"

Allena membuka kedua matanya, berani membalas tatapan Rio meskipun masih menangis, nampaknya ia tidak terima dengan ucapan Rio barusan.

"Gue ngelakuinnya karena gue cinta sama lo!! Gue nggak mau gadis itu yang ada disamping lo!!"

"Kalau lo nurutin ucapan gue kemarin, gue nggak akan ngelakuin ini!!"

"GUE BENCI SAMA DIA!! GUE NGGAK SUKA SAMA DIA!!"

"GUE CUMA MAU LO JADI MILIK GUE!!!"

Kedua mata Rio seketika berubah berwarna merah. Kemarahannya ada puncak ujung kepala, ia sudah kehabisan kesabaran. Ia menarik kasar tubuh Allena, kemudian mendorong tubuh Allena sampai terhantam dinding, terkunci disana. Rio menatap Allena tajam.

"Arghh!" pekik Allena tertahan,

Rio mencekik lehernya, sangat kuat!

"Gue sama sekali nggak suka iblis kayak lo!!"

"Lo nggak pantas jadi bagian dari manusia!"

"Kelakuan lo sangat keji All!"

"Yo—, Yo—, Gu—"

"Na—, Na—, Napas Yo—"

Allena memukul-mukul tangan Rio agar terlepas dari lehernya, Namun Rio sama sekali tak bergeming, semakin menguatkan tekanan pada cekikannya. Ia tak merasakan iba sedikitpun kepada Allena. Kemarahannya ingin ia luapkan semua.

"Lo lebih baik mati disini!!" tajam Rio sungguh-sungguh dengan ucapannya.

"Yo—, Yo—, gu—, gue—, Ngga—"

"Ngga—, nggak—, bis—"

Wajah Allena memerah padam, mulutnya terbuka dengan napas tak teratur, ia kehabisan udara, tubunya mulai melemas.

Rio tersenyum picik, menikmati kesakitan Allena di depan kedua matanya. Membiarkan Allena semakin meracau.

Ckleekk

Pintu ruangan terbuka, sosok Nyonya Abahay muncul disana dengan dua pengawal dibelakangnya.

"Rio lepaskan" suruh Nyonya Abahay dengan suara tenang.Nampak tak terkejut sedikitpun dengan yang dilakukan oleh putranya. Nyonya Abahay melangkah mendekat.

Rio melirik ke arah mama-nya, namun tak mempedulikan perintah sang mama.

"Yo lepaskan!! Kamu bisa masuk penjara membunuh orang!"

"Nggak akan!" balas Rio tegas.

"Mama nggak pernah ngajarin kamu jadi pembunuh! Lepaskan!"

"Nggak akan!!" balas Rio lebih tajam.

"Kamu mau pernikahanmu batal?"

"LEPASKAN SEKARANG MARIO!!"

Teriakan Nyonya Abahay berhasil membuat tangan Rio terlepas begitu saja dari leher Allena, tubuh gadis itu langsung ambruk tak berdaya, terduduk diatas lantai sembari memegangi lehernya yang terasa panas.

Rio mendesah berat, mengepalkan kedua tanganya kuat-kuat, amarahnya masih belum dapat meredah.

"Biar mama urus gadis jahanam ini!" tajam Nyonya Abahay, beliau mengeluarkan sebuah gunting ukuran besar. Kemudian mendekati Allena cepat bersama dengan dua pengawalnya tadi.

Rio menatap saja apa yang dilakukan oleh Mama-nya.

"Tan—, tante jangaan!!!" teriak Allena histeris.

Nyonya Abahay menarik rambut Allena secara acak kemudian mengguntingnya tak beraturan bahkan sampai hanya menyisahkan 5 cm rambut di kepala Allena. Nyonya Abahay membabas habis rambut Allena.

"Tante jangaan!! Tante Rambut Allena!"

"Tante Ampun!"

"Tante jangaan!!" tangis Allena tak bisa melawan karena dua tanganya di pegang erat orang dua pengawal Nyonya Abahay. Allena hanya bisa menghentak-hentakan kakinya. Ketakutan.

Nyonya Abahay menatap Allena sangat dingin dan penuh kebencian, beliau tidak peduli dengan tangisan Allena dan terus saja menghabisi rambut Allena.

Rio terdiam saja dibelakang mama-nya, menyaksikan adegan dramatis Allena yang menangis dengan rambut perlahan habis ditangan mama-nya. Meskipun masih belum puas melihat Allena seperti itu, setidaknya ia dapat bernapas cukup legah.

"Selesai" ucap Nyonya Abahay memasukkan kembali gunting ke dalam tasnya.

Allena tertunduk pasrah, masih terus menangis. Dibawah lantai rambut-rambutnya berserakan begitu banyak. Meratapi semua rambutnya.

"Bawa dia keluar! Polisi sudah menunggunya disana!"

"Baik Nyonya" ucap kedua pengawal Nyonya Abahay.

"Biar aku saja!" cegah Rio, melarang dua pengawal itu.

Rio melangkah mendekat ke Allena, masih dengan tatapan tajamnya.

Bibirnya terangkat, tersenyum picik sangat menakutkan. Bersiap membawa Allena keluar.

"Arghhh!!" Jerit Allena memegangi rambutnya yang dipegang sangat erat oleh Rio, lebih tepatnya di jambak oleh Rio.

Rio menarik kasar rambut Allena yang hanya tinggal beberapa senti, dengan kekuatannya Rio menarik rambut Allena, menyeret gadis itu keluar dari sana dengan cara seperti itu.

"YO SAKITT!!!"

"YO LEPASIN!!"

"YO SUMPAH SAKIT BANGET!!"

"YO AMPUN!!"

"YO SAKITTT!!!"

"RIO MAAF!!"

"RIO AMPUN!! SAKITT YOO!!!"

Rio tidak peduli Allena terus menjerit kesakitan menangis karena tubuhnya terhantam barang-barang disekitar, Rio terus saja menarik rambut gadis itu semakin kuat, kasar. Ia sama sekali tak memiliki rasa kasihan kepada Allena.

Sedangkan Nyonya Abahay membiarkan saja, mengikuti Rio dari belakang. Setidaknya ini sedikit setimpal dengan yang dilakukan oleh Allena kepada calon menantunya. Nyonya Abahay mengetahui kabar penculikan Ify dari Mr. Ann dan beliau cepat-cepat untuk pulang kerumah.

Rio menghempaskan tubuh Allena diatas aspal, membuat gadis itu semakin mengerang. Keadaan di luar terlihat ramai, semua penjahat-penjahat suruhan Allena telah masuk kedalam truk polisi, mereka terbilang cukup banyak.

Membayangkan bagaimana semua penjahat itu menyerang Ify membuat amarahnya kembali muncul. Kaki Rio baru saja akan ia tendang ke tubuh Allena namun tangannya langsung dicegah oleh sang Mama.

Rio menatap Nyonya Abahay.

"Jangan, Dia perempuan" larang Nyonya Abahay.

"Dia iblis ma!!"

"Jangan Mario, mama mohon"

Rio mendesah berat, ia mengangguk kecil, menuruti ucapan Mamanya walau terpaksa. Nyonya Abahay segera menarik Rio menjauh dari Allena. Membiarkan beberapa polisi segera membawa Allena, menangkap gadis itu.

"Terima kasih banyak kerjasamanya, kami akan segera mengurus kasus ini sesuai dengan hukum" ucap salah satu polisi tersebut.

"Iya, terima kasih juga pak" jawab Nyonya Abahay sembari menyunggingkan senyumnya.

"Kami pamit. "

Suara sirene polisi perlahan semakin menjauh, meninggalkan kekosongan dan kehampaan di tempat ini. Hanya ada Rio, Nyonya Abahay dan beberapa pengawal mereka. Nyonya Abahay menepuk punggung anak sulungnya, kemudian memeluk Rio memberikan ketenangan kepada putra sulungnya.

"Ify tidak apa-apa sayang"

"Ify sudah selamat" ucap Nyonya Abahay menenangkan anaknya.

Rio hanya terdiam, merasakan kenyamanan pelukan mamanya. Menenangkan pikirannya yang masih kacau, ia merasa tidak becus untuk menjadi pelindung calon istrinya sendiri. Ia merasa sangat sangat dan sangat bersalah.

"Semuanya karena Rio ma"

"Rio yang salah"

"Rio yang buat Ify seperti ini" aduh Rio dengan suara serak.

Nyonya Abahay menggeleng, membelai Rio lembut.

"Tidak Mario, bukan salah kamu"

"Sama sekali kamu nggak bersalah"

"Semuanya sudha berakhir"

"Ify baik-baik saja, Mario"

:"Ify sudah selamat"

Rio mengeratkan pelukannya ke sang Mama, mencari kenyamanan dan ketenangan lebih disana. Ia butuh udara dan oksigen yang segar dari pelukan sang mama. Ia sangat membutuhkannya.


****

#CuapCuapAuthor


PERTAMA: MAAF BANYAK TYPO

KEDUA : MAAF 2 HARI NGGAK POST SOALNYA SIBUK REVISI SKRIPSI TERUS SEMALAM KONDISI LOW MAAF BANGET YAAAAAA. MINTA DOANYA BIAR SKRIPSI AKU BISA CEPAT SELESAI AMIN AMIN AMIN.


KETIGA : TERIMA KASIH BANYAAAKKKKK UDAH TERUS MAU BACAAA "EL" UDAH SETIAAP BACAA "EL" SAMPAI SEKARANGGG BENAR-BENAR CINTA KALIAN SEMUAAAA. THANKYUUU BANGETAAANN. TERUS BACAA "EL" YAA JANGAN BOSAN-BOSAAAAANNNN. 


KEEMPAT : SUMPAH EMAIL YANG MASUK GILAA DRASTIS BANYAK BANGET DAN AKU SAMPAI TERSENTUH hihihihihi MAKASIH BANYAAAKKK KALIAN AMAZING GILAAAAA!!! E-BOOK AKAN AKU KIRIM PALING LAMBAT HARI SELASA MINGGU DEPAN  KARENA MASIH DALAM PROSES DITUNGGU YAAAAA. TERUS BANTU PROMOTE "EL" YAAAAAA MAKASIHHH BANYAAAKKK


KELIMA : DISINI ADA YANG ORANG MALANG? SURABAYA? DEKAT MALANG? DEKAT SURABAYA? HAHAHAHA



Oh ya aku juga mau promosiin sebentar semoga kalian tertarik Amin, silahkan baca cerita wattpad milik temanku:

@achaadg : LOST STAR. Langsung buka wattpadnya dan baca yaa ceritanya masih baru, fresh, dan WAOOWW deh. Semoga suka dan tertarikkk. mwah :D

@henputra : PANGERAN KELAS. Langsung aja juga buka wattpadnya, ceritanya juga masih baru dan menarik. Kalian juga bisa beli novelnya Hendra putra #DearMantan udah ada di gramedia-gramedia di seluruh Indonesia. Yeaaayy :D


TERAKHIR : KALAU AKU BUAT CERITA TENTANG IQBAl DI WORK BARU SETUJU? (pasti nanti sama si neng gemesinnya kwkw)


 SELALU BACAA"EL" TERUS TUNGGUIN "EL" SEMANGAATT BACA "EL" JANGAN BOSAN-BOSAAAN YAA :D DITUNGGU NOVEL "EL" JUGAA. HIDUP "EL" !!! kwkwkwkkw :D


Jangan lupa Comment dan Vote selalu paling DITUNGGUUIIINN . BAGAIMANA MENURUT KALIAN PART INII?? KASIH COMMENTNYAA YAA BIAR SAYA TAMBAH SEMANGAT NULISNYA HEHEHE. MAKASIH BANYAAAKKK


*maafcapslockdaritadijebolmwah. MAKASIHHH:*


Salam,


Luluk_HF


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro