Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

゛twenty one.〃

mulmed di atas boleh diputar untuk menambah tekanan suasana.

┍❝━━━━━━━━━━━━━━┑
Aku selalu memerhatikanmu.
Kau begitu dekat tapi juga jauh.
Dan selalu saja tak tergapai.
┕━━━━━━━━━━━━━━❞┙
-ebb and flow; nagi no asukara op -

Miya Osamu melangkah meninggalkan gedung sekolah dengan senyap. Walau memang biasanya pemuda itu tak banyak omong, tapi ketenangannya kali ini sangat berbeda dengan biasanya. Osamu tidak sedang berada di titik puncak pikirannya. Cowok itu kini sedang tenggelam ke dasar perasaannya.

Di mana sebuah perasaan yang awalnya kecil, perlahan tumbuh membesar. Menyesaki hatinya.

Osamu langsung melepas uwabaki-nya begitu sampai di ruang loker. Menggantinya dengan sepatu tali, dan bersiap pulang.

Tapi tepat sesaat ketika ia berdiri tegap selepas memakai sepatu, sebuah suara tiba-tiba datang menjeda pergerakannya.

"Kamu harusnya bilang dari awal..."

Memutar tubuh untuk menemukan sumber suara, Osamu agak terkejut kala mendapati ternyata ada seorang gadis tak jauh di belakangnya.

"...supaya aku juga bisa beneran pergi dari hidup kamu."

Osamu tertegun. Kalimat tadi tak disangka bisa ia dengar dari gadis ini. Terlebih begitu sekilas menyadari ada getaran di manik bulat itu tadi.

"Tapi mungkin enggak juga. Soalnya dulu, aku belum kenal kak [name]..."

Hinata Shouyo mengambil nafas dan menahannya bersama dengan kesesakan. "Kenapa aku gak sampai sadar ya kalo alasan Miya-san nolak aku karena udah punya orang yang disukai." Tanya gadis itu pada diri sendiri.

Pemuda Miya di sana hanya terdiam. Walau awalnya ia sangat kaget tak menyangka ternyata Hinata Shoyou ini berhasil menyadari perasaan yang dia sembunyikan.

"Aku tau ini gak sopan. Kak [name] juga begitu baik padaku, tapi... Aku gak bisa bohong kalo aku sekarang lagi kecewa," gadis bertubuh kecil itu masih senantiasa berucap membeberkan kata hatinya, "'kenapa dia?' aku menanyakan itu pada jalan takdir."

Diam-diam Osamu juga menggemakan pertanyaan itu dalam hatinya.

'Kenapa dia?'

Dengan maksud 'dia' yang berbeda.

Ya. Perasaan mereka begitu sulit untuk seadar diurai.

"Mungkin, pertemuanku dengan kak [name] ada untuk membuatku berhenti mengejarmu," Hinata tersenyum miris. Kesesakan di hatinya membuat matanya jadi terasa panas, "kak [name] ada untuk membuatku tangguh. Tapi dia gak tau, bahwa ternyata dia ada untuk membuatku pecah."

Osamu mulai bereaksi. Cowok itu tak ingin [full name] yang bahkan tidak tahu sama sekali permasalahan ini jadi sebagai orang yang bersalah. "Maaf. Seharusnya aku jujur padamu dari awal."

"Ini salahku. Kamu boleh kecewa berat atau bahkan membenciku karena ngebiarin hal kayak gini terjadi. Tapi [name], dia bukan ada buat bikin kamu hancur," kata cowok itu. Diam-diam merasakan ada sesuatu yang menguap naik dari hatinya, "...sesungguhnya aku yang ada untuk buat kamu hancur. Maaf."

Begitu Osamu sadar, ternyata sesuatu yang berusaha naik itu adalah cacian rendah untuk diri sendiri.

"Oh iya, serius nih, kamu bisa aku percaya, kan? Kalo kamu itu baik?"

Osamu malu dengan semua kalimat yang sudah ia langgar.

"Sakit hati itu gak enak, dan aku gak mau liat sakit hati yang lain."

Padahal cowok itu sendiri yang tidak mau disamakan dengan Atsumu yang menurutnya brengsek.

"Jangan sakiti dia, ya. Hinata Shouyo. Dia mirip aku, tapi yang jadi pilihannya untunglah kamu."

Tapi sekarang, saat menyadari bahwa ia juga ada diposisi seperti ini. Osamu tak akan pantas lagi untuk mengelak.

Bahwa dirinya dan Atsumu itu sama.

-; ebb and flow ;-

Manik yang tadinya bersinar gelap karena tak adanya cahaya di ruang tangga seiring-iring cerah begitu tubuh telah dibawa melangkah naik ke atap sekolah. Iris itu bersinar biru merefleksikan langit. Terpantul juga bayangan manusia di dalam sana. Tengah membelakangi dan hanya menatapi garis kecil lautan.

"Hinata?"

[Full name] menyapa. Seraya itu langsung melangkah mendekati. Yang namanya disebut tadi memutarkan kepala, ternyata telah terlukis sebuah senyum di wajah bulat itu.

Senyum yang tak pernah [name] sadari seberapa susah untuk membentuknya.

"Ada apa kamu manggil aku ke sini?" tanya [full name], kini cewek itu sudah ikut berdiri di samping gadis yang jauh lebih kecil darinya. "Ini tentang Osamu lagi?" Goda gadis itu.

Hinata mengangguk pelan. Tanpa sadar tangannya meremat ujung rok sendiri, "iya. Ini tentang Miya-san."

[Name] tersenyum jail mendengarnya. Sesungguhnya ia selalu gemas dengan kisah percintaan imut Hinata. Selalu merasa tertarik setiap melihat bagaimana Hinata itu menceritakan Osamu dengan wajah merona.

Tapi [full name], gadis itu tak menyadari. Bagaimana perbedaan kondisi yang tersemat pada perasaan Hinata.

[Name] mendengus geli. Menggerling-gerling kecil pada Hinata yang kini sedang menunduk. Menanti apalagi yang akan Hinata kagumi dari Miya berhelai kelam tersebut.

"Aku berhenti mengejarnya."

Tapi kalimat yang tiba-tiba keluar tersebut, sukses membuat [name] langsung tertegun.

Merasa bahwa ia salah dengar, [name] memastikan, "Hinata?"

"Seperti apa yang Miya-san inginkan juga. Aku sekarang akan menuruti perkataannya, dan berhenti mengejar Miya-san," ucap Hinata dengan lebih jelas. Wajahnya makin merunduk untuk menekan emosinya kuat-kuat.

"Tapi kenapa tiba-tiba?" Tanya [name] yang sungguh masih bingung dengan topik tak terduga ini. "Osamu... Jadi Osamu pernah nolak kamu juga sebelumnya?"

Menempatkan posisi penuh ke arah hadapan Hinata, [full name] baru sadari ternyata bahu hinata itu agak sedikit bergetar. "Hinata...?" gumamnya jadi menyendukan ekspresi.

"Sebenarnya aku selalu mengutarakan perasaanku secara langsung pada Miya-san," Hinata makin meremat ujung rok saat [name] menyentuh bahunya. Merasa bahwa... Bebannya untuk menahan sesak jadi tambah berat, "dan Miya-san juga selalu menolak perasaanku untuk masuk ke dalam hatinya secara langsung juga."

"Aku terlalu keras kepala, kak. Tanpa tau bahwa ternyata... Dia sedang berjuang pula untuk orang lain..."

"--orang lain?" [name] menyambung langsung, "orang lain maksud kamu...?"

"Iya. Alasan kenapa dia selalu menolakku... itu mungkin karena dia sedang menjaga hatinya untuk orang tersebut," jelas Hinata. Kini maniknya telah tertimbun sudah dengan air mata.

[Name] yang mendengar itu jadi kehilangan kata-kata. Dia hanya menatapi mahkota orange Hinata dengan alis mengendur lemah, "...aku gak pernah tau kalo Osamu..."

Hinata menghapus tumpukan air matanya. Lalu untuk yang pertama kali dalam keadaan ini, gadis kecil itu akhirnya mendongak.

[Name] dibuat kaget dengan wajah Hinata yang mulai agak sembab dengan hidung memerah.

"Harapanku dibuat naik turun oleh Miya-san. Lalu kali ini, dia berhasil menundukkan telak harapanku," Hinata menatap lurus, suaranya sudah mulai kentara bergetar, "aku kecewa. Tapi aku gak bisa berlagak menjadi orang yang paling tersakiti di sini."

"Kak [name]..." Hinata kini menolehkan wajah ke arah kakak kelasnya. "Aku gak tau kalo ternyata Miya-san juga mungkin sedang menderita dengan perasaannya."

"Aku mau marah, aku mau kecewa. Tapi mungkin aku juga iba melihat bagaimana kisah cinta Miya-san berjalan."

"Maksud kamu?"

"...Miya-san dan aku ada di posisi yang sama. Mencintai orang yang sedang mencintai orang lain."

.

.

.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro