Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Aku Pamit, Mario.


Kepala Rio hampir pecah, tingkat frustasinya semakin tinggi. Ia telah menyuruh beberapa pengawal Mr. Ann untuk mencari tau apakah yang bersama Joshe itu benar adalah istrinya, dan memang benar jawaban dari mereka menyatakan bahwa itu adalah Ify, istrinya.

Rio juga bertanya langsung kepada Sia, wanita yang selalu menemani Ify. Lagi-lagi jawaban mereka juga sama bahwa Ify menyuruh Sia untuk pulang duluan ke Apartamen dan Ify akan pulang sebelum Rio pulang kerumah. Itulah yang dikatakan oleh Ify kepada sia.

Bukti terakhir yang Rio dapatkan yaitu pada Mr. Lay karena pria itu yang biasanya menjemput istrinya seusai pulang sekolah. Rio mengajak Mr. Lay bertemu tanpa sepengetahuan Ify.

Disinilah mereka berdua berhadapan, di sebuah restoran kecil yang tak jauh dari kantor Rio. Mr. Lay terlihat serius menjawab pertanyaan Rio.

"Bukankah dia sepupu Anda?" tanya Mr. Lay balik, masih belum dapat menangkap pertanyaan Rio.

"Dia memang sepupu saya, tapi yang saya tanyakan disini apa memang Ify mau diajak oleh Joshe keluar dan diantarkan pulang sekolah?"

Mr. Lay berpikir sebentar.

"Itu memang nona Ify." jawab Mr. Lay dengan yakin.

Rio menghela berat,

"Apa yang Ify katakan ke anda ketika dia ikut dengan Joshe?"

"Dia tidak mengatakan sesuatu yang panjang, hanya menyuruh saya pulang karena ingin ikut dengan Tuan Joshe. Sebelumnya juga Tuan Joshe memperkenalkan dirinya sebentar bahwa dia adalah sepupu anda"

"Hanya itu?"

"I..ya" jawab Mr. Lay dengan sedikit tidak yakin.

Rio mengangguk kecil, semuanya sudah lebih dari jelas. Rasa sakit hatinya semakin bertambah. Rio berdiri dan memundurkan kursinya, berniat untuk pamitan kepada Mr. Lay.

"Tuan Mario" panggil Mr. Lay mencegah Rio yang akan beranjak.

Rio menatap Mr. Lay, menunggu pria paruh baya itu melanjutkan perkataanya.

"Setiap hari nona Ify pasti dijemput oleh Tuan Joshe, tapi ketika berangkat sekolah nona Ify sama sekali tidak mengatakan bahwa pulang sekolah nanti Tuan Joshe akan menjemputnya"

"Jika biasanya Tuan Rio yang menjemput, Nona Ify pasti akan menelfon saya terlebih dahulu memberitahukan agar saya tidak perlu menjemput"

"Jadi selama beberapa minggu ini, saya selalu menjemput Nona Ify dengan sia-sia, Nona selalu menyuruh saya pulang lagi"

Rio mendengarkannya saja dengan baik, memasang kedua telinganya lebar-lebar.

"Yang buat saya sedikit heran, Nona Ify sama ketika mengatakan itu kepada saya. Dia sama sekali tidak pernah menatap saya. Dia berkata dengan mendudukan kepalanya. Saya tidak tau kenapa, Jadi saya sempat sedikit ragu dan berpikir yang sedang saya hadapi itu adalah...."

"Otherside Ify?" tanya Rio menyahuti.

Mr. Lay menganggukan kepalanya.

"Tapi nada suara nona Ify terdengar tenang dan tegas jadi saya mengira bahwa itu memang nona Ify"

Rio menghela berat,

"Apa pernah selama ini otherside Ify muncul tanpa dia pingsan terlebih dahulu?"

"Tidak pernah. Otherside nona Ify akan tiba-tiba muncul setelah nona pingsan. Selalu seperti itu. "

"Apa mungkin atau pernah otherside Ify muncul tapi dalam waktu 2 atau 3 jam dia akan kembali ke Ify semula?"

Mr. Lay nampak berpikir lagi.

"Itu tidak pernah terjadi. Nona Ify akan kembali ke dirinya sendiri minimal dia harus tidur atau keesokan harinya. Kalau dengan jarak cepat 2 sampai 3 jam? itu sedikit mustahil. Saya tidak pernah melihatnya" jelas Mr. Lay detail. Karena memang selama ini beliau yang selalu menjaga Ify dan mengerti sekali bagaimana keadaan anak majikanya.

Rio mengacak rambutnya dengan amarah terpendam, ia memijat pelipisnya sebentar.

"Jadi....."

"Itu benar Ify?"

Mr. Lay menganggukan kepalanya.

"Sepertinya memang nona Ify"

Rio memaksakan dua sudut bibirnya untuk terangkat, sebuah senyum pedih.

"Baiklah Mr. Lay, terima kasih banyak atas waktu dan jawabannya. Saya pamit dulu."

"Maaf Tuan kalau saya lancang. Apa ada masalah dengan nona Ify?" tanya Mr. Lay yang memang dari awal tidak tau apapun tujuan Rio menemuinya.

"Tidak ada, semuanya baik-baik saja" jawab Rio berbohong.

"Baiklah. Hati-hati di jalan Tuan Mario. Saya senang bisa membantu anda"

"Iya Mr. Lay. Permisi"

Rio beranjak dengan langkah yang berat. Pikiranya memecah menjadi kemana-mana. Apa yang harus ia lakukan sekarang? Satu-satunya untuk menyelesaikan ini semua adalah dia bertanya langsung kepada Ify, istrinya. Namun, Rio masih sangat takut mendengar jawaban Ify nanti. Ia sadar bahwa ia terlihat seperti pengecut, tapi ia belum bisa menyiapkan diri jika Ify mengatakan bahwa ia memang ada hubungan dengan Joshe dan Ify meninggalkanya.

Rio sangat belum siap itu.

Rio menjalankan mobilnya, ia ingin pulang ke Apartemen sebentar. Setidaknya ia bisa melihat bagaimana keadaan istrinya, sebentar. Sudah hampir 2 minggu ia tidak bertemu dengan Ify. Rio hanya tidak mau berbuat lebih kasar atau sampai melayangkan tanganya ke Ify. Pertahanan emosinya begitu tipis dan rentan. Rio sadar itu.

*****

Rio telah sampai di parkiran Apartemen, ia tidak langsung keluar dari mobil Ia menyiapkan mentalnya sejenak. Apa yang harus ia katakan jika dirinya nanti berhadapan dengan Ify? Apa yang akan ia lakukan?. Rio berpikir keras.

Sebuah mobil mini-cooper merah terlihat baru datang dan terparkir tak jauh dari hadapan Rio, mungkin hanya jarak 1 mobil. Jadi, Rio bisa melihat dari depan siapa yang ada di dalam mobil itu. Rio memperjelas tatapanya. Itu adalah mobil Joshe.

Firasat buruk Rio benar, Ify ada didalam sana bersama dengan Joshe. Mereka berdua sama-sama sedang tertawa, seolah dunia milik mereka berdua. Rio merasakan jantungnya berdetak mulai pelan, napasnya tak beraturan, darahnya naik ke atas semua. Amarahnya yang baru saja ia simpan langsung muncul kembali.

Kedua tangan Rio mencengkram erat stir mobilnya, menahan emosinya.

Rio merasakan oksigen di dalam mobil hilang, tidak tersisa, tubuhnya lemas tersandar ke kursi belakang, dengan jelas di kedua matanya ia melihat Joshe menarik dagu Ify dan mencium istrinya dengan mesrah. Kedua mata Rio menyorot pedih, dengan cepat ia memejamkan kedua matanya tak ingin melihatnya lebih lanjut.

Rio dapat mendengar suara pintu mobil tertutup, detik berikutnya mesin mobil menyala dan beranjak dari sana.

Setelah tidak dapat mendengar apapun, hanya suara hening di sekitar. Rio membuka kedua matanya kembali. Tanpa sadar kedua tanganya kembali terkepal kuat.

Mungkin sudah terlalu jelas bukan bahwa itu memang Ify?. Istrinya.

Rio menyalakan mesin mobilnya, mengurungkan niatnya untuk bertemu dengan Ify. Rio segera menjalankan mobilnya dan pergi dari sana. Kesabaranya sudah habis, amarahnya bertambah meludak. Rio butuh pelampiasan saat ini juga!.

Rio tidak ingin bertemu dengan Ify lagi.

Flashback Rio' Side End.

*****

Ify melihat jam dinding pukul 6 pagi, masih ada 30 menit sebelum ia berangkat sekolah. Ify menatap roti selai dihadapanya dengan pedih, ia makan dengan napsu yang minim. Namun Ify tetap memaksakanya saja. Ia tidak mau sampai sakit karena hampir lupa rasanya makan. Ify sendiri lupa kapan terakhir mulutnya mengunyah makanan.

Ya.... Ia hanya sarapan sendiri, tanpa ada Rio di meja depanya.

Sudah 30 Hari!. Tepat 1 bulan. Rio meninggalkanya tanpa pesan dan penjelasan apapun!.

Ify menghela pelan, matanya menyorot dingin. Menetralkan rasa sesak di dadanya yang lagi-lagi menyerbu tanpa disuruh. Ify merasakan hampa dan sakit-nya tersiksa batin yang menjalar di sekujur tubuhnya.

"Sudah cukup!"

"Lebih dari cukup, Dafychi!!"

Kedua mata Ify bergerak, menatap cincin yang masih terpasang cantik di jemari manisnya. Senyum Ify mengembang, sebuah senyum hambar dan pedih. Ify terus menatapnya dengan pikiran kosong.

"Maaf"

****

Di Siang Hari yang begitu Panas. Suhu kota mencapai 30 Derajat!.

Bella masuk kedalam restoran ingin membeli makanan untuk dibawah pulang, ia baru saja bertemu dengan seorang professor yang akan membantunya untuk menyelesaikan Thesisnya. Tujuanya datang ke negara ini memang ada 2 yaitu menghadari undangan pertemuan keluarga Haling dan menemui professornya yang sedang mengabdi di negara ini.

Bella melangkah ke salah satu meja yang kosong, menunggu pesananya datang. Restoran terlihat lumayan ramai. Beberapa adalah orang-orang yang baru selesai pulang dari kantor.

Mata Bella masih terus menyapu ke sekitar, sampai pengelihatanya berhenti di satu titik di ujung sana. Tempat duduk yang mungkin paling dihiraukan oleh pengunjung lainnya. Bella menyipitkan kedua matanya, ingin memperjelas.

"Joshe?"

"Ify?"

"Ngapain mereka berdua?"

Tak ingin menduga-duga atau menebak-nebak tak jelas, Bella segera berdiri dari kursinya dan berjalan mendekati dua orang yang sangat dikenalnya. Bella berjalan dengan langkah cepat.

"Joshe!! Apa yang kamu lakukan?"

Suara Bella yang cukup menggelegar membuat dua orang dihadapanya langsung menatap ke Bella, bahkan beberapa pengunjung pun dibuat sedikit kaget. Bella menarik satu kursi dihadapan Joshe, dan langsung duduk tanpa disuruh.

"Ify kamu ngapain sama Joshe disini?" tanya Bella ke gadis disamping Joshe.

Bella menatap Ify yang balik menatapnya dengan bingung. Ify mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Si....Siapa ya?"

Bella mengernyitkan keningnya, sedikit terkejut dengan pertanyaan Ify. Mata Bella memutar, beralih ke Joshe saudara kembaranya. Bella menatap Joshe tajam seolah meminta penjelasan. Sedangkan Joshe hanya mengangkat bahu dengan acuh tak acuh dan pandangan yang tak berdosa.

"Aku bella!!" ucap Bella dengan penekanan.

"Bella?" tanya Ify lagi.

"Dia saudara kembarku" ucap Joshe menjelaskan.

"Oh saudara kembar" balas Ify dengan senyum mengembang di bibirnya.

Bella menghela berat, ia merasa ada sesuatu tidak beres disini.

"Ify apa yang kamu lakukan dengan Joshe disini? Apa Rio tau kamu keluar dengan Joshe?"

"Aku sedang makan" jawab Ify tenang. "Rio tidak tau. Kenapa dia harus tau?"

Bella menatap Ify dengan tak percaya,

"Dia itu su......"

"Ayo aku anterin pulang sekarang" ucap Joshe memutus ucapan Bella. Joshe segera berdiri, menarik tangan Ify dan mau tak mau


Dan mereka berdua segera pergi beranjak meninggalkan Bella yang hanya melongo dan mematung di kursi tempat dirinya duduk. Sampai Bella tersadarkan dua orang yang tadi dihadapanya sudah tidak ada, mereka berdua telah keluar dari restoran.

"Apa-apaan itu tadi?" cerca Bella dengan wajah masih blank.

"Aku harus segera tanya ke Rio!"

****

Bella masuk ke dalam Apartemenya, niatnya untuk bertemu langsung dengan sepupunya, Rio ia urungkan. Bella masih belum siap mental bertemu dengan Rio dan tiba-tiba menanyakan hal itu. Ia takut malah dirinya menjadi sasaran amukan sepupu-nya yang snagat tempramen itu!.

Lebih baik ia di Apartemen menunggu saudara kembarnya pulang.

Bella menatap layar ponselnya, tanganya bergerak tak sabar untuk menekan tombol hijau. Namun, hatinya terus cemas menolak. Bella menghela berat, akhirnya ia menekan tombol hijau setelah sekian lama.

Bella mendekatkan ponselnya ke telinga dengan ragu-ragu, menunggu dering sambungan yang mulai menyala.

"Hallo" suara berat disebrang sana menyambut gendang telinga Bella. Suara itu terdengar dingin, Bella menghela napasnya pelan-pelan mencoba tidak takut.

"Yo, ini aku Bella" ucap Bella membuka suaranya.

"Kenapa?"

"Maaf sebelumnya, apa aku boleh tanya sesuatu?"

"Apa?"

"Tapi kamu jangan marah"

"Oke"

Bella menghela berat sekali lagi, menyiapkan mentalnya kuat-kuat untuk menanyakanya.

"Mmm.... Ini tentang Ify, Mmm...... Apa Ify dulu seorang playgirl atau suka berganti-ganti pacar? Atau dia suka—"

Bella sedikit ragu untuk meneruskan pertanyanya yang terakhi.

"Selingkuh?"

Hati Bella langsung mencelos, kata terkahir yang belum sempat ia katakan telah duluan disebutkan oleh pria disebrang sana. Bella semakin merasakan ada yang tidak beres dengan rumah tangga Rio dan Ify.

"Iya. Aku tadi bertemu dengan Joshe dan Ify di restoran."jujur Bella tak ingin menyembunyukanya lagi. Menurutnya, Rio perlu tau!.

Bella tidak mendengarkan suara apapun, hanya desahan berat seperti orang frustasi. Bella dapat merasakanya walau secara tidak langsung.

"Tapi ada yang aneh yo dengan Ify" ucap Bella dengan cepat.

"Dia kenal kamu tapi nggak kenal aku"

"Apa maksud kamu?"

"Gini aja yo, sebentar lagi Joshe mungkin akan pulang, aku akan meminta penjelasan ke dia, setelah itu kita bertemu malam ini jam 6 di Restoran Hui dekat Mall Center"

"Oke"

Sambungan diputus oleh Bella, Ia melemparkan ponselnya ke atas sofa ruang tengah dengan asal. Pikiranya terus menebak-nebak sebenarnya apa yang dilihatnya tadi? Kenapa dengan sikap Ify? Lalu saudara kembarnya bagaimana bisa berhubungan dengan Ify dan terlihat sedekat itu?.

Bella menunggu Joshe dengan tidak sabar. Perasaanya gusar!.

****

30 Menit Kemudian. . . . .

Suara pintu Apartemen terbuka sontak Bella berdiri dari sofa, ia berjalan ke arah pintunya dapat dipastikan bahwa saudara kembarnya sudah pulang. Benar saja, Bella menemukan Joshe berjalan dengan wajah datar ke arahnya.

"Joshee berhenti!!" ucap Bella mencegah. Ia segera mendekati saudara kembarnya yang berhenti melangkah.

Bella menarik tangan Joshe dan mendudukan pria itu di salah satu sofa ruang tengah. Joshe menatap Bella masih dengan tatapan tadi, kedua mata yang sangat polos!.

"Jelaskan ke aku sekarang!" ucap Bella tak sabar. Kedua matanya menatap Joshe tajam.

"Apa?" balas Joshe santai.

Bella mencoba bersabar, ia hafal jelas bagaimana sifat saudara kembarnya ini. Yang sangat aneh dan abstrak!. Hidupnya seolah tanpa beban!.

"Kenapa kamu bisa keluar dengan Ify? kenapa Ify nggak kenal sama aku?"

"Dia bukan Ify" jawab Joshe lebih santai dari sebelumnya.

Bella membelakakan kedua matanya,

"Apa maksud kamu dia bukan Ify? Jangan berbelit-belit Joshe! Cepat jelaskan!!" sentak Bella mulai mengeluarkan amarahnya.

Bella yakin Joshe akan menceritakan kepadanya semua dengan jujur. Meskipun Joshe dipandang aneh oleh semua orang, Joshe selalu berkata jujur dan tidak pernah membantah Bella. Joshe sangat bergantung, menurut dengan Bella dan menyayangi Bella walau tidak pernah ditunjukkan secara langsung, dan Bella sangat tau itu!.

Joshe mendesis pelan, merasa terganggu dengan teriakan Bella yang nyaring.

"Dia memang bukan Ify, aku hanya mengeluarkan otherside-nya" jelas Joshe.

"Otherside-nya? Maksud kamu?" bella semakin tidak mengerti.

"Dia sakit. Apa kamu tidak bisa melihatnya?"

"Sakit? Ify sakit? Apa?"

Joshe menghela pelan, melipat kedua kakinya ke atas sofa, mencari posisi yang paling nyaman. Tidak peduli dengan tatapan Bella yang sangat penasaran setengah mati.

"Dia punya penyakit yang sama seperti Stefani"

Bella mendadak diam, nama itu tersebut lagi setelah sekian lama. Bella tau jelas siapa perempuan itu, perempuan yang pernah mengisi hati saudara kembarnya dan membuat hidup Joshe sangat berwarna dan penuh tawa. Tidak seperti sekarang setelah perempuan itu menghilang sampai saat ini.

"Xeitr-Ego?" tanya Bella menebak.

"Ya... Ify sakit itu, aku dapat melihatnya pertama kali di pesta keluarga. Bahkan tingkahnya sangat kentara bahwa di dalam dirinya ada pribadi lain. Dan sikap lainya itu begitu mirip dengan stefani"

"Aku merindukanya Bella. Aku sangat rindu dengan Stefani"

Bella diam saja, mendengarkan Joshe yang terus bercerita.

"Stefani hilang karena kesalahanku yang tidak menjaga dia dengan baik. Akibat penyakitnya yang tiba-tiba datang itu, dia hilang tak bisa pulang sampai sekarang tanpa ada yang mengetahuinya. Aku sangat ketakutan terus memikirkanya"

"Sejak melihat Ify, aku begitu senang, ada Stefani di dalam dirinya, dan aku mengeluarkannya"

"Kamu meng-hipnotis dia?"

"Tidak! Aku hanya mengendalikan otherside-nya. Kamu tau sendiri bahwa orang yang memiliki penyakit itu sangat rentan dengan pikirannya sendiri"

Bella mengacak-acak rambutnya frustasi. Apa yang dilakukan oleh saudara kembarnya ini benar-benar gila!! Bagaimana jika Rio tau bagaimana nasib Joshe di tangan Rio nanti.

"Lalu Rio tau kamu melakukan ini?" tanya Bella.

"Entahlah, sepertinya tidak. Aku hanya meminjamnya sebentar ketika dia pulang sekolah atau malam hari waktu Rio belum pulang kerja. Aku sempat menanyakan jadwal Rio ke sekertaris pribadinya"

"Kamu sudah merencanakannya Joshe? Oh my god! Kamu benar-benar gila!!"

"Aku hanya meminjamnya sebentar Bella"

"Itu bukan meminjam Joshe! Kamu bisa merusak rumah tangga orang lain!!" pekik Bella tak paham dengan jalan pikiran Joshe.

"Aku tidak bermaksud" ucap Joshe menunduk.

Bella menghela berat. Ia menatap Joshe lekat.

"Ayo kita temui Rio dan jelaskan ini semua. Aku takut Rio sudah mengetahuinya. Sepertinya dia salah sangkah bahwa istrinya selingkuh"

"Iyakah? Bagus itu. Jadi Ify bisa buat aku, ahh.... bukan maksudnya aku akan terus menghidupkan otherside-nya"

"JOSHEE JANGAN GILAA!!"

"Ayo kita ke Rio sekarang!!" bentak Bella dengan keras membuat nyali Joshe menciut.

"Iya Bella. Maaf"

Bella pun segera menarik Joshe untuk ikut denganya, sebelumnya ia menelfon Rio agar mereka dapat bertemu sekarang juga. Bella perlu meluruskan semuanya saat ini juga! Hari ini juga!. Bella melakukan ini semua selain demi rumah tangga Rio juga demi saudara kembarnya. Bella tidak ingin nyawa Joshe hilang ditangan Rio!.

****

Bella berjalan masuk ke restoran, tanganya terus mengenggam Joshe, takut tiba-tiba saudaranya itu kabur menghilang. Bella naik ke lantai 2, Rio telah menyewa private-room untuk mereka.

Seorang pelayan memberikan arahan dimana tempat Rio berada, tanpa Bella duga Rio sampai lebih cepat darinya dan itu membuat Bella semakin gugup.

Pintu terbuka, terlihat Rio sedang duduk dengan tatapan dingin. Bella meneguk ludahnya, menghembuskan napas sesaat mencoba untuk tenang. Bella sendiri tidak tau kenapa jadi dirinya yang takut? Padahal Joshe sedari tadi santai tidak terbeban apapun!.

Bella dapat menangkap kedua mata Rio bergerak mengarah ke Joshe, sorot tatapanya berubah menajam, kedua tangan Rio pun terkepal kuat. Bella mengambil duduk di hadapan Rio begitu juga dengan Joshe duduk disebalah Bella.

Joshe memberikan smrik ke Rio, menunjukan ketidak takutannya.

"Joshe jangan membuat Rio marah!" ancam Bella langsung dituruti Joshe, Pria itu segera menurunkan pandanganya.

"Langsung aja" ucap Rio tak ingin basa-basi.

Bella menganggukan kepalanya.

"Istri kamu nggak selingkuh! Ini semua ulah Joshe" ucap Bella mulai menjelaskan.

"Apa maksudnya?"

Bella menghela pelan, dan ia mulai menjelaskanya dari awal sampai akhir bagaimana Joshe bisa membuat Ify menjadi seperti itu dan Ify bisa mau keluar dengan Joshe. Bella menjelaskanya dengan hati-hati.

Rio mendengarkanya baik-baik. Tak ingin mengeluarkan emosinya dulu.

Rio mengigit bibirnya, kedua matanya semakin memerah menahan amarahnya. Otot-otot di tanganya semakin terlihat jelas.

"Jadi, istri kamu sama sekali nggak tau apapun yo. Ify nggak tau apa-apa."

"Tapi kenapa dia bisa kenal aku dan Mr. Lay?"

" Aku memberitahunya" sahut Joshe datar. Raut wajahnya menampakkan tak bersalah sama sekali dan itu yang membuat Rio semakin geram ingin menghabisi pria itu. Namun, Rio menahannya.

"Aku mendekatinya dan mengendalikan otherside-nya agar cepat muncul. Dia mengenal pengawalnya karena aku langsung membisikan ke dia bahwa itu pengawalnya dan aku menyuruhnya agar mengusir pengawalnya"

"Dan aku juga mengatakan bahwa dia punya mantan bernama Rio, jadi tentu saja dia kenal dengan kamu. Aku sengaja."

"Orang yang punya penyakit seperti itu sangat mudah percaya dengan siapapun. Ketika orang bilang A dia akan percay dengan kata A, karena dia sama sekali tidak mengenal dirinya sendiri"

Rio tersenyum sinis. Masih berusaha sabar. Menunggu waktu yang tepat untuk menghabisi pria dihadapanya itu.

"Selama ini otherside-nya akan kembali ke Ify semula dalam waktu 1 hari atau lebih, tapi bagaimana kamu bisa langusng mengembalikanya dalam waktu kurang dari 3 atau 4 jam?" tanya Rio karena hal itulah yang membuatnya salah paham dengan Ify.

"Aku mengendalikanya! Otherside-nya akan selalu muncul ketika dia bersama aku. Tapi ketika aku tidak ada, dia akan langsung kembali ke Ify dalam waktu kurang dari 10 menit"

"Joshe sangat pakar yo dalam penyakit ini. Dia melakukan penelitian Xeitr-Ego lebih dari 4 tahun untuk berusaha menyembuhkan Stefani dan menemukan Stefani, jadi buat dia mengeluarkan dan mengembalikan Otherside orang yang memiliki penyakit itu sangat-lah muda"tambah Bella agar Rio lebih mengerti dengan masalah ini.

Rio mengangguk, kini semua semakin jelas di otaknya. Ia baru menyadari bahwa dua orang dihadapanya ini adalah Spesialis Ahli Kejiwaan. Rio tersenyum miris, amarahnya naik dan terus naik. Tidak percaya bahwa Joshe memanfaatkan Ify dengan sangat licik, bahkan pria itu terlihat sama sekali tidak bersalah.

"Maafkan Joshe, yo. Dia tidak bermaksud melakukanya. Dia hanya merindukan Stefani. Dia nggak.... RIO!!!"

Bella menjerit keras dengan kepala terbuka lebar. Rio tiba-tiba berdiri menarik kasar Joshe dan menghantam wajah pria itu kasar sampai terjerungkur ke lantai. Rio mendekati Joshe dan menendangi tubuh Joshe dengan keras.

Tubuh Bella menegang, ia mulai panik setengah mati. Ia sendiri sangat takut dengan Rio. Apa yang harus dilakukanya sekarang melihat Joshe yang meringis kesakitan dibawah sana.

"Yo. Lo bisa bunuh Joshe! Hen... Hentikan yo!" ucap Bella gemetar.

Rio tidak mempedulikannya. Pria itu menarik Joshe kasar, menghantamnya keras lalu menjedokkan kepala Joshe dilantai berkali-kali.

"YO HENTIKAANNN!!! JOSHE BISA MATII!!!" teriak Bella keras dan membuat Rio berhenti.

Kaki Rio menginjak dada Joshe, tatapanya sangat tajam ke Joshe, kemarahanya yang ia tahan selama 1 bulan ini ia luapkan semuanya sekarang, ia keluarkan sampai tak tersisa. Bahkan ia sangat ingin membunuh Joshe dengan kedua tangannya sendiri. Rio benar-benar kalut!.

Bella mulai terisak, tidak tega melihat Joshe yang sangat berantakan dengan wajah memar dan berdarah seperti itu. Joshe meringis dibawah sana. Apalagi Rio masih belum selesai menyiksa Joshe.

"Lo beneran brengsek!!" ucap Rio penuh emosi.

"Lo hampir ngerusak rumah tangga gue BODOH!!!"

"Awwww... Bell... Bella to...tolong...." ringis Joshe menatap Bella meminta pertolongan. Joshe merasakan dadanya sesak akibat tekanan kaki Rio yang begitu kuat.

Cuhhh

Rio meludahi Joshe, tak peduli dengan tangisan Bella di sampingnya yang memohon agar Rio mau melepaskan saudara kembarnya. Tapi, Rio tidak akan semudah itu.

"Kenapa orang macam lo masih harus hidup?" picik Rio tak main-main.

Bella benar-benar kebingungan, apa yang harus ia lakukan? Ia berpikir keras. Ia harus menyelamatkan Joshe sekarang juga. Joshe sudah sangat kesakitan. Bella melihat kaki Rio naik keleher Joshe, dan menekannya kuat.

Bella membelakakan kedua matanya semakin terbuka, wajah Joshe merah padam, dengan kedua tangan mencoba melepaskan kaki Rio dari lehernya. Joshe kesakitan dan hampir kehabisan napas. Bella gemetar hebat.

Ia harus menolong Joshe.

"JOSHE BISA MENYEMBUKAN PENYAKIT IFY!!" teriak Bella keras ke Rio dan berhasil membuat Rio langsung mengendurkan kakinya.

Rio menggerakan kepalanya menatap ke Bella,

Bella menelan ludahnya dengan susah payah, rahang Rio mengeras, kedua matanya merah, keringat di pelipisnya bercucuran, otot-otot diwajahnya menegang sangat jelas bahwa Rio sangat marah besar!.

"Joshe bisa menyembuhkan Ify, aku nggak bohong. Joshe sudah menemukan terapinya yo. Dia sudah berhasil menyembuhkan 2 orang di German dengan penyakit seperti Ify. Dia ahlinya yo" ucap Bella sungguh-sungguh.

Rio menurunkan kakinya.

"Joshe akan membantu menyembuhkan Ify. Dia nggak suka sama Ify yo. Joshe hanya suka dengan otherside di dalam tubuh Ify yang sangat mirip dengan pacarnya. Dia sama sekali nggak bermaksud merebut Ify dari kamu"

"Joshe nggak sejahat itu. Dia hanya merindukan Stefani"

Tatapan Rio mendingin, tak setajam tadi. Ucapan Bella nampaknya berhasil mempengaruhi Rio, Bella memang sengaja membuat Rio tenang ia mengeluarkan segala keahliannya agar emosi Rio mereda dengan menatap dirinya.

"Maafkan Joshe. Aku mohon maafkan dia. Aku yang akan memberinya pelajaran sendiri. Biarkan aku saja yang memarahinya"

"Joshe sudah kesakitan. Maafkan dia"

Rio menghela berat, menundukkan kepalanya dengan kedua tangan terkepal kuat.

"Pergi kalian berdua sekarang!!"

"PERGI DARI HADAPANKU SEKARANG!!!" teriak Rio dengan keras.

Bella mengangguk menuruti, cepat-cepat Bella menghampiri Joshe, membantu Joshe berdiri, saudara kembarnya terus mengerang kesakitan. Bella tak peduli ia tetap memaksa Joshe untuk segera berjalan meninggalkan ruangan ini. Bella tak ingin Joshe bertambah habis ditangan Rio.

Pintu ruangan tertutup rapat, saat itu juga tubuh Rio langsung ambruk ke lantai. Pikiranya kacau!. Semuanya sangat jelas sekali. Lebih dari jelas penjelasan Bella dan Joshe kepadanya!. Apa yang harus dilakukanya sekarang?

"Yo aku nggak tau aku salah apa!"

"Yo jelasin apa salah aku?"

"Yo kamu kenapa sih?"

"YO!!! AKU ISTRI KAMU!!"

"Selamat malam Suamiku"

Air mata Rio mentes tanpa sadar, kalimat-kalimat itu, jeritan itu terdengar jelas memutari kepalanya. Ify sama sekali tidak bersalah. Dan ia telah menyakiti istrinya dengan sangat kejam. Meninggalkan istrinya selama 1 bulan tanpa penjelasan apapun.

Betapa bodohnya dirinya saat ini. Rio mengulangi kesalahanya, mengulangi lagi kebodohanya dan kali ini lebih dari kata fatal!. Sangat-sangat tidak berperasaan! Rio sangat jahat!.

*****

Rio membuka pintu Apartemenya dengan gusar, bau lavender menyambutnya. Entah sudah berapa lama Rio tidak kesini. Bukan itu yang terpenting. Ia mencari sosok Ify!. Rio berharap gadis itu masih disini.

"IFY!!"

"DAFYCHII!!!"

"DAFYCHIII!!!" teriak Rio bak orang kesetanan.

Rio menyapu pandanganya ke seluruh ruang tamu, ruang tengah dan dapur. Tidak ada Ify. Rio kembali berjalan, kali ini ia memasuki kamarnya.

Rio menemukan Ify sedang berdiri di depan lemari. Gadis itu menatapnya dengan sorot tenang. Rio bernapas legah, ia dengan cepat berjalan menghampiri Ify dan memeluknya sangat erat. Rio merindukannya.

"Ify maafkan aku. Aku minta maaf sayang."

"Fy maafin aku. Aku yang salah. Maaf aku berlaku bodoh!!"

"Maafin aku Dafychi! Aku minta maaf"

"Aku benar-benar bersalah! Aku minta maaf"

"Dafychi Maaf"

Rio tak merasakan Ify membalas pelukanya, gadis itu hanya diam saja didalam pelukanya tak menggerakan sedikit pun tubuhnya. Rio perlahan melepaskan pelukanya, menjauhkan tubuhnya. Ia menatap Ify lagi. Gadis itu pun menatapnya dengan kedua mata yang lebih dari kata tenang.

"Fy..." lirih Rio pelan. Ia membelai lembut pipi Ify.

Tak ada balasan dari Ify. Masih tetap diam.

"Fy jangan diam aja. Aku minta maaf sayang"

"Jangan diamkan aku. Aku minta maaf"

"Aku minta maaf, Dafychi"

Rio merasakan kedua matanya memanas, ia benar-benar takut sekaligus bersalah yang teramat besar. Ia telah menyakiti gadis ini dengan cara yang keterlaluan.

Akhirnya Rio dapat mendengar napas Ify yang menghela pelan. Tangan Ify bergerak menyentuh tanganya, lalu menurunkanya. Ify tersenyum ke arah Rio, tapi hanya sebuah senyum kecil dan singkat.

"Aku udah taruh cincin dan kalungnya di kotak dalam laci meja kerja kamu"

Tubuh Rio langsung menegang, matanya menurun mengarah ke jemari tangan Ify. Nyawa Rio terasa langsung terangkat, tubuhnya melemas. Ify tidak mengenakan lagi cincin pernikahan-nya.

Rio menatap Ify lagi, dengan perasaan bercampur aduk. Ia sangat ketakutan tubuhnya mulai bergetar.

"Apa maksud kamu?" tanya Rio tak sabar.

Ify kembali tersenyum, tak membalas ucapan Rio. Gadis itu kembali menghadap ke lemari. Melanjutkan aktivitasnya mengeluarkan bajunya dari sana.

Rio melihat ada koper di sebalah Ify, dan sudah terisi dengan beberapa baju diatasnya.

"Kamu mau kemana fy? Apa yang kamu lakukan?" tanya Rio semakin takut.

"Aku mau pulang. " jawab Ify datar.

"Pulang kemana? Kenapa kamu pulang?"

"Ke Rumah"

Rio tersentak, terkejut bukan main. Ia tak bisa membiarkan Ify meninggalkanya. Rio tidak mau itu!. Rio menggelengkan kepalanya, dan menjatuhkan tubuhnya. Ia langsung berlutut di depan Ify.

"Fy maafin aku. Aku minta maaf. Aku mohon maafin aku"

"Aku minta maaf Dafychi" mohon Rio dengan kepala mendongak menatap Ify yang masih mengeluarkan baju tanpa menghiraukanya.

Rio merasakan air matanya mengalir lagi dengan sendirinya. Rio tidak peduli, ia pantas menangis seperti ini. Rio benar-benar ketakutan. Ia tak mau kehilangan Ify. Ia tak bisa membayangkan jika hidupnya tanpa Ify. Ia tak bisa membayangkan jika Ify meninggalkanya sendiri.

"Fy jangan seperti ini. Aku mohon, jangan pergi Dafychi. Aku minta maaf"

"Aku minta maaf Fy"

"Sayang maafin aku. Aku mohon maafin aku Dafychi"

"Aku memang brengsek. Aku memang jahat! Aku memang kejam. Aku tau aku sangat keterlaluan. Aku sadar itu Dafychi. Aku merasa sangat bersalah. Hukum aku sesukamu tapi jangan tinggalin aku"

"Maafin aku Fy. Aku minta maaf"

"Aku janji nggak akan lagi berbuat seperti ini. Aku janji Fy!!"

"Aku berjanji kali ini aku ng....."

"Jangan pernah berjanji kalau nggak bisa kamu tepati yo" potong Ify cepat.

Ify menghela pelan, ia membalikkan badanya, menatap ke Rio yang masih berlutut di depanya.

"1 bulan yo" ucap Ify tersenyum kecil. Ify menatap Rio sangat tenang, wajah cantiknya terlihat sangat ber-aura. Ify tidak menunjukan kesedihanya, dia sama sekali tak menangis.

Ify telah membentuk pertahananya sendiri! Bahkan Ify merasa air matanya sudah mengering. Ia sudah lelah menangisi Rio setiap malam.

"Maafin aku Fy" lirih Rio tau kesalahanya.

"Maaf yo?" Ify tertawa pelan. Sebuah tawa yang mengisyaratkan kepedihanya selama ini.

"Kamu bentak aku, kamu bilang aku brengsek, kamu lempar aku dengan bantal, kamu tinggalin aku sendiri disini, kamu nggak ada kabar"

"Sekarang kamu minta maaf?"

Rio menahan kedua tanganya yang terkepal dengan getaran hebat. Tidak dapat membalas ucapan Ify yang sangat benar dan nyata!. Ia pernah melakukanya! Dan dirinya semakin terlihat brengsek!. Ya... Dia suami yang brengsek!.

"Aku tiap hari masak buat kamu, tapi kamu nyuruh buang. Aku tiap malam nunggu kamu pulang, kamu sama sekali nggak pulang. Aku tidur sendiri, aku nangis setiap malam, berharap kamu datang, tapi kamu tetap nggak datang"

"Aku tanya salah aku apa? Kamu nggak jawab. Bahkan aku minta maaf sama kamu padahal aku nggak tau salah aku apa, dan kenapa aku harus minta maaf, kamu tetap kasar sama aku tanpa menjelaskan"

"Aku cuma bisa nangis setiap hari tapi kamu sama sekali nggak peduli. Aku bingung aku salah apa. Aku nggak tau harus bagaimana."

"Kamu nggak salah fy, sama sekali nggak salah. aku yang salah. Maafin aku. Aku yang salah sayang. Aku minta maaf"

"Aku yang salah Dafychi" ucap Rio dengan air mata yang masih terus mengalir.

Ify tersenyum lagi, dan setiap kali Ify menunjukkan senyumnya itu membuat sekujur tubuh Rio bergidik, ia merinding hebat. Ify sangat menakutkan sekarang.

"Maaf yo kalau aku nggak bisa jadi istri yang baik buat kamu"

"Maaf aku banyak ngecewain kamu"

"Maaf aku buat kamu marah"

"Aku masih gadis umur 17 tahun yang labil. Nggak punya banyak pengalaman. Maaf yo aku terus nyusahin kamu. Aku minta maaf"

"Mungkin nggak seharusnya kita menikah"

Kedua mata Rio membulat sempurna. Apa yang barusan Ify katakan? Ia semakin merasa frustasi tingkat tinggi!.

"Fy jangan bilang seperti itu. Tarik ucapanmu Dafychi!!" teriak Rio frustasi. Rio mendekati Ify, meraih kedua tangan Ify dengan posisi tetap berlutut.

"Maafin aku Fy, aku mohon kasih aku kesempatan satu kali lagi. Maafin aku. Maaf Daychi. Maaf." rajuk Rio dengan sangat memohon.

Ify membelai lembut rambut Rio yang sangat acak-acakan. Mungkin ini untuk terakhir kalinya ia bisa merapikan rambut suaminya. Pikir Ify.

"Aku sayang yo sama kamu. Cinta banget malah. Sampai aku nggak bisa balas apa-apa waktu kamu bentak aku"ucap Ify, nada suaranya terdengar tanpa tenaga, raut wajah Ify masih tetap tenang dan dingin. Tanganya terus membelai rambut Rio.

"Aku masih terus berusaha buat kamu nggak marah, aku masak buat kamu setiap pagi. Waktu kamu nggak ada, nggak pernah pulang, aku pun tetap terus masak, berharap kamu tiba-tiba datang dan makan masakan aku"

"28 hari yo aku seperti itu terus. Nungguin kamu pulang."

"Fy maaf"

"Aku kangen sama kamu, tapi aku bisa apa? Kamu tetap nggak datang. Panggilanku, pesanku, semuanya kamu abaikan. Aku nangis yo tiap malam. Aku terus mimpiin kamu"

"Dafychi maaf..."

"Aku kangen kamu tidur di sebalah aku, aku kangen kamu nyium aku, aku kangen kamu peluk aku, aku kangen kamu ucapin selamat malam buat aku, aku kangen semuanya, aku kangen kamu makan masakan aku"

"Maskan aku nggak enak ya yo?"

"Nggak Fy. Masakan kamu enak sayang. Maafin aku, Maaf" isak Rio tertahan.

"Syukurlah."

"Maafin aku Dafychi. Maaf. Aku mohon satu aja kesempatan. Aku akan berubah, sungguh. Kalau aku....."

"Tapi yo.... sekarang aku ngerasa capek"

"Capek banget"ucap Ify memotong kalimat Rio dengan senagaja. Ify membelai wajah Rio. Menghapus air mata suaminya yang masih mengalir.

"Aku capek nangis dan aku capek nunggu kamu. Maaf aku nyerah"

"Fy...." lirih Rio memohon.

Ify tersenyum sembari melepaskan tangan Rio dan berjalan sedikit mundur. Ify menutup kopernya dan menarik resletingnya. Kemudian mem-berdirikan kotak besar itu. Ify menarik gagang-nya.

Ify menatap ke Rio yang masih menatapnya penuh harap.

"Kamu baik-baik ya yo. Semoga kamu bisa nemuin wanita yang bisa lebih sabar, bisa nemuin wanita yang lebih dewasa. Bisa nemuin wanita yang lebih segalanya."

"Maafin aku yo. Aku benar-benar minta maaf nggak bisa jadi istri yang baik"

"Aku pamit, Mario"

Ify mendekati Rio, memberikan kecupan singkat di kening Rio. Setelah itu ia berjalan melangkah keluar kamar, dengan koper yang ia tarik di belakangnya. Ify terus berjalan tanpa memandang kebelakang sedikitpun. Meninggalkan Rio sendiri di dalam kamar.

Rio mematung, tubuhnya kaku tak bisa ia gerakkan. Apa yang barusan terjadi? Ia masih mencerna dengan baik-baik. Ify pergi! Ify benar-benar pergi meninggalkanya. Dan semua karena kebodohannya sendiri!.

Braakk

Suara pintu apartemen tertutup, bersamaan dengan tubuh Rio yang langsung ambruk di lantai. Rio merasakan dinginya lantai yang menusuk setiap inchi tubuhnya, ia menangis tanpa suara. Napas Rio mencekat, kepalanya terasa ingin meledak.

"Dafychi...."

"Maafin aku....."

"Aku minta maaf....."

"Dafychi maaf"

"Maaf fy...."

"Ify....."

"Istriku..... aku minta maaf...."

"Maaf....."

"Maaf...."


*****


#CuapCuapAuthor

SEMOGA PART INI TAMBAH SUKAA DAN TAMBAH PENASARAN DENGAN LANJUTANYA :D TERUS BACA "EL" DAN TUNGGUIN UPDATE.AN "EL" YAA :D


MAKASIH BANYAAK BAGI YANG MASIH MAU BACA "EL" MAKASIHHHHH SEMUANYAAA AJAK SEMUA TEMAN-TEMANYA BACAA YAA :D


Jangan lupa kasih Comment dan Vote di part ini SELALU AKU TUNGGUIINN :D 


MAKASIH BANYAAAAKKK LAAFTTTYYUUUU ALL


Salam, 


Luluk_HF

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro