Ch. ??: Val akan Terus Berjuang
Tidak muluk-muluk. Aku hanya berharap kami punya lebih banyak waktu untuk duduk dan bercakap, menghapus segala kesalahpahaman yang ada. Namun, waktu terus berjalan dan mengejar mereka. Anak-anak itu harus segera pergi sebelum orang-orang biadab dari organisasi itu bergerak lagi.
Kapal cepat yang kusewakan untuk mereka kian lama kian jauh dari pelabuhan. Aneh saat rasa lega bercampur dengan cemas. Melepas dua orang keponakanmu pergi ke suatu tempat yang tidak kau ketahui pasti seperti apa jelas bukan perkara mudah.
Usai berpisah dengan teman-temannya, Erna berderap kemari. Anak itu berdiri di sampingku dengan kedua tangan dikaitkannya di balik punggung. Kami menyaksikan kapal cepat yang anak-anak itu tumpangi tampak mengecil lantas hilang di garis cakrawala.
"Om nggak bakal kena masalah gara-gara ini? Dua kode SS, loh," ucap Erna tanpa melepas pandangan dari laut lepas.
Mengingat apa yang menanti setelah ini membuatku ingin cepat-cepat pensiun, padahal aku masih muda. "Udah jelas bakal kena, 'kan?"
"Bakal kena pecat?"
"Semoga nggak."
Sebenci-bencinya aku pada lingkungan kerja penuh iblis itu, aku belum boleh berhenti. Masih banyak anak-anak yang perlu bantuan. Ditambah, gaji pekerjaan ini besar. Mana mungkin kulepaskan begitu saja.
"Pasti Om lagi mikirin gajinya. Gede banget tuh, sampai bisa beliin macam-macam buat Feli."
Aku termangu sejenak. "Kamu ini nggak diem-diem bisa baca pikiran, 'kan?" tanyaku sedikit was-was.
Cengiran jenaka terbit pada wajahnya. "Entahlah, Om."
Dari reaksi itu, langsung ketahuan kalau bocah ini hanya bermain-main denganku. Lebih baik kualihkan pembicaraan sebelum dia makin menjadi. "Kalau kamu gimana? Soal kesepakatan itu. Saudara tirimu kan udah aman."
Erna menaikkan bahu. "Ian udah nggak terancam, jadi tinggal aku ghosting orang-orang itu." Pintar sekali anak satu ini, dan bukan hanya dia. Anak-anak yang sedang dalam perjalan ke Pulau Nomaden itu juga pintar.
Masih sering aku berandai-andai, bagaimana jadinya jika mereka bisa hidup normal layaknya para remaja dan anak-anak yang pergi ke sekolah untuk menimba ilmu. Mereka pasti bisa berprestasi dalam bidang masing-masing. Sayangnya, pemerintah di (barangkali) seluruh dunia berniat menjadikan mereka aset tempur.
Kendati memiliki kekuatan super, mereka masih terlalu muda. Sejauh yang kuketahui, orang berkekuatan super paling tua adalah kelahiran tahun 2000. Itu masih sangat muda! Mereka masih harus menempuh pendidikan, bukannya dikarantina dan dipaksa mengembangkan kekuatan super mereka sejak dini agar bisa berguna bagi negara. Omong kosong!
Tidak terbayangkan olehku jika anak-anak itu harus merenggut kebebasan atau bahkan nyawa seseorang pada usia sebelia ini. Yah, walaupun Erna yang tengah berdiri di sebelahku sudah melakukan yang pertama, dan tidak hanya sekali.
Dia dapat bergurau barusan, tetapi aku tahu, anak ini sedang berusaha menutupi kesedihannya. Tatapan yang terarah pada kaki langit itu sarat akan kesedihan dan ... mungkin penyesalan. Matanya sedikit berkaca-kaca.
"Menurut Om, mereka bakal baik-baik aja di sana, 'kan?" tanya Erna. Suaranya di awal sedikit bergetar. "Lumi sama George bakal nepatin janji mereka, 'kan?"
Aku mengangguk mantap kendati hati cemas. "Pasti. Mereka kan anak baik-baik," jawabku dengan harap kegelisahan anak ini dapat berkurang. "Ngomong-ngomong, kenapa kamu tinggal?"
Erna menoleh. Tiada senyum pada wajahnya kala ia berkata, "Karena aku masih bisa ikut melawan di sini."
Benar-benar anak yang tangguh. Kudapati diriku merasa bangga padanya seakan-akan dia adalah anakku, padahal aku masih terlalu muda untuk punya anak---ah, baiklah. Jiwaku yang masih muda, bukan raga. Diri ini sudah lama memasuki usia dewasa.
Feli, Theo, semoga kalian berdua baik-baik saja di sana; semoga kalian mendapat kebebasan yang kalian dambakan. Jangan berhenti berjuang, karena paman kalian juga akan terus berjuang di sini.
.
26-07-2024
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro