Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

゛nineteen.〃

mulmed di atas boleh kalian putar untuk menambah tekanan suasana.


Tok! Tok!

[Full name] menunggu dengan sabar pintu di hadapannya ini terbuka. Agak khawatir juga sih ia. Takut-takut kalau seseorang di dalamnya tidak ada atau bahkan terjadi hal yang tidak diinginkan mengingat kemarin telah terjadi suatu hal buruk juga.

Si gadis mengetuk pintu sekali lagi lantaran kecemasannya semakin memuncak karena belum ada jawaban sampai saat ini. Bingung, ia pun mengeluarkan ponsel. Berniat ingin menghubungi suatu nomer, namun sebuah suara di balik pintu menghentikannya.

"Oh, [name]?" Sapa pemuda itu agak kaget sambil membukakan pintu.

"Kamu gak apa-apa, Atsumu?" Mengabaikan sapaan, gadis itu bertanya langsung. Menilik, ia masih temukan luka kelebaman di wajah sang pemuda.

Atsumu Miya menjawab, "gak apa. Aku baik-baik aja."

"Pengaruh alkoholnya udah berkurang?" Tanya [name] lagi.

Harusnya pertanyaan ini membuat Atsumu itu kaget. Tapi karena sebelumnya ia sudah diceramahi lebih dulu oleh kembarannya tentang [full name] yang sudah mengetahui keadaan buruk Atsumu, jadi pemuda itu tidak lagi terlalu kaget.

Namun rasa kecewa ada di sana. Kecewa pada dirinya sendiri yang telah membiarkan sisi buruknya diketahui oleh gadis ini.

"Sudah," jawab Atsumu itu kemudian, "aku udah istirahat sepanjang hari ini jadi udah mendingan."

Sehabis itu entah kenapa mereka jadi terlibat canggung. Atsumu juga jadi agak pasif kali ini. Mungkin karena masih merasa lelah.

"Eh, iya, ayo masuk dulu," ajak Atsumu. Baru tersadar dia tak lagi sesigap itu menerima tamu. Apalagi ini cewek.

Padahal biasanya langsung diajak ke kamar.

[Name] memasuki kediaman dua Miya itu dengan agak canggung karena berhasil menyadari sedikit keanehan Atsumu.

"Kamu pulang sekolah langsung ke sini?" Atsumu membuka percakapan lain. Baru tersadar pula sang gadis masih mengenakan seragam sekolahnya.

"Iya. Sekalian lewat rumahmu aja, jadi aku mampir dulu," jawab [name] yang telah dipersilakan duduk di sofa sana.

"Osamu?"

"Ah, iya. Tadinya aku pikir bisa pulang bareng Osamu sekalian, tapi katanya dia ada urusan. Jadi aku langsung disuruh ke sini aja," jelas [name] lagi. Maunya terdiam saja, tapi ia tiba-tiba ingat, "kamu udah makan? Aku habis beli bahan-bahan bubur--"

Ucapan [name] terhenti. Atsumu itu terkekeh.

"Aku cuman lebam, [name]. Kenapa sampai diperlakukan kayak orang sakit?" Ujar si pemuda. Tampaknya sudah mulai tak secanggung tadi.

"A-aku pikir karena pengaruh alkohol kamu juga akan mual kalo makan yang lain..." [name] menjawab agak salah tingkah karena ditertawakan. Dia sejujurnya tidak tau perlakuan apa yang harus dilakukan untuk orang yang habis terkena pengaruh alkohol.

Tapi Atsumu yang melihat reaksi [name] itu hanya tersenyum.

"Kamu mau buatin aku bubur?" Tanyanya. Menatap si gadis dengan senyum yang masih terpasang.

[Name] jadi memerah gugup mendapati hal itu, "k-kamu mau?" Dia malah bertanya balik. Tapi tak sanggup menatapnya karena Atsumu itu terus menatapinya sambil tersenyum.

"Boleh. Tolong buatin, ya."

Lembut.

Benar-benar lebih lembut dari biasanya Atsumu mengucapkan kalimat tersebut.

Padahal [name] tak melihat visual yang sebenarnya saat Atsumu mengucapakan hal itu sambil tersenyum, tapi gadis itu sudah lebih salah tingkah lagi hanya mendengar suaranya.

"Y-yaudah! A-aku pinjam dapurnya, y-ya!" [name] langsung buru-buru pergi dari sana. Sesampainya di dapur, dia membuang nafas. Menetralkan detak jantung, dan wajah memerahnya.

Sementara Atsumu di ruang tamu sana masih mengembangkan senyum.

Sesungguhnya dia sedang merindu.

Maka dari itu matanya menyayu kemudian. Lalu terhanyut.

Tidak menyadari ada seekor anjing yang melesat turun dan menghampiri pintu rumah yang masih terbuka sedikit itu. Lalu dengan fleksibel melewatinya.

"Mau temani aku seperti biasa dulu Gin?"

Sepasang tangan terulur untuk mengelus helaian-helaian lembut sang anjing. Setelah mendapat jilatan, manusia di sana yang sudah sedari tadi berjongkok diam di balik pintu akhirnya bangkit.

Anjing itu di bawanya kemudian. Tanpa berhasil mengetahui, bahwa majikannya dan dua orang di dalam rumah sana punya perasaan yang saling berkalut.

-; ebb and flow ;-

Osamu Miya mengambil sebatang kayu. Berancang-ancang, ia kemudian melemparkan batang kayu itu. Didetik berikutnya seekor anjing melesat mengejarnya. Miya kelam itu hanya menatapi. Tak mengambil waktu satu menit, anjing berbulu cokelat lembut kembali datang menerjang. Membawa batang kayu untuk diberikannya kembali pada sang majikan.

Tapi Osamu tidak mengambilnya. Ia hanya tatapi anjing di hadapannya saja, sampai shiba inu itu akhirnya menaruh kayunya di atas tanah.

Baru setelah sedetik berlalu, Osamu pun akhirnya menurunkan tubuh. Berjongkok, mengusap sang anjing tersayang.

"Gin, apa kamu mau mendengar ocehan yang agak panjang kali ini?"

Si pemuda mulai bercakap sendiri. Entah mengerti atau tidak, shiba inu itu hanya menjilat dan berputar.

"Aku senang kamu bisa akrab begitu cepat dengannya. Apa ketika awal bertemu kamu tampak tak asing dengan sosoknya karena sering mendengarkan ceritaku?"

Osamu menatap Gin penuh rasa syukur. Sedari dulu merawatnya, dia percaya sekali anjingnya ini bisa mendengar perasaannya dengan baik. Terbukti sekali dengan keakraban Gin dengan [name] yang terlampau cepat bahkan sejak pertama kali bertemu.

Miya Osamu tidak pernah berbagi. Pada Tanaka, apalagi kembaran yang dielu-elukan paling terbenci. Tempatnya berbagi adalah pantai dan Gin.

Pada pantai, Osamu selalu berkeluh dalam diam. Tapi bahkan tanpa sebuah kata terlontar pun, pinggiran laut selalu dapat membuatnya lebih baik.

Sementara Gin, adala afeksi nyata yang paling bisa mengerti dirinya.

Hanya bercerita betapa menyebalkannya Atsumu, Gin dapat cepat mengerti dan mengambil sikap. Itulah kenapa anjing shiba itu selalu tidak mau akrab dengan Atsumu yang disebali oleh majikannya.

Contoh nyata lain adalah--

Osamu sejujurnya sering bercerita tentang [full name] pada Gin.

Dengan melihat sikap Gin saat bertemu [name] pertama kali, pasti sudah tertebak bagaimana cara Osamu bercerita tentang gadis itu.

Sikap Gin pada [name] adalah perasaan tersembunyi dari Osamu untuk gadis itu.

Osamu tidak bisa terang-terangan barang sedikit lantaran ia sendiri yang sengaja menutupnya.

"Gin, perasaan lain yang bisa dia terima pastilah cuman perasaan kamu. Selain kamu, dia pasti tidak akan mau."

Ibu jari Osamu mengusap lembut bulu disekitar pipi Gin. Pemuda itu mengaburkan pandangan.

"Karena sejak dulu... aku memperhatikannya, dia tidak akan mau menerima perasaan lain selain milik Atsumu."

"Gin, kenapa menurutmu aku mengambil jalan ini?"

"Karena mereka berdua tampak saling membutuhkan satu sama lain. Dan aku yang tidak berkepentingan, memutuskan untuk menguburkan diri saja."

"Tapi, perasaan yang sudah cukup lama aku kuburkan itu terus tergerus ombak. Sampai kini kembali muncul kepermukaan."

"Aku tidak bisa menahannya lagi. Lalu, apakah aku harus egois?"

.

.

.

continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro