ᴄʟᴜʙ ʀᴏᴏᴍ
"Kak Saeko," si anak bungsu memanggil Kakak sulung. "Besok nonton ikut nonton?"
"Ikut dong!" jawab Saeko bersemangat. "Kamu ikut? Ikut lah! Masa pacarnya main nggak disemangatin? HAHAHAHAHAHA!"
"Pacar siapa sih? Ngadi-ngadi!"
Ryu mencibir najis. "Alah, tempo hari berduaan di ruang klub ngapain aja hah?"
"Ngobrol doang!"
"Ngobrol kok sambil pegang-pegang pipi."
Netra hitam menatap tajam, "Kamu nguping?!"
"TUHKAN BENER!"
"Ngekangkahin banget ya ni bocah!"
Beberapa hari yang lalu, SMA Karasuno ikut serta dalam camp pelatihan yang juga diikuti tiga sekolah besar yang ada di Tokyo. [F/N] selalu mendapat kabar dari Ryu, cowok botak itu tak lupa membubuhkan majas hiperbola pada setiap kalimat yang menceritakan bagaimana harinya berlangsung.
Fr: RyuuuuuuuuWu
Sumpah ya
Tadi tuh
Aku baru mau pulang
Fr: [F/N] gemes
trus?
gausah diwaqof gitu ngomongnya
Fr: RyuuuuuuuWu
Terus Yacchan tiba" nyamperin
Mukanya horror kek abis denger sangkakala
Sambil ngeremes tangan aku
Goyang-goyang
Nangis
Fr: [F/N] gemes
ryu coba sepatu olahraganya dipake
trs langsung lari ke POINNYA APA BGST
Fr: RyuuuuuuuWu
Dia teriak
AAAAAARKKGGHHH KAK TANAKAAAA
KAGEYAMA SAMA HINATA
MEREKA-
MEREKA-
AAAAAAARRRGHHHhh
Fr: [F/N] gemes
KENAPA
ANJG KEPO
WOI BALES
Fr: RyuuuuuuuuWu
Cie nungguin
Aowksowkwowkwok
Berantem mereka
Adu jontos
Yachhan shocc gatau harus misahin gmn
Fr: [F/N] gemes
ey serius?:(
Fr: RyuuuuuuuWu
Hooh
Besok coba tanya aja
Kalian kan deket
Sekalian mintain maaf
Aku nonjoknya keras bgt hehe
Fr: [Name] gemes
Ogah ah takut
Aku sama Kageyama ga sedeket itu :(
Dia ngeri juga kalo ngamuk
Fr: RyuuuuuuuWu
Apa sih
Yang nyuruh kamu nemuin Kageyama siapa? 😂
Kan aku cuma bilang "besok tanya aja"
Gak bilang harus ke Kageyama
Hinata kan gampang diajak ngobrol?
Kok mikirnya langsung Kageyama
AOWKAOSKWOSKWOWWOWK
"Apa sih ah." Gadis itu langsung berkemul dalam selimut seraya berusaha meredam detak jantung.
》《
"Tahu darimana?" Tanya Kageyama seraya membuka sepatu.
Hari ini latihan terpisah. Cowok itu berlatih beruda- bertiga. Bareng Bang Ukai sama Dek Yachi. Sementara Hinata katanya sama si Abah yang baru keluar dari rumah sakit.
"Ryu cerita."
[F/N] melangkahkan kaki, mengikuti Kageyama masuk ke ruang klub yang penerangannya temaram. Sementara cowok itu menaruh tas, Netra hitam menatap lekat-lekat. Beberapa bagian lengan Kageyama tampak lebam, juga di area wajah. Plester peredam luka juga ikut tertangkap mata.
"Bener?"
"Bener." Kageyama menjawab tanpa menatap. Sebenarnya [F/N] tak ingin ikut campur terlalu jauh, toh anak cowok memang biasanya begitu.
Adu mulut, adu jontos. Tapi beberapa hari kemudian sudah bertegur sapa seperti bisa. Kadang bikin iri, lingkaran pertemanan para cewek nggak sesimpel itu soalnya.
"Kageyama...."
Badan tingginya berhenti didepan pintu, kepalanya berbalik namun netra biru tetap tak mau menatap. [F/N] mendekat, memaksa Kageyama ikut membalikan badan agar tak disangka tak sopan.
Keduanya berhadapan. Kageyama menunduk. Raut wajahnya datar seperti biasa. Getaran aneh terasa ke seluruh tubuh saat jemari halus menyentuh pipinya pelan. Memaksa Kageyama sedikit mengadah, memperlihatkan bekas luka yang belum kering sepenuhnya.
"Ini... masih sakit?"
Cowok itu mengangguk. Tangannya mengepal saat jempol [F/N] mengusap area pipi, netra hitamnya tampak serius memandangi. Kageyama hampir menahan nafas, kalau saja ia cukup kuat tak bernafas dalam waku satu menit.
"Maafin Ryu ya?"
"K-kenapa minta maaf?"
"Kan dia yang nonjok?"
"Iya sih." Cowok itu menggenggam pergelangan tangan [F/N], menjauhkannya pelan karena tak sanggup disentuh lama-lama. "Tapi, aku sama Hinata yang salah. Berantem sampai segitunya."
"Loh nyadar ternyata?"
"Hng...?"
"...."
"...."
"HEEEEEH? EMANG KALIAN YANG SALAH SIH! Berantem malem-malem, udah disuruh pulang dari kapan masih aja bandel maksa latihan."
"I-iya maaf."
Kageyama mendengus kesal, mendapati perubahan sifat [F/N] yang kembali menjadi dirinya seperti semula. "Lagian, Hinata minta yang enggak-enggak. Maksa pula."
"Halah," netra hitam menatap jengkel. "Kayak yang sendirinya nggak suka maksa aja."
Cowok itu lagi-lagi menunduk. Badannya tersentak saat merasakan bahu yang ditepuk pelan.
"Denger, ya. Kageyama. Kamu tuh udah berjuang keras. Begitu juga dengan Hinata dan temen-temen klub lain."
Netra biru laut menatap lurus. Berpusat pada ujung kepala gadis yang lebih pendek darinya.
"Hei? Kau mendengarkan nggak sih?"
"Iya Kak. Aku denger."
"Lihat mataku dong? Nggak sopan!"
"...."
Kageyama belum mau menurut, seakan netra hitam adalah jendela bokep yang kalau ditatap sekali saja akan membuatnya berdosa besar.
"Kageyama!"
Barulah cowok itu memusatkan atensi pada [F/N] sepenuhnya. Kageyama mendapati sorot khawatir bercampur kesal, dengan kedua alis yang menekuk hal itu tak bisa disangkal.
"Kamu nggak harus melakukan semuanya sendiri. Kamu berkembang, yang lain juga harus berkembang. Voli nggak bisa dimainkan oleh satu orang 'kan?"
Laki-laki itu mengangguk pelan, badan tegapnya menunduk sedikit agar pegangan tangan [F/N] pada bahunya tak terlepas begitu saja karena perbedaan tinggi yang lumayan.
"T-tapi aku mau tim kita menang, Kak!" Sungut Kageyama semangat. "Aku- aku nggak mau ngerasain kalah kayak yang sudah-sudah. Aku nggak mau terus berada dibawah bayang-bayang Kak Oikawa. Aku mau tim kita maju ke nasional!"
"Iya, Kageyama. Aku tahu." Gadis itu memilih diksi dengan berhati-hati. Takut dikata sok tahu, enggan merasa sok merasa padahal tidak. Faktanya [F/N] memang sekadar melihat dengan mata saja. Mendengar berdasarkan cerita orang-orang disekitar.
Rasanya kalimat 'Aku mengerti' menjadi kurang tepat jika jika diucap saat ini.
"Kau cukup fokus untuk menjadi versi terbaik dari dirimu saja, ya? Sisanya serahkan pada para Kakak kelas dan teman satu tim yang lain."
Bahu Kageyama melemas saat mendengar kalimat penenang dari kakak kelasnya tak hanya memasuki telinga. Suara serak [F/N] yang beresonasi dengan sempurna di udara -setidaknya itulah yang Kageyama rasa- kini berputar terus dalam kepala.
'Versi terbaik dari dirimu.'
"Dah, ya. Udah sore, aku mau pulang." Gadis itu menepuk-nepuk bahu adik kelasnya pelan. "Jangan berantem lagi, kayak bocah aja."
"Iya."
Beruntung, Ryu dan Ennoshita sudah lari duluan sebelum [F/N] membuka pintu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro