9. Mencari CD Film
Singasari's Squad terlihat sibuk dengan diri masing-masing. Ada yang terduduk di depan laptop, ada pula yang tidak lepas dari ponsel pintar mereka. Jari jemari itu meluncur dengan lincahnya di depan layar ponsel dan di atas keyboard. Masing-masing dari mereka memilih fokus dengan kegiatannya.
Embusan napas berat memenuhi ruangan yang dipenuhi keheningan itu. "Yakin cara ini berhasil?" Arok bertanya ragu sembari menatap teman-temannya.
Sejenak, aktivitas di depan alat elektronik itu terhenti. "Gak ada cara lain juga. Semoga aja kita bisa menemukan orang itu," sahut Anusapati.
Singasari's Squad melakukan satu upaya guna mendapatkan kembali CD film pendek mereka yang sekarang entah berada di mana dan di tangan siapa. Mereka memilih mencari akun media sosial dari nama-nama peserta yang di-upload panitia kompetisi. Di antara sekian banyak peserta, mereka berharap salah satu di antaranya memegang CD film pendek itu.
Namun, hingga detik ini, mereka belum juga menemukan orang yang tanpa sengaja ditabrak Wisnuwardhana atau pun yang mirip dengan orang itu. Kemungkinan terburuk yang dapat terjadi ialah orang itu tidak menggunakan media sosial atau yang bersangkutan tidak pernah mengunggah potret wajahnya. Tentunya, upaya yang dilakukan Singasari's Squad sangat kecil kemungkinan untuk berhasil.
Meskipun begitu, keinginan keras mendapatkan kembali CD film membuat Singasari's Squad tidak pantang menyerah. Mereka masih berupaya mencari satu di antara ratusan peserta melalui media sosialnya. Rasa lelah sudah mulai hinggap, tetapi mereka enggan menghentikan pencariannya. Mungkin, sebentar lagi.
"Istirahat bentar bisa kali, ya," ucap Wisnuwardhana sembari menyandarkan punggungnya ke bantalan kursi.
"Boleh, deh," sahut Dedes mengucek pelan matanya. Melihat ke layar ponsel dalam waktu lama membuat matanya lelah dan perih.
"Masih banyak, kan, yang belum kita stalking?" Arok berucap sesaat setelah menyesap teh manis dingin.
"Iya, Rok, masih banyak, tetapi rasanya capek banget," keluh Dedes.
"Semoga usaha kita membuahkan hasil, ya. Orang yang ditabrak Wisnu itu memegang CD film pendek kita," kata Tohjaya.
"Aamiin," sahut Arok dan kawan-kawan kompak.
"Jadi kau minta maaf dengan bu Lena?" Kertanegara bertanya tanpa basa-basi pada Wisnuwardhana.
"Bilang minta maaf enggak, iya, pun enggak," jawab Wisnuwardhana yang menimbulkan kerutan tipis di kening Kertanegara dan teman-temannya yang lain.
"Ngomong apa, sih, lo. Gak jelas amat." Anusapati berkomentar. Ia tahu jika temannya itu tidak sebaik Tohjaya dalam berpikir, tetapi tidak disangka jika Wisnuwardhana sangat tidak becus merangkai kata dan menyampaikan maksud ucapannya.
"Ya, gitulah, pokonya," balas Wisnuwardhana tanpa ingin menjelaskan panjang lebar.
Sebelum memutuskan mencari CD film pendek Singasari's Squad melalui media sosial peserta, Wisnuwardhana sudah lebih dulu bertemu dengan Lena. Ia tidak ingin kesalahannya berbicara kemarin akan membuat nasibnya di sekolah itu terancam.
Dapat diingatnya dengan jelas ekspresi wajah yang dipasang Lena terhadapnya. Pada awalnya, Lena bahkan tidak ingin bertemu dan berbicara dengan Wisnuwardhana. Akan tetapi, cowok itu bersikeras sehingga Lena mau tidak mau menerima kedatangan Wisnuwardhana dan berbicara dengannya.
"Kedatangan saya ke sini ialah ingin membicarakan tentang kemarin. Seperti yang Ibu katakan, bahwa Ibu kecewa. Saya pun kecewa terhadap diri sendiri karena kami, sangat optimis memenangkan kompetisi itu. Minimal, sangat optimis bahwa film kami bagus. Ucapan saya pada Ibu kemarin sangat keterlaluan dan saya pun sadar akan hal itu," tukas Wisnuwardhana memulai obrolan.
"Baguslah jika kamu sadar bahwa tindakanmu salah dan sangat tidak masuk akal," balas Lena tanpa menatap lawan bicaranya. Wisnuwardhana tidak keberatan akan sikap Lena, karena dia menyadari bahwa kesalahannya sangat fatal.
"Iya, Bu. Saya sadar betul, tapi saya gak akan minta maaaf sama Ibu."
Lena membulatkan bola matanya. "Apa maksudnya ini? Tujuan kedatanganmu menemui saya bukan ingin minta maaf? Kamu telah membuang-buang waktu saya," katanya hendak beranjak dari kursinya.
"Sebentar, Bu. Saya belum selesai bicara. Kedatangan saya memang bukan untuk minta maaf, tapi saya ingin mengatakan bahwa saya dan teman-teman akan membuktikan kualitas karya kami. Kegagalan ini akan kami bayar tuntas. Ibu gak akan merasa malu, melainkan merasa bangga atas prestasi kami. Saya berterima kasih atas bimbingan Ibu, tapi saya pun menyampaikan kritik agar Ibu bisa menjadi guru yang lebih baik dan memahami anak muridnya."
***
"Jika kau tidak minta maaf pada bu Lena, lalu apa yang kau katakan di ruangannya? Kau tidak menambah masalah lagi, kan?" Kertanegara bertanya memastikan. Ia tidak ingin menangani masalah yang dibuat Wisnuwardhana. Akan tetapi, jika tidak memungkinkan bagi Wisnuwardhana menangani masalahnya sendiri, ia terpaksa turun tangan juga.
"Gue bilang kalau kita akan membayar kekecewaan bu Lena terhadap kita dan membuktikan bahwa kualitas film kita bagus," jawab Wisnuwardhana serius.
Jawaban Wisnuwardhana menerbitkan senyum tipis di bibir Kertanegara. "Kau melakukan hal yang benar. Maka, ayo cari lagi orang yang kau tabrak itu. Aku punya firasat baik."
Tanpa basa-basi lagi, Singasari's Squad kembali menjelajahi dunia maya. Kali ini, dengan semangat yang bertambah. Seperti yang diucapkan Wisnuwardhana pada Lena, mereka akan menemukan CD film yang hilang itu dan membuktikan kualitas film mereka. Waktu, usaha, tenaga dan pikiran yang telah mereka tuangkan dalam film itu tidak boleh berakhir sia-sia begitu saja.
"Ingat lagi, ya, ciri-ciri orang yang kita cari itu kulitnya sawo matang, terus rambutnya agak ikal. Kalau ketemu, kasi tau gue biar gue cek dan pastikan," kata Wisnuwardhana yang dibalas anggukan dari teman-temannya.
Kurang lebih sudah dua jam waktu yang dihabiskan Singasari's Squad. Sudah ada beberapa orang dengan ciri-ciri yang sama seperti yang disebutkan Wisnuwardhana. Akan tetapi, mereka belum juga menemukan orang yang dicari. Dewi Fortuna masih belum berpihak pada mereka.
"Jangan patah semangat. Dikit lagi, kita pasti bisa menemukan orang itu." Wisnuwardhana berucap bak seorang komandan pada anak buahnya.
"Banyak gaya lo, Wisnu," cetus Anusapati merasa risih atas tindakan yang dilakukan temannya itu. Biasanya, yang bertindak seperti itu ialah Tohjaya ataupun Kertanegara.
"Sesekali gue tampil keren apa salahnya, sih, Anus!"
"Sekali lagi lo manggil gue kaya gitu, gue gorok juga lo." Anusapati menatap tajam Wisnuwardhana yang hanya menunjukkan deretan giginya.
Tidak ingin memecah konsentrasi teman-temannya, Wisnuwardhana mulai fokus pada layar komputer di depannya. Ia menemukan salah stau peserta dengan ciri-ciri yang sama dengan seseorang yang ditabraknya. Akan tetapi, ia tidak yakin betul bahwa orang itu adalah yang ia cari, mengingat wajahnya tidak terlihat jelas.
"Wisnu, coba kau lihat apakah orang ini yang kita cari."
Tohjaya mengalihkan perhatian Wisnuwardhana. Segera ia menghampiri cowok bersurai gelap itu. Seketika netranya membola.
Bersambung...
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro