Chicken-Rainbow!
Rio menyandarkan kepalanya ke sandaran kursi yang di dudukinya, ia telah menyelesaikan pekerjaanya tanpa tidur, kepalanya terasa pusing dan matanya memberat. Suara napas Rio masih terdengar teratur, Rio memejamkan matanya sejenak, mendinginkan pikiran dan merileks-kan otot-otot tubuhnya.
"Jadi CEO tak seenak di drama-drama korea, nak"
"Ingin punya suami CEO mikir ulang lagi aja"
"Hidup butuh kerja keras, tanpa itu semua hanya mimpi yang naas"
Entah kalimat itu ia tujuhkan kepada siapa, Rio terus bergumam sendiri, meratapi kesibukanya. Terkadang Rio merasa kasihan kepada istrinya, yang sering ia tinggal sampai ber-minggu-minggu. Tapi, mau bagaimana lagi, kerjaan sangat menuntutnya dan mengikutinya setiap saat. Seperti sebuah bayangan.
Rio melihat jam tanganya, sudah pagi hari, pukul 3 dini hari. Setidaknya ada waktu untuk istirahat sebentar.
Ckleeekkk
Suara pintu ruang kerja terbuka lebar, membuat tubuh Rio terpenlonjat terkejut, penampakkan seorang gadis berambut panjang dengan baju tidur berantakan terlihat diambang pintu. Rio menghela pelan, itu adalah istrinya. Dafychi.
"Ada apa..."
"RIO AKU NGIDAM PINGIN SESUATU!" teriak Ify memotong kalimat suaminya yang belum selesai.
Satu alis Rio naik, dengan dahi mengkerut, ngidam apa istrinya malam-malam segini. Ify berjalan mendekati Rio dengan senyum mengembang, kedua mata Ify terlihat jelas bahwa gadis ini baru saja bangun tidur.
"Kamu pingin apa? Nggak nyuruh aku nyanyi lagi kan?" tanya Rio sembari nyengir tak berdosa.
"Nggak! Nggak akan lagi!" jawab Ify bergidik ngeri mengingat 3 lagu yang dibawakan suaminya kemarin.
Ify langsung duduk dipangkuan Rio, menatap Rio dengan sorot mata pupy-eyes membuat Rio tambah was-was dan curiga. Apa yang di inginkan istrinya kali ini.
"Kamu pingin apa?" tanya Rio lagi, membelai lembut pipi istrinya.
"Kamu bakal turutin kan semua keinginan aku? Aku lagi ngidam soalnya" rengek Ify.
"Iya sayang, aku pasti kabulkan semuanya"
Ify bersorak senang, mencium pipi kanan Rio singkat.
"Jadi, kamu pingin apa?" untuk ketiga kalinya Rio bertanya lagi.
Ify menatap Rio lekat, menarik napas pelan-pelan dan membuka suaranya.
"Aku pingin anak ayam yang warna-warni"
"Aku pingin 3, warna merah, hijau, sama kuning."
"SEKARANG JUGA!!"
Suara jarum jam dinding terasa terdengar keras berdetak ditelinga Rio, mulutnya setengah terbuka, matanya mengerjap tak berdosa. Sekali lagi Rio meresapi permintaan sang istri barusan. Dia tidak salah dengar kan?. Ini lebih parah daripada dia disuruh bernyanyi!.
Oh Tuhan!!.
"Pingin apa Fy?" tanya Rio memastikan. Siapa tau kupingnya sedang bermasalah. Amin.
Ify menghela berat, sedikit kesal namun tetap sabar. Ify mengulangi permintaanya.
"Aku pingin anak ayam warna hijau, merah sama kuning. Sekarang juga!!" ucap Ify penuh penekanan.
"Anak ayam, Fy?"
"Iya anak ayam! Aku ngidam itu"
"Bu....bu...buat apa?"
"Ihhh Rio!!! Pokoknya beliin sekarang! Kamu mau anak kamu nanti ngileran kalau nggak dituritin? " omel Ify cemberut.
Ify menatap perutnya, mengelusnya pelan-pelan.
"Dedek bayinya yang pingin bukan aku, katanya tadi mau diturutin semuanya"
Rio menggaruk-garuk kepalanya yang terasa tak gatal, berpikir keras, dimana ia harus mencari anak ayam jam 3 pagi?.
"Udah jam 3 Fy, mau nyari anak ayam dimana?"
"Nggak mau tau! Pokoknya kamu cariin" paksa Ify menunjukkan ke-egoisannya.
"Iya sayang aku bakal cariin, tapi kalau besok pagi gimana? Jam segini nggak ada sayang"
"Nggak mau tau!! Aku pinginnya sekarang! Aku pinginnya 3 anak ayam warna-warni sekarang juga!"
"Cari sampai ketemu sekarang jugaa! Entah kamu nemuin emak-nya ayam kek, bapaknya ayam kek, atau kamu ngelahirin anak ayam dulu. Pokoknya aku nggak mau tau!"
"Aku mau 3 anak ayam warna warni, merah, kuning dan hijau"
Ify berdiri dari pangkuan Rio, menatap Rio kesal.
"Cepetaan berangkat cariin! Aku pingin banget itu!"
Rio mendesah berat, ia harus sabar, ini adalah ujian keduanya sebagai calon ayah. Rio tidak boleh mengeluh, demi istri dan bayi dalam kandungan istrinya. Rio berdiri dari kursinya, mendekati sang istri.
"Iya sayang aku cari sekarang dulu ya"ucap Rio mencium kening Ify.
"Iya, aku tunggu"
"Iya sayang, aku berangkat ya" pamit Rio, ia mengambil jaket, ponsel dan kunci mobilnya. Setelah itu berjalan meninggalkan Ify sendiri, langkah Rio terasa semakin berat dengan wajah tambah lusuh. Sungguh hidup terkadang terasa kejam!.
"Makasih Mario sayang, Hat-hati yaa" teriak Ify terlihat begitu senang.
****
Rio menatap Mr. Ann dan pengawal-pengawalnya dengan wajah tak tega, ada yang masih menguap, ada yang memakai baju kebalik, ada yang merem-merem-melek, ada yang masih pakai piama. Rio tersenyum canggung.
"Ada apa Tuan? Mengumpukan kita sepagi ini?" tanya Mr. Ann mewakili yang lainnya.
"Ify sedang ngidam, dia pingin sesuatu" jawab Rio.
"Apa yang harus kami cari tuan? Kami akan membantu Tuan Rio menemukan permintaan nona Ify" jawab Mr. Ann dan diangguki pengawal lainnya.
Ya... Hidup mati mereka telah diserahkan semuanya pada keluarga Haling. Mau tidak mau mereka harus menuruti dan melakukan semua perintah majikannya.
"Ify minta dicariin anak ayam warna-warni, dan warnanya harus merah, kuning dan hijau"
"Mr. Ann tolong setirkan mobil untuk saya, dan yang lainnya berpencar cari sampai ketemu, kalau bisa secepatnya"
"Siap Tuan!" serempak para pengawal Rio.
Rio dan pengawal-pengawalnya pun segera berangkat beranjak dari rumah menuju ke tempat-tempat yang memungkinkan ditemukan keberadaan Si Ayam Warna-Warni.
Rio menatap Mr. Ann dengan mata setengah mengantuk.
"Apa semua wanita hamil, ngidamnya aneh-aneh kayk gini ya Mr. Ann?" tanya Rio
Mr. Ann tertawa pelan mendengar curahan hati tuannya.
"Saya baru pertama kali ini mendengar wanita ngidam anak ayam, tuan. Nona Ify memang memiliki selera ngidam yang antik sekaligus unik"
"Yang sabar ya Tuan. Harus sabar menghadapi istri hamil"
Rio mengangguk-anggukan kepalanya pasrah. Mau mengeluh seperti apapun tidak ada gunanya. Yang terpenting ia secepatnya bisa menemukan ayam warna-warni keinginan Ify. Secepatnya!.
****
Mulut illy terbuka lebar, dengan tatapan tak percaya melihat keadaan ruang tengah rumahnya yang lebih dari kata kacau! Baru 3 hari ia tidak ada dirumah kenapa sudah jadi seperti ini?. Ditambah lagi dengan kakaknya, apa yang dilakukan pria itu?.
"KENAPA BISA ADA ANAK AYAM DISINI?" teriak illy mencoba menghindari anak-anak ayam warna-warni yang berkeliaran, berjalan lincah dan mendekatinya.
Illy mendesis kasar,
"KAK RIOO!!! INI ANAK AYAM SIAPA SIH?"
"KAK RIO ANAK AYAMNYA BUANG KOTORAN DISINI!!"
"YA ALLAH!!!"
Rio menampakkan diri dari arah dapur, membawa 1 mangkok besar, raut wajahnya seperti pria yang baru saja kembali dari kematian. Illy shock melihat wajah kakaknya layaknya orang yang menghadapi ujian terberat.
"Lo ngapain?" tanya illy melihat kakaknya ndelosor diatas lantai sambil duduk bersilah.
"Kasih makan anak-anak gue" jawab Rio acuh tak acuh tanpa menatap illy sedikit pun.
"What?"
Illy memperhatikan saja yang kakaknya lakukan, Rio menaruh dua mangkok itu dihadapanya, dan tak sampai 5 detik, anak-anak ayam itu berlarian ke arah Rio dan berkumpul menjadi satu mengerubungi mangkok berisikan makanan mereka.
Rio menghela berat, memapah kepalanya pada tanganya.
"Lo masih waras kan kak? Ngapain lo melihara anak ayam?" tanya illy tak mengerti.
Mata illy beralik ke anak ayam-ayam aneh itu.
"Udah gitu pakek semir lagi anak ayamnya, itu anak ayam apa cabe-cabean!"
"Nggak disekolahin ini pasti sama emaknya! Salah pergaulan ini anak ayamnya!" tuding illy menunjuk anak ayam itu satu persatu.
Rio memegangi dahinya, mendengar ocehan bodoh adiknya membuat dirinya kepalanya bertambah pusing dan ingin meledak saat ini juga. Rio harus sabar, Rio harus bertahan. Rio pasti bisa! Mas Rio kuat kok! Sangat kuat! Semua demi Adek Dafychi, tercinta!.
"Jadi, kenapa bisa ada anak-anak cabe disni? Ngapain lo melihara anak cabe-cabe.an ini? Lo bentar lagi jadi ayah kak, istri lo lagi hamil kan?" tanya illy berbondong-bondong.
"Ify ngidam anak ayam" jawab Rio dengan malas, ia sedang tidak ada mood berdebat panjang dengan adiknya.
Illy dibuat terkejut kedua kalinya.
"Hah? Ngidam anak cabe ini? Ahh... Maksud gue, anak-anak ayam ini?. Masih waras istri lo?"
"Udah lo nggak berisik, masuk kamar sana."
"Dimana si Ify?" tanya illy mengalihkan topik.
"Lagi di mandi, sejak subuh dia ketawa-ketawa nggak jelas ngelihat anak-anak cabe in...."
" Ahiiss... maksud gue anak-anak ayam ini" ucap Rio tak beraturan.
Illy tertawa puas, malang sekali nasib kakak tercintanya.
"Terus sekarang lo disuruh ngasih makan mereka?"
"Hmmm" deham Rio singkat.
"HUAKAKAKAKAKA" tawa illy menggelegar hebat. Melihat wajah melas kakaknya membuatnya begitu haru sekaligus terhibur. Untuk pertama kali dalam hidupnya melihat sang kakak seperti ini.
Illy mendekati kakaknya, menepuk-nepuk bahu Rio pelan dengan tatapan sangat iba dan perihatin.
"Yang sabar ya kak"
"Hitung-hitung belajar jadi ayah"
"Dijaga baik-baik anaknya ya."
"Illy doain, anak-anaknya secepatnya tobat, nggak jadi cabe lagi, dan mereka bisa jadi anak sholeh dan anak sholehah. Amin"
"Pergi nggak lo!!" tajam Rio kesal karena ejekan sang adik.
Mata illy memutar ke anak-anak ayam warna-warni yang masih sibuk makan.
"Tante pamit dulu ya, kalian nurut sama ayah kalian"
"Cepat tobat ya, jangan jadi cabe-cabean lagi. Tante nggak suka"
"ILLY PERGI!!!" teriak Rio tambah geram.
Tambah menunggu lama, illy segera mengambil langkah seribu, secepat mungkin. Ia masih ingin hidup lama, ia takut dirinya habis ditangan kakaknya. Illy masuk kedalam kamarnya dengan tawa yang makin meledak-ledak. Hari ini begitu banyak hiburan untuknya.
****
Antonio membukakan pintu mobil, Mr. Bov keluar dari sana dan segera masuk kedalam rumah dengan langkah tergesah-gesah. Raut wajahnya menegang. Menandakan ada sesesuatu yang penting dan darurat.
"Bal dimana kakak kamu?" tanya Mr. Bov ketika melihat putra bungsunya sedang asik menonton televisi di ruang tengah.
Iqbal menoleh ke sang papa, sedikit terkejut melihat raut serius wajah papanya. Iqbal meneguk ludahnya, memberanikan diri untuk menjawab. Ia tau ini bukan saatnya untuk bercanda. Papanya menakutkan.
"Kak Ando lagi keluar sebentar"
"Kak Ify ada dirumah suaminya" jawab Iqbal jujur.
Mr. Bov mengembalikkan badanya,
"Cari Ando, suruh pulang sekarang juga. Jangan biarkan dia sendirian, kawal dia" suruh Mr. Bov kepada pengawal-pengawalnya.
"Siap Tuan" 6 orang berpakaian hitam-hitam itu segera beranjak dari sana dan menjalankan perintah Mr. Bov.
Mr. Bov melihat Mr. Lay berjalan ke arahnya,
"Bagaimana Dafychi? Dia tidak apa-apa kan?" tanya Mr. Bov langsung ke intinya.
Mr. Lay tersenyum.
"Tidak tuan. Nona Ify baik-baik saja"
Mr. Bov menghela legah sembari mengangguk-anggukan kepala.
"Jangan sampai dia lepas dari pandangan kalian. 24 jam jaga rumah Rio dan Rumah ini. Siapapun orang asing, jangan perbolehkan masuk atau mendekati semua anak saya"
"Siap Tuan"
Mr. Bov membalikkan badanya, menatap anak bungsunya.
"Selam 3 hari ini, kamu dirumah saja. Tidak perlu berangkat sekolah" ucap Mr. Bov kepada Iqbal.
"Hah? Iq... Iqbal ujian pa besok, ka..."
"Nggak usah ikut. Dirumah saja. Nanti biar Antonio yang mengizinkan. Ikut ujian susulan saja"
"I..iya pa" serah Iqbal pasrah.
Iqbal melihat papanya berjalan pergi menuju ruang kerjanya bersama Antonio dan Mr. Lay. Iqbal menghela pelan, ia tau pasti ada sesuatu yang genting mengenai bisnis papa-nya dan membuat papanya terlihat begitu takut dan melindungi anak-anaknya.
Iqbal mengangkat kedua bahunya, tidak ingin penasaran lebih dalam. Itu adalah urusan orang dewasa. Ia hanya cukup menuruti ucapan papanya saja.
****
Mr. Bov duduk berhadapan dengan Rio, beberapa menit yang lalu ia menyuruh Antonio untuk memanggil menantunya itu. Mereka berbincang sangat serius.
Mr. Bov menyerahkan 3 buah dokumen kehadapan Rio.
"Simpan itu" suruh Mr. Bov memberikan titah.
Rio tak menjawab langsung, ia menarik 3 dokumen tersebut, membuka dan membacanya baik-baik. Mencermati apa isi didalamnya. Setiap kalimat-kalimat disana membuat tubuh Rio bergeming, semakin terasa dingin dan menegang.
Ini dokumen yang menakutkan.
"Ba... Bagaimana papa bisa mendapatkanya?" tanya Rio membuka suaranya, ia menatap Mr. Bov tak percaya.
Mr. Bov tersenyum licik.
"Papa mengumpulkannya sejak lama, ketiga perusahaan itu berusaha bergabung bulan depan dan akan mencoba meruntuhkan Freedmon. Tapi tentu saja itu sangat mustahil. Papa mempunyai Bom besar untuk mereka"
"Ketiga dokumen itu adalah laporan dana gelap, suap, dan berbagai kecurangan yang dilakukan perusahaan Zhuan, Jagher, dan Shin. Papa sudah mengancam mereka dengan itu"
"Jadi, kemungkinan mereka akan bergabung, tida akan terjadi. Untuk sementara ini FreedMon akan aman"
"Papa menitipkanya ke kamu, untuk keamanan dokumen itu. Papa yakin kamu bisa menjaganya"
"Kamu bisa menggunakan dokumen itu ketika suatu hari perusahaan FreedMon ada dalam bahaya"
"Iya Pa, Rio akan menjaganya."
"Dan ini...." Mr. Bov meminta Antonio mengambilkan sesuatu di brangkasnya.
Antonio menyerahkan map cokelat kepada Mr. Bov dengan sopan. Mr. Bov membuka amplop tersebut, mengeluarkan 3 dokumen dengan warna berbeda-beda, menyodorkannya ke Rio.
"Kamu jaga ini juga" ucap Mr. Bov
"Ini apa Pa?" tanya Rio menerima 3 dokumen itu.
Mr. Bov terdiam sebentar untuk berpikir.
"Itu 3 Transparant-company yang Papa buat sejak dulu. Tidak ada yang mengetahui siapa pemilik 3 perusahaan itu, Papa mendirikanya buat menyelamatkan nasib ketiga anak papa dan keluarganya suatu saat nanti. Saya tidak mau anak saya menderita. "
"Jika suatu saat perusahaan FreedMon hancur, gunakan 3 perusahaan itu untuk menghidupkan FreedMon kembali. 3 perusahaan itu sangat membantu"
"Papa sangat memohon kepada kamu jaga Dafychi baik-baik. Dia pewaris utama semua kekayaan Papa, tentu saja anak-anak kamu nanti yang akan meneruskannya"
"Permintaan Papa jika ternyata umur papa tidak panjang, dan anak Ify telah lahir."
"Kamu mau menggabungkan perusahaan kamu dengan perusahaan Papa?"
Dokumen yang ada ditangan Rio hampir saja akan terjatuh, Rio menatap Mr. Bov dengan tatapan tak percaya sekaligus kaget bukan main. Ini bukanlah sebuah tawaran yang biasa melainkan sangat-sangat luar biasa. Bahkan, ketika Rio menjadi menantu miliader kaya ini, dia tidak pernah berpikir bahwa Mr. Bov akan memintanya untuk menggabungkan dua perusahaan tersebut.
Itu akan menjadi sesuatu yang sangat menakjubkan.
"Kamu mau kan?"
"I...I...ya Pa. Rio akan melakukanya. Rio akan menjalankan titah Papa" jawab Rio meyakinkan dirinya sendiri.
Mr. Bov mengangguk kecil, setidaknya ia dapat bernapas legah untuk sekarang.
"Besok Dies Natalis FreedMon, kamu sudah mempersiapkan yang papa pesan kemarin?" tanya Mr. Bov membuka topik baru.
Rio tersenyum sembari mengangguk, ia mengeluarkan beberapa lembar kertas yang dibawahnya sebelum datang kesini. Menyodorkannya kepada Mr. Bov.
"Rio sudah memberitahu Antonio masalah Kapal Pesiarnya, Rio sudah menyiapkan dan menyerahkanya pada Mr. Ann untuk diurusi lebih lanjut. Rio sangat senang bisa ikut andil dalam perayaan besok"
"Terima kasih banyak, Mario."
"Iya Pa sama-sama"
****
Ify merebut remote yang dipegang Iqbal, mengganti channel televisi dengan egois, tidak peduli tatapan tajam adiknya yang semakin meledak-ledak karena dirinya.
"Lo nyebelin banget sih!" pekik Iqbal tak terima.
"Di kamar lo ada Tv, nonton aja disana" usir Ify kejam.
"Dikamar lo juga ada kali!"
"Ogah, Gue suka lihat disini." Ify menggerakan kepalanya menatap Iqbal. "Dan gue lagi hamil, jadi lo nggak bisa macem-macem"
"Pakek aja senjata itu! Pakek aja terus! Sekalian lo ke Istana negara bilang kalau lo lagi hamil dan ngidam pingin jadi Presiden! Siapa tau aja Bapak Presiden iba ke lo dan nyerahin jabatannya secara Cuma-Cuma ke lo!" omel Iqbal tak kalah tajam. Lama-lama kesal juga melihat tingkah kakaknya.
"Kalian kenapa sih?" suara Ando menengahi dua adiknya.
Ando berjalan ke arah ruang tamu, menatap adiknya yang saling melirik tajam, mengobarkan bendera perang. Ando lebih memperhatikan Ify, keningnya berkerut, tidak paham.
"Ngapain lo bawa anak ayam kesini?" tanya Ando heran. Di atas paha Ify terdapat kotak cukup besar dengan isi anak-anak yang sedang saling menyerang.
Ify melihat ke anak-anak ayam itu, kemudian menatap kakaknya kembali.
"Emang kenapa? Gue ngidam melihara anak ayam" jawab Ify santai.
"Cihh... untung aja nggak ngidam anak Kingkong" sunggut Iqbal yang langsung dapat tatapan mematikan dari kakak perempuannya.
"Udah-udah, nggak usah bertengkar lagi"
Ando menggeleng-gelengkan kepalanya melihat dua adiknya yang dari dulu tidak pernah akur. Ando mengambil duduk tengah, sengaja agar Ify dan Iqbal tidak cekcok lagi. Ando mengeluarkan sebuah kotak dari sakunya.
"Fy, Bal, bagus nggak?" Ando membuka kotak itu, terdapat sebuah cincin.
"Lo mau nikah?" tanya Iqbal dan Ify bersamaan.
Ando menggeleng pelan, kedua sudutnya terangkat membentuk senyuman yang terlihat bahagia.
"Gue akan melamar Sivia, besok di kapal pesiar" ucap Ando semangat.
"Emang Sivia mau?" ledek Ify. "Ati-ati lo di tolak lagi sama Sivia"
"HAHAHAHA Di tolak 145 kali? HAHAHAHA. REKOR WOY!!" tawa Iqbal ikut-ikutan meledek.
Ando mendesis sinis, menutup kotak tersebut dan memasukan kembali ke dalam saku celananya. Ando mengacak-acak rambut kedua adiknya dengan gemas.
"KAK RAMBUT GUE!!" teriak Ify dan Iqbal bersamaan.
Ando tak menghiraukannya, ia malah semakin gemas dan ingin menggoda dua adiknya. Ia merindukan dua adiknya tiba-tiba, mereka bertiga memang sudah jarang berkumpul sejak Ify menikah. Ando merangkul dua adiknya.
"IHHH APAAN SIH PELUK-PELUK" teriak Ify tak suka.
"KAK ANDO LEPASIN! IQBAl KECEKIK!!" teriak Iqbal tak kalah kencang.
"Kalian itu ya nggak pernah ada halus-halusnya sama kakak sendiri"
"Padahal Kak Ando sayang banget sama kalian berdua!" ucap Ando terdengar menjijikan.
"Nggak usah sok romantis!" kesal Ify
"Demi ayam-ayam cabenya kak Ify, ngeri gue dengernya!!" tambah Iqbal.
Ando tertawa lebar, ia sangat suka melihat Iqbal dan Ify yang kesal karena tingkahnya. Ando menatap dua adiknya bergantian, ia baru sadar bahwa dua-duanya sudah besar dan beranjak dewasa. Ando tersenyum singkat, ia merasa beruntung memiliki dua adik yang sangat luar biasa seperti Ify dan Iqbal.
"Kak Ando sayang dan cinta sama kalian berdua"
Ando mengecup dahi Ify dan Iqbal bergantian, ia semakin gencar menggoda dua adiknya itu agar lebih marah dan berteriak-teriak seperti orang utan.
"KAK ANDOOO, MENJIJIKAN!!"
"KAK ANDO IQBAL NGGAK PUNYA KEMBANG 7 RUPA. KAK ANDO MENODAHI KESUCIAN DAHI IQBAL! NAJIS DARI SEGALA NAJIS INI!!"
"Doakan Kak Ando berhasil ya melamar Sivia besok"
"SEMOGA DI TOLAK!!"
"SEMOGA LO JOMBLO SELAMANYA!"
"SEMOGA LO JADI PERJAKA TUA"
"SEMOGA LO NIKAH SAMA JANDA"
Semuanya mendadak diam, saling menatap satu sama lain,
"Bukan gue yang bilang" ucap Ify
"Bukan gue juga. Seriusan!!" tambah Iqbal.
Dan akhirnya kalimat terakhir itu menjadi kalimat paling misterius dan mistis di rumah ini karena tidak ada yang mengaku dan tidak ada yang tahu siapa yang mengatakannya baik Iqbal, Ify dan Ando.
Mungkin ayam-ayam cabe Ify pelakunya!
****
Ify mendesah berat, ia menunggu kakaknya yang lama sekali keluar rumah. Ify tau selain hari penting bagi papanya, ini juga menjadi hari yang sangat penting juga buat kakaknya. Ando akan melamar sahabatnya, Sivia! Diatas kapal pesiar.
"Duhh... Nggak modal!" cerca Ify pelan. Menurutnya sang kakak menggunakan acara ulang tahun perusahaan papa-nya sebagai maksud terselubung!.
Ify merasa sedih karena tidak bisa berangkat bersama Rio. Suaminya terpaksa berangkat terlebih dulu dengan Papa-nya karena mereka harus menemui seseorang terlebih dahulu, dan Ify tidak tau siapa itu.
Mama mertuanya, Nyonya Abahay pun telah berangkat bersama dengan illy, Sivia dan adik biadap-nya yang menolak mentah-mentah berangkat bersama dengan dirinya dan Ando. Padahal harusnya mereka bertiga berangkat bersama.
"Lama banget sih!!" teriak Ify kesal ketika melihat kakaknya keluar dari gerbang rumah.
Ando menyengir tak berdosa,
Ify melihat Ando berbeda malam ini. Sang kakak sangat tampan, rapi, dan menawan memakai tuxedo hitam itu. Kemarahan Ify langsung hilang seketika. Entah kenapa Ify ingin tersenyum sekarang.
"Tumben lo ganteng"
"Lo beneran muji gue? Atau ngeledek?" sindir Ando.
"Muji Kak, beneran ini"
Ando mengacak-acak puncak kepala Ify.
"Ayo berangkat, udah telat"
'Iya ayo"
Mereka berdua segera masuk kedalam mobil yang dikawal langsung oleh Mr. Lay dan 5 pengawal lainya. Mereka menuju dermaga dimana kapal pesiar berada. 30 menit lagi kapal itu akan dijalankan. Dan perayaan ulang tahun FreedMon diadakan besar-besaran.
Hari ini juga, Mr. Bov akan mengungkapkan keberadaan semua anak-anaknya kepada dunia,dan memperkenalkan ahli warisnya. Menurut Mr. Bov ini waktu yan sangat tepat. Dengan adanya Rio, beliau lebih berani melakukanya.
****
DUAAAAARRRRR
Ban mobil yang ditumpangi Ando dan Ify tiba-tiba meledak tak terduga membuat 4 orang didalamnya kaget. Ando, Ify, Mr. Lay dan Sia segera beranjak keluar melihat apa yang terjadi.
"Nona Ify di dalam saja" ucap Sia berusaha menjaga gadis itu.
"Kamu didalam saja Fy" tambah Ando membuat Ify mau tidak mau kembali masuk kedalam ditemani oleh Sia.
Ando berdesis pelan, ban mobil-nya pecah, padahal baru kemarin ia menggantinya. Ando menatap beberapa pengawal yang berhenti dibelakang dan di depan mereka mulai keluar dari mobil.
Keadaan sedikit menyeramkan, melihat disekitar mereka adalah pohon-pohon jati besar tanpa ada rumah, dan hanya ada penerangan jalan saja. Ando mendekati pengawal-pengawal itu.
"Aku, Ify dan Mr. Lay akan menaiki mobil yang lain, dan beberapa orang sil.."
"SIAAA APA YANG KAMU LAKUKAN!!"
"KAK ANDOOO!!!"
Suara teriakan Ify dalam mobil membuat semua orang membalikkan badan mereka melihat kearah mobil yang didalamnya ada Ify dan Sia, pengawal yang ditugaskan menjaga Ify.
Ando baru saja akan melangkahkan kakinya mendekati mobil itu namun tiba-tiba sebuah pistol mengarah ke kepalanya membuat niat awalnya ter-urungkan.
"Apa yang anda lakukan Mr. Lay?"
Ando menatap pria paruh baya itu dengan tidak percaya. Orang kepercayaan Papa-nya yang menjaga Ify sedari dulu, berani menodongkan pistol ke arahnya. Ando mengedarkan pandanganya, bahkan semua anak buah Mr. Lay pung sedang menatapnya tajam, membunuh dan ikut mengarahkan pistol mereka.
"KAK ANDOOO!!!"
Ando meggeram, adiknya diseret keluar oleh Sia dan dua pria untuk keluar dari mobil, Ify terlihat kesakitan. Dua tangan Ify diborgol, dengan kaki pun di ikat kencang agar gadis itu tidak bisa bergerak sedikit pun.
"APA-APAAN KALIAN SEMUA?" teriak Ify menunjukkan kemarahannya.
Kedua mata Ify menyorot tajam ke arah sang kakak dan Mr. Lay. Ify menganga lebar.
"Apa yang anda lakukan Mr. Lay? Apa maksud semua ini?"
Ando tersenyum picik, tertawa sinis.
"Sepertinya sedang ada penghianatan besar-besaran!!"
"Bukan begitu Mr. Lay?"
*****
#CuapCuapAuthor
TERIMA KASIH BANYAK SUDAH MENUNGGU EL, TERUS BACA EL JANGAN BOSAN-BOSAN, MAAF BANYAK TYPO, MAAF KEMARIN NGGAK POST, MAAF BANGET.
TERUS BACAAA YAAA MAKASIH BANYAAK SEMUANYAA DAN TERIMAKASIH 3M NYAA DITUNGGU NOVEL "EL" WAJIBB BELI SEMUAA YAA HEHEHE. SEBENTAR LAGI DOAKAN SECEPATNYA TERBIT AMIN.
Jangan lupa Comment dan Vote PALING SAYAAA TUNGGGGGUUUU BIAR LEBIH SEMANGAAAT NULISSSSS :D DITUNGGU PART SELANJUTNYA YANG BAKALAN MENEGANGKAN. LAAFTYUU ALLL
Salam,
Luluk_HF
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro