Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

゛twenty six.〃

Miya Osamu selesai mengganti baju di ruang klub. Dia pakai lagi kaos biru tua dan seragam sekolahnya, lalu menyimpan kaos sepak bolanya. Pikirannya terus mengabur. Tak henti-hentinya memutarkan tingkah bodoh yang telah ia lakukan pada [full name] tadi.

Membuang napas entah yang keberapa kalinya pada periode ini, Osamu akhirnya menutup loker. Lalu mengambil tasnya. Dia bangkit kemudian. Lalu pergi meninggalkan ruang klub setelah pamit pada temannya yang lain.

Sepanjang jalan, pikiran Osamu terus menggemakan kalimat-kalimat yang berikutnya terus menumpuk di kepalanya.

Cemas tentang ucapan [name].

"...padahal aku berencana menyatakannya hari ini."

Cemas pada apa yang akan ia jelaskan nanti.

"...Atsumu seperti bukan Atsumu yang aku kenal."

Ucapan bodohnya.

"Berpaling padaku. Tidak bisakah?"

Perjanjian mereka yang penuh bullshit.

"...kita gak boleh suka satu sama lain."

Dan kenyataan Atsumu yang tersembunyi.

"...kami belum putus. Dan aku akan tetap menunggunya."

Semua itu mendesaki pikirannya.

Rasanya jalan yang Osamu ambil untuk ikut masuk ke dalam lingkaran ini adalah pilihan yang salah.

Seharusnya mungkin ia hanya harus diam. Menatap [name] dari kejauhan saja, dan tak usah mengurusi semua hal ini. Toh menatap dari manapun Osamu tetap sama.

Tak bisa menyingkirkan kembarannya itu dari hati gadis yang dicintainya.

Osamu tentu merasa tanggung jawab. Keputusannya untuk bermain dengan perjanjian toples itu membuatnya jadi terperosok lebih dalam ke lingkaran bermuda ini.

Membuang napas lagi, Osamu angkat kepala yang terasa berat. Dalam koridor yang termakan senja, laki-laki itu menyendukan kelopak.

Dia merasa, apa yang akan ia hadapi nanti adalah hal yang cukup berat.

Karena entah kenapa, perasaannya jadi tak enak saat menangkap eksistensi pemuda botak yang sedang berlari ke arahnya.

Osamu memelankan langkahnya. Kemudian berhenti saat sosok itu juga berhenti.

Tanaka Ryuunosuke terengah-engah. Dalam keadaan itu ia berucap, "aku... Lari dari... Rumah--aduh capek sekali yah..."

Osamu menatap Tanaka dengan tenang. Walau penasaran juga kenapa pemuda ini sampai berlari seperti itu.

"K-kamu gak akan percaya ini!"

Osamu Miya melebarkan manik matanya. Jantungnya berhenti sejenak. Membuat semua pikiran yang saling timpang-tindih lenyap seketika.

.

.

.

Dua remaja menyapukan pasang kakinya pada pasir putih. Meninggalkan tapak sepatu yang sesaat itu pula dikibas air ombak.

[Full name] masih berdiri teguh sampai saat ini. Walau ombak terus menerjang kakinya, keyakinannya tak ikut tergilas. Karna dia di sini ada untuk mengutarakan semuanya. Menguapkan buih perasaannya ke pesisiran.

"...kamu berantem sama Osamu, ya?" [name] mengeluarkan suara. Memecah keheningan sejak mereka berjalan pulang dari sekolah bersama.

Miya Atsumu yang berjalan selangkah lebih di depan dari sang gadis itu mendesah, "gak juga, sih," Katanya. Lalu menarik kedua tangan agar bersandar di belakang kepalanya.

"Tapi entah kenapa aku ngerasa kamu lebih pendiem hari ini," ucap [name] jujur.

"Oh, itu, aku lagi ada pikir--"

"--Atsumu," [name] memotong kalimat. Dia tatap si pemuda yang lantas menoleh ke belakang itu, "k-kalau kamu ada masalah... A-aku--kamu bisa cerita padaku!"

Si gadis menghentikan langkah. Atsumu yang juga agak tertegun jadi ikut berhenti.

"Aku tau mungkin sudah banyak orang yang bilang begini sama kamu..." [full name] meremat tali tasnya, "...tapi, t-tapi aku juga ingin jadi pendengarmu juga. W-walau mungkin aku gak akan bisa bantu apa-apa..."

Hening menerjang bersamaan dengan ombak. [Name] tak lagi memandang wajah Atsumu. Gadis itu menunduk. Kembali meyakinkan untuk jangan melarikan diri.

Detik berikutnya Atsumu pun melukiskan senyum, "iya. Terimakasih, ya."

[Name] meringis dalam hati. Merasa sekali bahwa dirinya menjadi semakin egois.

"Kalau begitu, boleh aku cerita?"

Terkejut dengan kalimat berikutnya, [full name] sontak mengangkat kepala. Kembali menatap Miya pirang di pinggir laut.

Berbeda dengan Osamu yang serasi dengan tenangnya rembulan. Miya Atsumu sangat indah apabila dibiasi senja tenggelam. Apalagi jika laut ikut tertangkap sekaligus dalam eksistensinya.

[Name] telah yakin kini. "Ya," jawab gadis itu.

Tersenyum, Atsumu lantas berbalik. Menghadapi lukisan agung sang pencipta kini. Seraya itu ia kembali mengeluarkan suara, "menurutmu, orang yang pergi hampir dua tahun dengan tak ada kabar apakah akan kembali?"

[Name] terdiam sejenak. Mencerna baik-baik kalimat pertama yang dibuka oleh Atsumu itu, "hm," ia mendehem, merangkai kalimat. "Dua tahun begitu lama. Kalau tak ada kabar seperti itu... Mungkin... Tidak?"

Tak adanya respon dari Atsumu, [name] cepat-cepat membenahi kalimat, "t-tapi kemungkinan kembali masih ada sekitar empatpuluh persen? A-aku juga gak tau. Ini semua tergantung orang itu sendiri."

Dengan itu Atsumu akhirnya tersenyum kecut. Dia memandangi ombak yang menyelimuti pasir putih, "...kalau kamu jadi orang itu, apakah akan kembali?"

[Name] mendongak untuk menatap langsung wajah Atsumu.

"--hanya untuk menemui orang yang mencintainya di sini?"

Secepat itu juga [name] langsung melebarkan mata, kala mendapati Atsumu berekspresi pilu saat kalimat itu keluar dari mulutnya.

"Atau... Memilih melanjutkan hidup di sana dan menjalin cinta baru?"

[Name] benar-benar bungkam. Perasaannya semakin memberat, membuat mulutnya sulit hanya untuk mengeluarkan suara.

Entah kenapa [full name] tak berperasaan enak ketika topik ini dimulai.

"A-aku... Mu-mungkin..." Di tengah dugaan-dugaan buruk yang berkeliaran dengan kacau, [name] tetap menyalipkan diri mencari rangkaian kalimat untuk menjadi sebuah jawaban, "a-aku..."

[Name] tak bisa bersikap tenang. Di dalam kepalanya ada banyak gemaan persepsi.

"Aku... M-mungkin tetap d-di sana?"

"Dan memulai cinta baru?"

"...entahlah..."

[Name] merenung. Mulai coba menyangkutpautkan pembicaraan ini dengan kisahnya sendiri untuk mendapat jawaban.

"Maksudku... Aku mungkin akan memilih siapa yang aku cintai saja. Ji-jika aku masih mencintai orang yang ditinggalkan itu... Mungkin aku akan kembali. Begitu juga jika aku dapat cinta baru. Aku akan memilih untuk berjuang meraih cintaku saja di sana," jawab [name] selepas berhasil mengaplikasikan pada kisahnya sendiri. Di mana ia juga lebih memilih berjuang untuk orang yang ia cintai daripada yang mencintainya.

Mendengus samar, Atsumu mersepon, "jadi intinya hanyalah apakah orang itu masih mencintai orang yang ditinggalkan atau tidak, begitu?"

"Y-ya..."

Atsumu Miya memandang lurus laut yang bertaburkan kilauan senja.

"Lalu jika kamu jadi aku, apakah akan tetap memperjuangkan cinta tak pasti ini? Atau memilih mengambil cinta baru?"

Atsumu menolehkan kepala. Ia lantas mendapati [full name] yang menatapnya dengan mata melebar. Kelopak Atsumu menyayu.

Namun, mau tidak mau pemuda itu harus melakukan ini.

Karena gadis ini mungkin dapat mengerti dengan baik.

Bagaimanapun juga, [name] dan dirinya adalah orang yang memilih pilihan sama.

Yaitu berjuang demi apa yang mereka cintai sendiri.

.

"[Name], maaf. Aku tidak bisa menerima perasaannmu."

.

Miya Osamu terus memaksakan kakinya berlari menerobos udara dingin. Tubuh yang sebelumnya sudah melakukan pendinginan kini terbakar kembali. Jantungnya berpacu menyenadakan hentakan kakinya.

"Karna aku masih mencintainya."

Belari mendekati bibir laut. Di mana senja menghampar menyatu dengan air.

Seraya itu kepalanya bercelinguk. Mencari eksistensi yang sedang dicarinya.

"Dia, yang masih aku tunggu kehadirannya kembali."

Dalam hati ia kalut. Tak menyangka bahwa hari ini akan datang.

"K-kamu gak akan percaya ini!"

Tak percaya bahwa takdir memaksanya untuk terus gelisah.

"A-Atsumu... D-dia! Dia kembali!"

Dan merasa bersalah.

"P-pacarnya Atsumu!"

Osamu memejamkan matanya erat. Berusaha meredam segala emosinya dulu saat ini agar tak semakin merumit.

Dia harus segera menemui Atsumu terlebih dulu.

"Maaf."

Tapi Osamu juga sangat berharap bahwa [full name] benar-benar membatalkan niatnya tadi.

"...padahal aku berniat untuk menyatakannya hari ini."

Jadi dia ada kesempatan untuk menjelaskannya pelan-pelan nanti. Walau Osamu sebenarnya tak mau. Namun kalau sudah seperti ini ya tidak ada jalan lagi.

Mungkin kini saatnya semua perasaan-perasaan yang terkubur dalam pasir pantai itu dikeluarkan.

[Full name] yang ingin menyatakan perasaan diam-diamnya.

Dan perasaan tersembunyi milik Atsumu yang sudah harus dikuak.

Namun Osamu Miya tidak pernah merasa serumit ini. Baik dalam mengatur emosinya dulu, dan segala yang ada di dalam pikirannya.

Dua orang yang didapatinya setelah turun dari jalan atas lalu menginjak pasir pantailah penyebabnya. Saling membelakangi ombak. Kini jadi berhadapan dengannya.

Jantung Osamu dibuat berdentum sangat keras saat atensinya juga mendapati eksistensi lain selain dua remaja itu. Berdiri di tengah-tengah jarak dirinya, dan kembarannya di sana.

Berambut hitam panjang. Dengan kulit yang senada dengan pasir putih. Bulu matanya lentik. Dan mengenakan kacamata.

"K-Kiyoko-san kembali! Aku bertemu dengannya tadi!"

Bukan hanya Osamu.

Miya Atsumu dan [full name] di sana juga dibuat bungkam kala melihat sosok itu.

"S-Shimizu...?"

Gumam kedua Miya dalam posisinya masing-masing.

Tapi tidak seperti Atsumu yang maniknya sudah terkunci rapat dengan eksistensi gadis berhelai hitam itu, Miya Osamu lantas buru-buru menggulirkan atensinya.

Lalu mendapati [full name] yang sedang menatap gadis tersebut dari jaraknya dengan wajah nanar.

.

.

.

aku lupa apdet di sabtu soreee maapken:((((((

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro