Ch. ??: Aiden dan Perasaan yang Tumbuh
Awalnya aku hanya ingin memanfaatkan gadis itu. Entah sejak kapan aku mulai menyimpan rasa suka dalam hati. Entah sejak kapan sosoknya selalu hadir dalam benak. Ini sedikit merepotkan.
Tak jarang kudapati diriku menaruh perhatian lebih padanya. Tak jarang aku lalai karena memikirkannya. Sudah kubilang, perasaan ini sedikit merepotkan.
Sempat terpikir, mungkin hati dan pikiranku akan kembali normal jika kusingkirkan perasaan ini, jika kusingkirkan gadis itu dari hadapanku. Namun, kudapati diriku tak bisa lepas darinya.
Aku ingin berada di dekatnya. Aku ingin mendapat perhatian darinya. Aku ingin ... menjaganya. Ini merepotkan.
Keberadaannya menghambat tujuanku untuk balas dendam. Seperti hari itu, aku kalah telak karena terlalu memikirkannya. Aku berpikir untuk memutus hubunganku dengannya supaya bisa bergerak lebih bebas. Namun, rasanya aku tak sanggup. Diri ini sudah telanjur nyaman.
Mungkin aku harus melupakan segala perkara balas dendam ini. Mungkin aku menyerah saja seperti yang biasa kulakukan sebelumnya. Lagi pula, kurasa orang itu tidak akan senang melihat kelakuan saudara kembarnya yang seperti ini.
Aku pasti akan dimarahi ketika waktu untuk menyusulnya tiba. Orang itu memang tidak suka menyimpan dendam. Dia tidak akan melakukan ini. Dia tidak akan membahayakan teman-temannya demi memenuhi keinginan egoisnya.
Ya, sebaiknya aku berhenti saja. Ini sudah waktunya untuk menyerah.
Mereka yang sudah kurepotkan pasti akan senang ketika tahu aku sudah membuang ambisi gila ini jauh-jauh. Akan tetapi, mengapa gadis itu justru marah? Dia marah karena aku menyerah setelah semua kejadian buruk yang menimpa kami?
Aku kira dia akan senang karena kami tidak lagi perlu menjerumuskan diri dalam bahaya. Dan, sekarang dia menghindariku. Sudah tiga hari dia menolak bicara denganku. Hari ini dia keluar entah ke mana bersama Marlo dan Nia.
Apa ini keputusan yang keliru? Aku hanya ingin menghentikan kegilaan ini dan menjauhkannya dari bahaya. Setidaknya dengan begitu, aku bisa membalas budi setelah diselamatkan dua kali.
Kalau saudara kembarku masih ada, dia pasti bisa membantu. Dia sering bilang kalau komunikasi adalah kuncinya pada situasi macam ini. Masalahnya, aku lebih suka menghindari konflik dan membiarkan konflik itu terselesaikan dengan sendirinya.
Jadi, sekarang aku harus apa? Manusia itu sungguh rumit, terlebih seorang anak gadis.
.
.
.
Clou's corner:
Bonus kali ini pov Aiden! Wah, bucin sih kalo kata Julian hehe
Anak ini yang paling sulit kumengerti pikirannya, sih. Rewrite kedua kali baru dapet yang pas :/ lama kali
17-06-2024
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro