゛sixteen.〃
Seorang pemuda jalan dengan setengah terhuyung. Di sisinya masih terdapat gadis yang mau tidak mau ia ambil sebagai hukuman tadi. Walau begitu tangan si pemuda tetap melingkar di pinggang perempuannya lekat. Melewati pinggiran kota sepi berdua saja. Dua-duanya sama-sama mabuk.
"Kenapa gak naik keretaaa? Akuu capek jalaann..." Miya Atsumu meracau seraya terseok-seok. Sang gadis yang tidak telalu mabuk seperti Atsumu hanya mengeratkan rangkulan tangannya pada punggung Atsumu. Coba menahan berat tubuh cowok itu yang agak tak tersandung.
"Kamu kan mau ke rumahku. Masih terlalu mabuk kalo kamu pulang..." balas si gadis.
"Haaah? Di rumah siapaa? Ada siaapa? Kita berduua? Hehehe," makin meracau Atsumu itu. Hingga tiba-tiba kaki terseoknya berhenti berjalan. Mereka hanya berdiri di tengah gang gedung-gedung sepi. Miya Atsumu menjatuhkan kepala beratnya ke bahu gadis itu. "Aaku capekk..."
Si gadis yang merasa lelah juga, membawa tubuh Atsumu agar bersandar ke sisian gedung. Laki-laki itu merosot kemudian. Sementara sang gadis menaruhkan kedua telapak tangannya ke pipi Atsumu.
Merasakan kelembutan, kepala Atsumu terangkat kecil. Dia menggumam sebuah nama.
Nama yang menjadi sumber segala kekacauan dirinya ini.
Menganggap bahwa gadis yang ada di hadapannya itu adalah si pemilik nama, Atsumu raup kembali bibirnya. Berusaha menyalurkan seluruh rasa yang telah ditahannya lewat ciuman tersebut.
Tak peduli kedua remaja itu pada keadaan.
Tak peduli kedua remaja itu pada pasang mata yang sedang menatapinya.
Yang mereka berdua lakukan hanyalah melepaskan hasrat masing-masing.
Bahkan tak peduli kalau pemilik pasang mata itu akhirnya terlihat berjalan mendekat.
Remaja berbeda gender masih saling melumat.
Grep!
"Brengsek!"
Buagh!
Atsumu mengerjapkan mata. Setelah gairah yang membara-bara tadi, ia kini dapat rasakan rasa nyeri yang nyata di sekitar pipinya. Meraba, Atsumu bangkit dari posisinya yang terjerembab itu. Matanya menyipit. Berusaha mengambil gambaran objek yang sedang berdiri di hadapannya.
Lalu jadi merengut begitu ia lihat cowok yang tidak terlalu ia kenali.
"Ternyata lebih sebajingan ini kamu di belakang semuanya, ya."
Pemuda yang berucap itu melangkah mendekati Atsumu. Namun sempat tertahan oleh gadis di sana.
"Maaf. Kamu pergi aja. Cowok kamu ini, harus dibuat sadar diri dulu." Kata cowok itu dingin. Menyuruh pergi cewek yang dibawa Atsumu.
Mungkin karena merasa takut juga, cewek tersebut akhirnya memutuskan untuk pergi.
Atsumu kini terduduk, "siapa?"
"Gak usah sok nanya siapa, bangsat!"
Buagh!
Pemuda itu berhasil melayangkan bogeman lagi pada Atsumu. Menimbulkan bahan lebam lain di pipi Miya pirang itu.
Kinoshita Hisashi.
Cowok yang saat ini sedang terlihat sangat geram itu menarik kerah seragam Atsumu dan mengangkatnya.
"Aku sejujurnya gak peduli kamu mau main cewek berapa ratus pun, tapi karena ini berhubungan dengan [full name], aku jadi tidak bisa tinggal diam! "
Kinoshita mendorong Atsumu ke tembok. Sementara Miya pirang itu sendiri jadi mengerjap kala mendengar suatu nama.
"[Full name]?"
Kesadarannya sekejap terangkat.
Namun sebuah tangan telah mencoba menghantamnya kembali. Miya Atsumu refleks merunduk.
"Kenapa bawa-bawa [name], haaah?" tanyanya pada Kinoshita.
Mendengus keras, Kinoshita menghardik, "kamu pakai tanya kenapa? Apa kamu tidak tau, hah?!"
Orang jahat lahir dari orang baik yang tersakiti. Kinoshita Hisashi masih tak terima begitu saja mengetahui fakta bahwa [name] masih mencintai cowok seperti ini. Telah baik ia berusaha menerima penolakannya, namun melihat cowok yang berhasil mengalah-telakkannya adalah cowok brengsek macam ini, Kinoshita jadi tak bisa menahan emosinya. Pemuda itu tendang Atsumu yang masih terhuyung-huyung dalam mengelak dan akhirnya membentur tembok.
Tak memberi jeda sedikit pun, Kinoshita langsung melayangkan kembali tinju. Kini membuat Atsumu kembali menghempas tanah. Ditindihinya tubuh si Miya pirang tersebut.
"Dia itu sangat mencintaimu!"
Bugh!
"Sangat. Sangat. Mencintaimu!"
Bugh!
"Tapi apa balasanmu, hah?! Penolakan saja bahkan terasa sakit, tapi kamu malah melakukan ini pada [name]."
Kinoshita meraih kerah Atsumu lagi. Di tatapnya tajam wajah penuh lebam itu. "Dasar brengsek!" Masih sambil mencengkram kerah Atsumu, Kinoshita Hisashi mengangkat tangan kanannya. Dia akan meninju lagi pipi Atsumu, kalau saja tidak ada seseorang yang menahannya.
"Cukup Kinoshita."
Kinoshita tatap manik berbentuk serupa.
Miya Osamu.
Menghempaskan lengannya yang tertahan Osamu, Kinoshita mendengus, "hah. Apa ini. Rasanya aku jadi muak liat wajah kembar kalian." Pemuda itu bangkit dari tubuh Atsumu yang terkapar. Dia hadapi Osamu sekarang. "Apa kamu samanya juga dengan si bajingan ini?"
Miya Osamu tak berekspresi.
"Ya, aku juga liat. Kalian berdua ini belakangan memang jadi jauh lebih dekat dengan [name]," Kata Kinoshita. Lalu berubah tajam, "untuk apa? Untuk bersama-sama menyakitinya, hah?"
Osamu menarik nafas, dugaannya hampir benar. Ternyata keributan ini memang tentang [name] dan Atsumu.
Tak suka dengan kalimat tajam yang cukup menohok dirinya tadi itu, Osamu melempar balasan yang tak kalah tajam. Berdasarkan apa yang ia lihat sendiri waktu acara Pelatihan Kepemimpinan beberapa bulan yang lalu.
Iya. Osamu adalah saksi mata yang bersembunyi di balik pohon saat Kinoshita tertolak [name].
"Kamu juga untuk apa melakukan hal ini? Dendam karena perasaanmu tertolak?"
Menohok.
Kinoshita Hisashi mendecih. "Bukan dendam, Osamu... Mungkin kamu bisa menyebutnya aku sedang menyadarkan diri si bajingan ini?"
"Menyadarkan diri?" Osamu menekuk alisnya.
Miya kelam itu memang tak suka disamakan dengan kembarannya. Dia juga terlampau sebal dengan sikap Atsumu selama ini, tapi mau bagaimana? Orang yang disebut bajingan ini adalah kembarannya. Bersama-sama telah hidup dalam satu rahim selama sembilan bulan.
"Jangan kamu pikir bisa jadi pahlawan dengan melakukan ini untuk [name]," kalimat Osamu masih tajam.
Kinoshita mendengus, "apa aku salah? Kamu ini sekarang sedang sok-sokan membela [name]?" tertawa sejenak, pemuda itu kepalkan tangan kanannya, "bela aja kembaran sampahmu ini! Kalian berdua pasti sama aja!"
Dengan begitu kini Kinoshita melayangkan tinjunya pada tubuh yang masih berdiri tegap itu. Pikirnya, baik Osamu maupun Atsumu semuanya adalah sama.
Tapi tak seperti Atsumu, Osamu jelas bisa mengelaknya dengan benar. Bahkan Miya kelam itu bisa mengembalikan tinjuan.
Bugh!
"Itu yang harusnya disebut sebagai tinju menyadarkan diri. Kinoshita, kamu dan [name] sama. Posisi kalian sama. Mencintai dan tersakiti. Tapi langkah yang kamu ambil ini salah. Ini dendam."
Geram diceramahi, Kinoshita langsung memberikan pukulan lain. Kedua remaja itu saling baku hantam di depan tubuh Atsumu yang tengah tak sadarkan diri akibat alkohol dan lebam-lebam.
"Kamu tau sudah seberapa keras aku coba beri tau [name] tentang bagaimana brengseknya Atsumu?" Osamu mengelap mulutnya yang mulai mengeluarkan darah. Tak beda halnya dengan Kinoshita yang juga sudah mendapatkan beberapa lebam di wajahnya. "Tapi jawaban bodohnya selalu saja membuatku bungkam. Dia mencintai Atsumu, dia tetap mencintai Atsumu. Kamu pikir apa yang bisa aku lakukan?"
"Kamu tau sudah seberapa muak juga aku setiap melihat [name] yang menolak perasaan orang lain dengan alasan Atsumu?" Osamu menatap tajam Kinoshita.
"Kinoshita asal kamu tau, aku juga ada di posisi yang sama denganmu..."
.
.
.
↓continue↓
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro