Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Efek Tak Kasat Mata

Selamat Sore, Pemirsa... 😁😁😁

menemani kalian semua yang mungkin lagi pada istirahat... atau yang lagi menikmati hujan seperti aku saat ini... hehehhe... aku up part ke6... 🤣🤣🤣

selamat menikmati... sama seperti aku yang menikmati dalam proses penulisannya... 🤗🤗🤗

==========================================================================

Edelia perlu menarik napas dalam-dalam.

Tubuhnya masih bergetar parah seraya meremas dengan erat kaos Jack di tangannya.

Astaga!

Untuk pertama kalinya, Edelia merasakan bahwa jantungnya bisa berdebar sedemikian cepatnya.

Sebenarnya, Edelia tau kalau ini memang bukan kali pertama ia melihat Jack tanpa baju seperti itu. Malam Minggu kemaren, ketika mereka perama kali bertemu, saat ia membuka mata dari pingsan sebentarnya itu, ia juga melihat Jack dalam tampilan topless. Bahkan sebenarnya bisa dikatakan kalau malam itu lebih dramatis. Dengan penampilannya yang basah karena air laut, kekhawatiran di raut wajahnya, dan ditambah oleh pemandangan liat otot-otot di sekujur tubuhnya. Itu terlihat begitu maskulin.

Hanya saja, saat itu suasana perasaan Edelia sedang kacau. Apalagi karena malam itu gelap, maka tak heran kalau ia tak benar-benar meresapi pemandangan itu. Yah, hal-hal yang indah memang harus dinikmati. Termasuk pemandangan Jack tanpa baju. Dan tadi, terpujilah bagi matahari yang bersinar dengan begitu terang.

Waw!

Seumur Edelia hidup di muka bumi ini, selama dia melanglang buana mencari pekerjaan di Bumi Raflesia, untuk pertama kalinya ia mendapati majikan seperti Jack. Secara fisik, wajar kalau tadi Tomi mengatakannya cakep. Jack tinggi. Jelas sangat tinggi dibandingkan dengan dirinya yang pendek. Bahkan Edelia yakin bahwa ia hanya setinggi ketiak pria itu.

Pria itu juga memiliki wajah yang sedap dipandang. Ketika Edelia memikirkannya, ia menyadari bahwa Jack bukan pria ganteng. Tidak seperti Lee Min Ho atau pun artis-artis yang sering muncul di televisi. Tapi, jelas Jack adalah pria yang menarik. Semua yang ada di dirinya terlihat pas dan berkharisma. Rahangnya yang tinggi, hidungnya yang mancung tanpa kesan berlebihan, matanya yang menyorotkan sifat jenaka dan keseriusan dalam waktu bersamaan, dan bibirnya yang terlihat sensual.

Ah, satu hal lagi, pikir Edelia.

Kulit Jack yang bewarna coklat perunggu. Itu yang membuat pria itu terlihat berbeda dan tampak indah. Apalagi karena warna kulitnya yang sedemikian rupa itu ternyata memberikan efek lebih pada susunan otot-otot Jack. Kesannya terlihat semakin laki! Kalau menurut iklan suplemen penambah tenaga versi televisi.

"Tok! Tok! Tok!"

"Del! Del! Del!"

Edelia mengerjap di tempatnya berdiri. Lalu menoleh mencari sumber suara yang memanggilnya itu. Terdengar samar dan---

Edelia bergidik horor mendapati Tim Dapur berkumpul di jendela ruang istirahat. Mereka tampak melambai-lambai mengisyaratkan Edelia untuk segera mendatangi mereka di sana.

Gila! Jangan bilang dari tadi mereka pada ngeliatin aku dan Bos berantem.

Edelia geleng-geleng tak percaya.

Tapi, ternyata dugaan Edelia memang benar. Setibanya ia di sana, ia langsung diberondong pertanyaan.

"Bos tadi bilang apa aja?"

"Bos marahin kamu?"

"Terus kelanjutannya gimana?"

"Kamu nggak jadi dipecat kan?"

Edelia merasa pusing. Seraya meremas-remas kaos Jack, ia menggeleng pelan. Menatap wajah Tim Dapur satu persatu dan berkata.

"Syukurnya aku nggak jadi dipecat."

Mereka kompak mengembuskan napas panjang.

"Bos memang baik banget," lirih Chef Junan seraya melirik Edelia tajam. "Setelah umpatan demi umpatan yang kamu lontarkan untuk beliau, it's so mustahil banget kalau ada majikan di tempat lain yang masih memperkerjakan kamu."

Edelia meringis.

Chef Junan lalu menepuk tangannya berulang kali. "Oke, kalau begitu sekarang pada balik ke dapur. Banyak yang harus dikerjakan, Guys!"

"Siap, Chef!"

Mereka kompak menjawab. Dan ketika Chef Junan keluar dari ruang istirahat, merekapun mengikutinya.

Edelia baru saja ingin memasukkan kaos Jack ke dalam loker, ketika menyadari bahwa Vindy belum beranjak keluar, melainkan mendekatinya dengan tatapan curiga.

"E--- ada apa?"

Mata Vindy memicing. "Aku cuma penasaran," kata Vindy.

"Penasaran apa?"

"Kamu siapanya Bos?"

"Eh?"

Vindy memutar-mutar botol saos di tangannya. "Kamu ngapain Bos sampe-sampe Bos mau melepaskan bajunya dua kali?"

Edelia terbengong. Tak tau harus menjawab apa.

*

'Cause I'm a freak
The way you're poppin' and droppin'
All over me
No, I don't want you to stop it
Yeah, I'm a freak
Baby, I can't lie
When you move like that
I got a one track mark
'Cause I'm a freak
Yeah, I'm a freak
'Cause I'm a freak
Yeah, I'm a freak

Jack menarik napas dalam-dalam. Lantulan lagu Enrique Iglesies yang berkolaborasi dengan Pitbull sama sekali tidak membuat perasaannya menjadi lebih baik. Yang ada justru ia merasa lagu itu tengah menyindir dirinya.

Argh!

Dia sebentar lagi pasti benar-benar akan menjadi sinting.

Berusaha menenangkan dirinya, Jack menghirup napas dalam-dalam ketika mobil yang ia pacu memasuki satu kawasan perumahan elit di sekitaran Lingkar Barat. Perumahan anggota bersenjata Republik Indonesia tepatnya.

Dulunya, seorang kerabat Jack ada yang tinggal di sana. Namun karena pindah tugas, sehingga rumah itu kosong hingga pada akhirnya ditawari oleh kedua orang tua Jack berhubung Jack pada waktu itu memang ingin mencari suasana baru.

Seorang satpam membukakan pintu untuk Jack dan mobilnya melaju mulus hingga ke dalam garasi.

Jack keluar dari mobil. Masuk ke dalam rumah melalui pintu samping dan nyaris melompat kaget ketika mendapati Ayuhdia –ibunya- berdiri di seberang ruangan dengan membawa nampan berisi teh dan camilan.

"Jack..?"

Jack nyengir. Menggaruk kepalanya. "Ha-Hai, Mom."

Mau tak mau, pria itu mengubah rute perjalanannya yang semula ingin langsung menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas.

Ia menghampiri Ayuhdia, memberikan kecupan singkat di pipi kiri wanita paruh baya itu.

"Untuk Daddy, Mom?" tanya Jack merujuk pada teh dan camilan itu.

Ayuhdia mengangguk kaku. Lalu, bertanya. "Apa pagi tadi kamu pergi memang nggak pake baju?"

Kalau wanita muda yang melihatnya topless, Jack tentu akan merasa bangga dan berusaha bisa mempesona dalam kadar maksimal. Seperti di hadapan Edelia tadi. Eh? Jack mengerjap.

Intinya, tampil dalam keadaan topless tidak pernah Jack bayangkan akan ia lakukan di hadapan ibunya sendiri padahal ia tidak dalam tujuan akan berenang.

"A little incident, Mom. Jadi makanya aku pulang nggak pake baju."

Ayuhdia mengerutkan dahinya. "Insiden apa yang sampe ngebuat kamu pulang-pulang nggak pake baju?"

O-oh.

Jack meneguk ludahnya.

"Jangan bilang insiden yang melibatkan cewek, Jack."

Mata Jack mengerjap. Wah! Apa Mommy ini keturunan cenayang?

"Ng-Ng-Nggak, Mom," kata Jack. "Ini bukan seperti yang Mommy pikirkan."

"Terus?"

Otak Jack berputar. Langsung saja bayangan wajah Edelia muncul di benaknya, terutama matanya yang mengiba.

"Ku...cing, Mom. Ah, iya. Kucing."

"Kucing?" tanya Ayuhdia bingung.

Jack mengangguk. "Iya. Kucing wanita yang sangat nakal, Mom. Dia nyakar baju aku sampe sobek." Refleks, Jack menepuk punggung kanannya. "Jadi, daripada aku balik pake baju sobek, mana aku kesal juga, ya udah. Aku lepasin tu baju."

Ayuhdia menatap putra bungsunya dalam diam. Dapat menangkap raut kesal Jack dari wajahnya.

"Ya udah, Mom. Aku ke atas dulu. Dingin juga lama-lama nggak pake baju." Jack nyengir. "Teh Daddy juga ntar dingin loh."

Lalu, tak menunggu respon Ayuhdia, Jack segera bergegas beranjak dari sana. Sesampainya di kamar, Jack langsung misuh-misuh.

"Yang bener aja deh itu cewek. Nggak ada orangnya pun tetap bisa ngebuat aku kesel."

*

Tubuh Edelia rasanya remuk seketika.

Di hari pertama, ia harus langsung bekerja keras karena acara pengurus partai. Dan itu membuat ia benar-benar sibuk. Tapi, sejujurnya belakangan Edelia tidak pernah merasa sesenang ini. Tubuh letih karena bekerja terkadang jauh lebih membahagiakan dibandingkan tubuh segar karena tak mengerjakan apa pun selama seminggu penuh.

Makanya jangan heran kalau Edelia pulang tengah malam itu seraya bersenandung riang di sepanjang jalan. Ketika ia sampai di kontrakannya, jam sudah menunjukkan jam setengah satu malam. Ia tersenyum ala kadarnya pada Bapak-Bapak yang masih main kartu di warung sebelah tepat di samping bedengannya.

Dengan segera Edelia masuk dan mendapati Kenan telah tidur. Ia menyempatkan diri untuk menghampiri Kenan, mengecup lembut dahi putranya itu, sebelum pada akhirnya beranjak ke kamarnya sendiri.

Edelia duduk di atas tempat tidur dan mengeluarkan kaos Jack dari dalam tasnya. Ia kemudian mengambil benang dan jarum. Mengamati robekan di baju itu, lama-lama Edelia justru melakukan hal lainnya. Tanpa sadar, ia mengangkat kaos itu ke depan hidungnya. Cuping hidungnya bergerak-gerak dalam tuntutan ingin menghirup aroma Jack yang tertinggal di kaos itu.

Tercium aroma maskulin, tapi juga manis. Edelia tak yakin aroma apa itu. Hanya saja aroma itu mengingatkan Edelia akan pepohonan besar, rerumputan segar, dan alam bebas. Rasanya menyegarkan dan menyejukkan dalam waktu yang bersamaan.

"Mama ngapain?"

Edelia mengerjap kaget. Di ambang pintu, Kenan berdiri seraya mengucek satu matanya dan masuk.

"E—eh? Kamu kok bangun?"

Kenan mendesah dan mengambil posisi di dekat Edelia. Ia menyandar pada ibunya itu.

"Aku kebangun pas Mama cium aku." Kenan menepuk dahinya sekali.

Edelia tersenyum. "Ya udah. Besok-besok Mama nggak usah cium lagi ya?"

Kenan cemberut. "Kalau Mama nggak cium aku," lirih bujang kecil itu, "terus Mama mau cium siapa?"

Edelia mengelus kepala Kenan. Dan Kenan mengangkat wajahnya.

"Apa Mama mau cium kaos ini aja?"

Wajah Edelia seketika membeku. Kenan seolah baru menyadari sesuatu dan bertanya.

"Ini kaos siapa, Ma?"

Sekuat tenaga, Edelia berusaha untuk tidak mengumpat di depan Kenan. Ia benar-benar bingung ketika Kenan tak berkedip menanti jawaban darinya untuk pertanyaan itu.

Argh!

Yang bener aja deh itu cowok. Nggak ada orangnya pun tetap bisa ngebuat aku kesel.

*

tbc...

hari ini segini dulu yaaa... 😂😂😂

sampai jumpa besok... 👋🏻👋🏻👋🏻

Pkl 16.19 WIB...

Bengkulu, 2020.05.20...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro