Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

13. Festival Film Pendek

Senyum penuh tekanan tergambar jelas di bibir Arok. Cowok berambut hitam pekat dan lurus itu selalu melukiskan senyuman terbaik yang dimiliknya. Namun, kali ini, ia tersenyum dipenuhi beban hingga menciptakan senyum yang tidak pernah dilukiskan sebelumnya. Tidak hanya sampai di sana saja, tetapi debaran di jantungnya semakin menggebu keras. Ia bahkan takut jika seseorang yang berada di sebelahnya dapat mendengar jantungnya yang berdetak sangat keras itu.

Menyadari kondisi temannya yang tidak sebaik biasanya, Dedes menepuk pelan lengan sang kawan yang terletak di pinggiran kursi. Arok seketika meloncat kaget.

"Eh, maaf, aku mengagetkanmu, ya, Rok?" Dedes berucap penuh penyesalan. Sedikit pun ia tidak memiliki niat mengejutkan Arok.

Arok tersenyum getir. "Gak papa, kok, Des. Aku gugup, jadinya kaget kaya gitu," jelasnya. Tanpa disadari, keringat mulai meluncur dari pelipisnya.

Dedes mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Kamu gugup sekali, Rok, sampai keringatan begitu," katanya sambil menyodorkan sebungkus tisu. "Aku tahu kamu gugup. Sama, aku juga, tapi apa pun hasilnya, kita sudah melakukan yang terbaik. Nikmati saja acara hari ini tanpa memikirkan apa-apa."

Ucapan Dedes sedikit meredakan debaran keras di jantungnya. Dilihatnya satu persatu wajah temannya. Mereka terlihat tegang, tetapi masih bisa menikmati acara ini. Lantas, mengapa ia harus bereaksi sangat berlebihan?

"Aku akan menikmati acara ini," gumam Arok pada dirinya sendiri. Dedes tersenyum simpul.

Agenda kegiatan Singasari's Squad hari ini ialah mendengarkan pengumuman pemenang festival film pendek. Pengumuman itu disampaikan secara langsung di depan para peserta yang berkumpul dalam sebuah teater. Satu persatu kategori pemenang sudah diberitahukan dan cuplikan singkat film-film para pemenang juga ditampilkan. Decak kagum serta tepuk tangan bergemuruh memenuhi seisi teater itu.

Keoptimisan Singasari's Squad yang mencapai nilai 100% kini mulai berkurang, sebab, di antara judul-judul film yang disebutkan, tidak satu pun adalah milik Singasari's Squad. Mereka mulai ragu apakah kualitas film mereka masih jauh untuk sekelas festival film pendek?

"Apakah kita kalah lagi?"

Tiba-tiba, Wisnuwardhana menyampaikan kegelisahan yang hinggap di hati masing-masing Singasari's Squad.

"Pengumuman pemenangnya belum selesai. Kita berdoa saja," kata Tohjaya menenangkan.

Kategori pemenang lainnya mulai dibacakan. Sampai akhirnya pada kategori juara utama. Judul film Singasari's Squad belum juga disebutkan. Meskipun begitu, mereka terus berdoa mendapatkan hasil terbaik dari karya terbaik yang telah mereka ciptakan.

Raut wajah sendu yang sebelumnya menghiasi kini berubah drastis. Singasari's Squad melongo di tempat mereka sebelum akhirnya melompat girang. Ucapan terima kasih diucapkan Anusapati sebagai perwakilan Singasari's Squad. Mereka berhasil menaklukkan festival film pendek itu dan menjadi pemenang pertama.

"Sekali lagi, berikan tepuk tangan meriah pada Singasari's Squad. Mereka telah menciptakan film pendek yang sangat bagus dengan mengangkat kerajaan Singasari sebagai topik utama. Mengingatkan kita akan sejarah kerajaan yang didirikan oleh Ken Arok," ucap pembawa acara yang dibalas tepukan tangan meriah dari audiens yang memenuhi teater itu.

Singasari's Squad meninggalkan panggung dengan hati berbunga-bunga. Mereka yakin bisa memenangkan festival film pendek itu, tetapi mendengarkan secara langsung judul film mereka disebutkan, membuat bulu kuduk mereka berdiri. Mereka begitu bahagia, takjub, antusias, terharu, semua emosi bercampur menjadi satu.

"Aku senang sekali. Tidak menyangka jika film kita berhasil," ucap Dedes tanpa melunturkan senyumnya.

"Sama. Gue juga yakin kita bisa menang, tapi senangnya gak bisa digambarkan sama sekali," sahut Wisnuwardhana sembari menyentuh piala penghargaan di tangan Anusapati.

Langkah keenamnya terhenti di depan sebuah ruangan. Dengan sedikit gugup, Anusapati mengetuk pintu kaca bewarna hitam itu. Perintah masuk yang terucap dari seseorang di dalam ruangan membuat mereka langsung menggerakkan kaki memasuki ruangan tersebut.

"Saya sudah menunggu kalian," ucap seorang pria bertubuh kurus menyapa kedatangan Singasari's Squad.

"Maaf kedatangan kami terlambat, Pak," ucap Anusapati penuh sesal mewakili teman-temannya.

"Tidak apa-apa. Ayo duduk," ajak pria itu mempersilakan. Di ruangan itu, tidak hanya ada Singasari's Squad saja, tetapi ada kelompok lain yang berstatus sebagai pemenang seperti mereka.

"Sebelumnya, saya ingin mengucapkan selamat karena karya kalian berhasil menarik perhatian para juri dan menjadi pemenang pertama festival film pendek ini. Seperti yang kita ketahui bersama, film-film pendek pemenang akan dikembangkan lagi dan dijadikan film berdurasi panjang yang akan ditayangkan di layar lebar. Saya sangat suka dengan orisinilitas film serta cara kalian mengemas film itu.
Saat dipilih menjadi penanggungjawab film kalian, saya merasa sangat tersanjung dan tentunya senang," cetus pria itu panjang lebar.

"Terima kasih sebelumnya, Pak. Saya dan teman-teman telah melakukan yang terbaik untuk film kami dan menjadi pemenang utama pada festival ini cukup membuat kami senang, takjub sekaligus terharu. Apalagi saat Bapak mengatakan akan menjadi penanggungjawab film kami. Saya dan teman-teman juga senang," balas Anusapati sopan. Berhadapan dengan orang-orang penting seperti itu merupakan keahlian utamanya.

"Sama-sama. Mulai sekarang, kita akan bekerja sama. Saya sebagai penulis skenario tentunya tidak akan meninggalkan kalian sebagai pemilik karya. Kapan kalian ada waktu? Kita akan mulai berdiskusi terkait naskah film kita. Lebih cepat kita mulai, akan lebih bagus."

Anusapati melihat pada teman-temannya. "Besok gimana?" Dedes memberikan usulan.

"Boleh. Gimana dengan yang lain?" tanya Anusapati lagi.

"Setuju," sahut mereka kompak.

"Kalian kompak, ya," komentar pria itu disertai tawa kecil.

"Ya, begitulah, Pak. Kami tidak akan membuat keputusan secara sepihak. Sebisa mungkin, didiskusikan terlebih dahulu. Seperti yang Bapak dengar, besok kita bisa mulai mendiskusikan lanjutan film kita," jelas Anusapati serius.

Kening pria itu sedikit berkerut. "Apakah kalian yakin? Besok bukan hari libur. Kalian harus sekolah, kan?" tanyanya memastikan. Ia tidak ingin Singasari's Squad melupakan kewajiban mereka sebagai seorang pelajar.

"Tidak masalah, Pak. Kami sedang libur semester. Jadi, kami bisa fokus sepenuhnya pada film ini."

"Baiklah. Beri saya kontak yang bisa dihubungi. Nanti akan saya kabari lagi."

Anusapati memberikan kontaknya atas persetujuan teman-teman yang lain. Bagaimanapun juga, yang menjadi penanggungjawab film mereka ialah Anusapati. Tidak ada orang lain yang bisa diandalkan selain dirinya.

"Sekali lagi, saya mengucapkan selamat atas keberhasilan kalian dan semoga kerja sama kita berjalan lancar tanpa ada hambatan sampai film kita naik ke layar lebar."

"Aamiin. Terima kasih kembali, Pak Heri."

Singasari's Squad beranjak meninggalkan ruangan itu. Senyuman merekah lebar menghiasi wajah mereka. Piala yang berada di tangan Anusapati adalah salah satu bentuk kecil pembuktikan yang berhasil mereka dapatkan. Selanjutnya, ada hal besar yang menanti.

Bersambung...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro