chapter 01 - mentaRi
"Aldo! Tangkap bolanya!"
Lapangan basket outdoor di penuhi oleh para pemain basket yang mengenakan seragam tim kebanggan dari masing-masing angkatan kelas, bahkan tribun penonton sudah penuh sesak oleh para murid yang menonton sekaligus memberikan semangat untuk masing-masing tim.
Kali ini, angkatan XI- Mipa bertanding dengan XI-IPS memperebutkan jadwal latihan setiap hari Rabu dan Sabtu. Lucu memang jika di dengar, namun itu kenyataannya. Mereka semua memperebutkan hari itu karena bersamaan dengan para cheerleading atau yang sering di sebut dengan cheerleaders berlatih.
Aku menonton pertandingan itu dengan duduk di salah satu tribun yang kosong, menatap lapangan yang terlihat tidak terlalu penuh, namun terasa sesak karena di isi oleh ambisi dari kedua kelas IPA dan IPS.
Aku duduk termenung, dengan jari-jari kedua tangan yang saling mengapit. Terus memperhatikan si orange bundar di oper kesana kemari lalu masuk kedalam ring tanpa mengeluh dan membuat suasana di lapangan semakin ramai oleh sorak sorai murid yang menonton.
"Naura, hey! Tumben kamu duduk disini?"
Ya, namaku Naura, lebih lengkapnya, Naura Lusitania. Anak tunggal yang lahir di Depok, 16 Januari beberapa tahun yang lalu. Dan orang yang menyapaku barusan namanya kak Abiyyu Putra Danish, salah satu kakak kelas incaran seluruh siswi di SMA Cleopatra.
"Ya, lagi pengen aja kak!"
"Kamu sendiri?"
"Enggak, aku berdua," Dahinya mengernyit saat aku mengatakan hal itu. "Berdua sama kakak, tadi aku memang sendiri."
"Astaga Tuhan! Kamu benar-benar membuatku hampir serangan jantung tadi Naura,"
"Hampir, 'kan, artinya belum."
"Kamu berbeda dan aku senang bisa bertemu dengan orang yang sangat berbeda kayak kamu."
"Itu kutipan di salah satu novel, 'kan?"
"Kamu tahu itu?"
"Ya, Geez dan Ann, bagian 1 halaman 16, benar?"
"Y-ya hahaha, kamu benar.. aku kira kamu hanya tahu tentang lagu, ternyata kamu membaca novel juga?"
"Sesuai porsi. Ingin mendengar lagu ya cari lagu yang bagus, ingin membaca kisah romance, horror dan yang lain ya baca novel, lapar ya makan, aku nggak suka memperunyam urusan sendiri."
"Benarkan, kamu memang berbeda dari yang lain."
Bangun dari tempat duduk, aku menepuk celana abu-abu yang melekat di kaki panjangku. "Kak, duluan, aku masih ada kelas setelah ini, terima kasih mau berbincang."
Sebelum pergi meninggalkan kak Abiyyu, aku mendengar ucapannya, ucapan yang sama dengan decakan yang keluar dari bibir murid-murid dari kelas lain.
"Benar-benar, Naura itu perempuan, 'kan? Kenapa sikapnya tenang sekali?"
***
Kakiku berhenti tepat di salah satu tempat billiard yang terkenal di Jakarta untuk kalangan pelajar sepertiku. Mengenakan celana jeans hitam dengan jaket orange yang kebesaran, aku masuk kedalam lalu menemui kak Kev yang sedang bertaruh dengan teman-temannya.
"Hoi, Tara! Sini gabung bareng kami semua, kami baru mau mulai taruhannya!" ujar salah satu lelaki tinggi yang memiliki tindik di telinga kanan.
"No, kalian saja.. aku sedang tidak ingin main."
"Payah banget nih Tara, ayo dong main, ada orang baru nih nantangin kamu!"
"Biar,"
Di tempat billiard ini aku memang di kenal dengan Tara yang di ambil dari nama Ta-nia dan Naru-Ra. Beberapa orang yang memanggilku seperti itu hanya orang-orang yang sudah dekat denganku, selain itu tidak ada yang berani memanggilku dengan panggilan Tara, mereka hanya memanggilku dengan Nu.
Duduk di salah satu bar stool, aku memesan minuman dengan kadar alcohol sedang. "Bukannya terlalu sore untuk mabuk, Nona?"
Aku tidak menanggapi pertanyaan itu, melainkan langsung meminum pesananku yang baru selesai di buat dalam satu kali teguk.
"Aku berbicara padamu."
"Lalu apa peduliku?" meminta satu botol air mineral, aku mengeluarkan dompet kulit berwarna coklat dari dalam saku celana lalu mengambil dua lembar uang nominal seratus ribu dan menaruhnya di meja. "Terima kasih ka, besok aku datang lagi jika orang ini sudah di tendang keluar."
Melewati meja billiard tempat kak Kev dan yang lainnya bermain, aku menghampiri mereka lalu tertawa saat lelaki yang memiliki tindik di telinga kanan menjelaskan jika ka Kev hampir bangkrut karena kalah taruhan.
"Seharusnya kamu tidak mengikuti nafsumu kak Kev, siap-siap menjadi gelandangan nanti malam karena di usir oleh Papa!"
"Jangan mengadu!"
"Tidak, aku tidak perduli kak."
"Tara! Kamu minum?!"
Suara tinggi itu membuatku tersenyum lebar dengan menganggukkan kepala. "Cuma sedikit kok, sedikit banget!"
"Bohong! Dia minum satu gelas berukuran sedang,"
Memicingkan mata, aku mendorong orang itu lalu memukul tepat di rahang sebelah kanannya sampai sudut bibirnya sobek, dan hal itu sukses membuat keributan dan kepanikan dari pengunjung yang datang.
Bukannya marah, orang itu malah tersenyum seraya menyeka darah yang keluar dari bibirnya. Menghela nafas kasar, aku berbalik badan lalu pergi meninggalkan kak Kev yang berusaha mengobati orang itu dengan menggumamkan kata maaf atas perbuatanku tadi.
Memangnya apa salahku? Dia yang bersalah karena ikut campur urusan orang lain! seharusnya kak Kev tidak minta maaf! Tida perlu! Batinku bergejolak, amarah lebih menguasai segalanya di banding akal sehat.
Mengeluarkan ponsel, aku menghentikan taksi yang lewat lalu memberitahu alamat yang ingin aku datangi. Mengetik pesan singkat, lalu mengirimkan pesan itu pada kak Kev, karena mau seperti apapun nanti, aku hanya ingin menghindar dari konflik yang seharusnya tidak terjadi dengan menurunkan ego.
To : Kak Kev
Kak, urus orang itu, dan sampaikan maafku padanya.
Tidak menunggu lama pesanku sudah di balas oleh kak Kev yang aku yakin saat ini tengah menyumpah serapah padaku karena melakukan hal tadi, dan itu kedua kalinya saat dulu kak Evan yang memiliki tindik di telinga kiri, aku pukuli sampai tidak sadar.
From : Kak Kev
Dia bilang nggak apa jangan terlalu di pikirkin karena dia tahu kamu sedang ada masalah. Tetapi jangan ulangi hal itu lagi, paham kan kamu Naura?
To : Kak Kev
Mhmm...
From : kak Kev
Promise?
To : kak Kev
Mhm...
Mematikan ponsel, aku mengusap wajahku kasar lalu meminum air yang sebelumnya aku beli. Tanganku gemetar, namun tubuhku tidak. hanya dari lengan sampai telapak tangan, rasanya aku ingin menangis sampai suara pengemudi taksi membuatku waspada lalu menengok ke arah belakang.
"Lebih cepat pak!"
"Baik kak."
Taksi pun kembali melaju dengan kecepatan di atas rata-rata sesuai dengan permintaanku, membuat mobil yang mengikuti taksiku sebelumnya tejebak lampu merah sebelum belokan. Rasanya kerja tubuh dan kepalaku tidak bekerja dengan semestinya, rasanya aku menjadi manusia paling gagal di muka bumi ini.
Dengarkanlah permintaan hati, yang teraniaya sunyi.. dan berikanlah arti pada, hidupku, yang terhempas, yang terlepas, pelukanmu... bersamamu.. dan tanpamu.. aku hilang selalu..
Aku terdiam, rasanya lagu ini benar-benar menceritakan tentang arti kehilangan yang sesungguhnya. Sebuah rasa yang pernah tumbuh dengan alami lalu di cabut paksa oleh orang yang di sayangi, lalu muncul lah luka, luka yang terus mengaga di gerus oleh sang waktu.
Memejamkan mata, aku meminjat kepalaku yang berdenyut. Alcohol yang sebelumnya ku pesan juga tidak terlalu banyak mempengaruhi kesadaranku, alasannya karena aku sudah terbiasa. Kak Kev salah satu orang yang mengetahui sisi gelapku, memangnya ada kehidupanku yang terang?
Sial! Aku kalah dengan lebah yang memiliki tempat untuk pulang, aku mempunyai rumah, namun aku merasa jika itu bukan rumahku. Lalu, kemana aku harus pulang?
Taksi yang ku tumpangi berhenti di sebuah tempat berlatih berenang untuk murid SMA Cleoptra, tempat yang buat khusus oleh pemilik sekolah karena anaknya menyukai olahraga air.
Mengeluarkan dompet, aku membayar sedikit lebih banyak dari biaya perjalanan lalu bergegas pergi sebelum di panggil oleh supir taksi tersebut. Masuk kedalam, aku bergegas pergi menuju tempat penyimpanan baju untuk murid.
Aku tidak tahu mengapa, namun rasanya disini lebih tenang.
Mengambil baju, lalu aku memakainya di bilik kamar mandi yang terhubung langsung dengan kolam renang. Menarik napas dalam-dalam, aku merenggakan kedua otot tangan sampai kedua kakiku berjinjit.
Melakukan pemanasan adalah hal terbaik, dan itu selalu aku lakukan saat emosiku tidak stabil seperti sekarang. Masuk ke dalam area kolam renang, sudut bibirku tertarik sedikit saat mengetahui kolam renang hari ini kosong, tidak ada jadwal di hari Rabu, jadi aku bisa lebih leluasa dan berlama lama disini.
Duduk di pinggir kolam, aku memasukkan kedua kakiku kedalam air untuk membiasakan suhu tubuh dan air kolam. Menurunkan kacamata yang sebelumnya di atas dahi, aku masuk ke dalam kolam dengan kaki yang sedikit berjinjit.
"Setidaknya, tidak akan ada yang menggangguku saat aku berada disini."
***
Membuka pintu rumah, aku meletakkan sepatu di salah satu rak, lalu masuk kedalam rumah tanpa mengucapkan apapun. rumah bergaya minimalist dengan sedikit sentuhan klasik di ruang keluarga menjadi tempatku berteduh selama ini.
"Baru pulang?" aku menoleh ke samping dan menemukan kak Kev yang saat ini sedang membuat makanan di dapur dengan posisi membelakangiku.
"Ya,"
"Tara, bisa kakak bicara sebentar?"
"Sure,"
"Jangan lakukan yang seperti tadi, kamu tahu, untungnya dia tidak menuntut kamu atas tindakanmu tadi,"
Kak Kev mematikan kompor, berbalik badan kemudian duduk di salah satu bar stool dengan tatapan teduh, dia menyuruhku untuk duduk di sebelahnya, aku tahu bukan hanya itu yang ingin di bicarakan oleh kak Kev.
"Kakak tahu, semua ini berat untuk kamu, tetapi coba kamu buka hati dan pikiran kamu seperti dulu, seperti Tara kecil yang selalu bahagia dan tidak seperti sekarang."
Menghembuskan napas, aku beranjak dari kursi namun tanganku sudah terlebih dahulu di cekal oleh kak Kev.
"Kakak belum selesai bicara, Tara!"
"Mhm.. my mind is a dark place. You don't want to be there," melepaskan tangan kak Kev, aku membalikkan badan dengan tangan kiriku meremat erat tali tas punggung yang berada di bahu kiri. "Good night. God bless you, bro."
Sebelum aku masuk kedalam kamar yang ada di ujung ruangan, aku mendengar kak Kev berteriak dengan menggebrak meja makan. Kepalaku tertunduk, aku merasa sedih, teramat sedih karena tidak bisa menjadi adik angkat yang baik untuk kak Kev.
------
Ngetik apa ya gue ini, tapi semoga kalian suka ya, terima kasih!
Cerita ini nggak terlalu panjang seperti cerita yang sebelum-sebelumnya, /lirik Heart Like Yours. gue lagi berusaha ngetik hemat, jadi kalau kurang sreg, kalian bisa komen disini =
Itu aja kayaknya, semoga suka..
Jangan lupa untuk Vote, Komen, tambahkan ke perpustakaan kalian, dan juga, jangan lupa untuk kasih tau teman-teman kalian kalau suka dengan cerita ini, terima kasih!
Jangan lupa bahagia, selalu sehat ya.
(Ws-etv.)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro