゛fourteen.〃
"Miya-san! Miya-san tunggu!"
Perawakan mungil mengejar dengan gesit. Yang terus dipanggil dan dikejarnya sedari tadi seolah menulikan telinga. Terus saja berjalan dengan langkah besar meninggalkan gadis kecil itu. Berbelok kemudian di persimpangan.
Hinata Shouyo terus mengejar tubuh jangkung di hadapannya tak kenal lelah. Ia bahkan terburu-buru pula menuruni tangga demi menggapai sosok itu.
"Miya-san tunggu aku! Setidaknya tolonglah berhenti sebentar!" Lantaran membagi fokus dengan sosok bergerak tersebut, keseimbangan Hinata jadi rusak. Gadis itu terselengkat kaki sendiri saat menuruni tangga. Membuat lutut kecilnya mengatuk tangga sebelum akhirnya mendarat dengan bokongnya yang juga terbentur dua tiga lantai anak tangga.
"A-aduh..."
Mendengar rintihan dalam koridor sepi, Miya Osamu pun menghentikan langkah. Membuang nafas dulu ia sebelum akhirnya berbalik. Menemukan tubuh kecil Hinata Shouyo yang terduduk menahan ringis di anak tangga.
Mau tak mau akhirnya Osamu memutar arah. Jadi mendekati sosok kecil itu. "Bisa berdiri?" Tanyanya langsung tanpa basa-basi.
Hinata mendongak. Baru menyadari Osamu kini telah ada di hadapannya. Dia mencoba menggerakan kaki, tapi ternyata lututnya masih terasa begitu ngilu akibat benturan tadi.
Si pemuda yang mengerti keadaan itu langsung berjongkok untuk memeriksa. Lutut Hinata hanya terdapat goresan di bagian luarnya, tapi mungkin akibat benturan yang cukup keras sendi-sendi di sana jadi tegang. Akibatnya Hinata tak bisa menggunakan lututnya untuk menopang tubuhnya.
Osamu membuang nafas lagi, "ayo naik." Katanya. Membalikan diri sambil berjongkok. Hinata yang melihat itu jadi tersipu sekilas sebelum perlahan menaiki punggung kakak kelasnya.
Mau bagaimana lagi. Ini juga salah Osamu. Kalau saja ia tidak sekeras itu menghindar dari adik kelasnya, hal ini tidak akan terjadi. Kalau sudah terlanjur seperti ini , Osamu tentu harus ikut bertanggung jawab. Ia sebisa mungkin tidak mau lagi bermain jahat untuk orang lain di luar urusan perasaan. Terlebih ia juga telah membohongi [full name].
Bahwa kenyataannya Osamu, memang sudah kenal lama dengan Hinata Shouyo.
Dibawanya Hinata Shouyo itu menuju ruang kesehatan dalam keadaan hening.
Tapi lain sekali dengan suasana jantung sang gadis yang sangat berisik. Bahkan Osamu pun sampai dapat merasakan degupan itu merambat ke punggungnya.
Hinata meringis, "maaf, kak." Ucapnya pelan di bahu Osamu.
Laki-laki itu kembali membuang nafas, "lain kali kamu jangan ceroboh. Kalo terjadi cedera yang serius gimana?"
Alih-alih merasa senang telah dikhawatirkan, Hinata malah menyayukan kelopak mata, "habis... Miya-san terus menjauhiku. Aku hanya ingin memberimu ini," ucap gadis itu. Menunjukkan tas jinjing yang ada di tangannya.
Osamu makin merasa tidak enak.
"Udah aku bilang, kamu gak usah ngasih aku kayak gini lagi," pemuda itu menjeda kalimat, "...aku... gak bisa balas perasaan kamu."
Masih memandang jalanan dengan sayu, Hinata tersenyum pilu, "iya. Aku tau. Tapi aku juga bilang, kalo aku gak akan nyerah."
Kini Osamu yang menyayukan kelopak. Perkataan Hinata itu persis dengan apa yang sering dikatakan [full name]. Bedanya, kalimat [full name] bukan untuknya. Tapi untuk kembarannya.
Perasaan Miya Osamu semakin kalut.
[Full name], gadis itu sangat percaya bahwa Osamu tidaklah sama dengan Atsumu. [Name] percaya bahwa Osamu tidak akan menyakiti Hinata. Tapi tampaknya Osamu tidak bisa menjaga kepercayaan gadis itu.
Kata maaf pemuda itu batinkan.
Untuk [full name] maupun Hinata Shouyo.
-; ebb and flow ;-
[Full name] bergerak gelisah. Sedari tadi mereka ada dalam kondisi canggung setelah menghentikan percakapan. Dan gadis itu sendiri juga takut untuk melanjutkan pembicaraan entah kenapa.
Dilihatnya lawan bicara yang juga terdiam itu menggaruk kepala. Didengar juga desahan keluar dari mulutnya, sebelum suara kalimat menyahut, "astaga..."
Hanya satu kata. Tapi berhasil membuat [name] makin merasa tak enak.
"Kamu terlalu baik, [name]," keluh Kinoshita Hisashi. Menatap gadis itu.
"Kenapa masih saja mencintainya kalau ia hanya memberimu harapan tak bertanggung jawab?" Tanya pemuda itu lagi. Telah tau semua tentang cara bermain Atsumu sekarang sehabis diceritakan oleh [name] sendiri tadi.
Tak menyangka saja ia. [Name] masih bisa sekuat itu setelah menyaksikan sendiri bagaimana Atsumu bermain dengan gadis lain.
"...kalau kamu tanya seperti itu," [name] menjawab takut-takut. Kinoshita mengangkat alisnya tanda minta dilanjutkan, "itu karena aku mencintainya."
Kinoshita membuang nafas. Dirinya bahkan geram sekali mengetahui sikap asli Atsumu, tapi [name] malah terlihat tenang-tenang saja seolah itu bukan apa-apa.
"L-lagipula, Kinoshita, aku bukan siapa-siapanya untuk bisa marah dan kecewa..." ucap [name] lagi.
Kinoshita langsung menyahut, "justru itu, [name]. Tidakkah kamu pikir, diberi kesempatan melihat sikap aslinya seperti ini adalah untuk peringatan? Bahwa Atsumu itu bukan yang terbaik untukmu..." Kinoshita bernafas berat. Kesal sekali rasanya ia.
Melihat hal itu, [name] pun makin mengkerut takut. Sudah diduga sekali kalau Kinoshita tahu hal ini akan membuat pemuda tersebut kecewa berat. "Tapi Kinoshita... Aku terlanjur mencintainya..."
Bahu Kinoshita merosot. Menatapi wajah [name], ia merasa benar-benar tak ada gunanya melakukan hal ini. Namun kembali, kata cinta bagaikan tanda titik dalam permasalahan hati. Tak bisa dibantah.
Pemuda itu menghela nafas. Ia paham betul, "ya, [name], aku mengerti. Cinta dapat mematikan segala rasa yang lain."
"Aku juga begitu. Tak bisa kecewa denganmu karena aku masih menyimpan rasa padamu," Kinoshita merunduk. Kalah telak ia disaingkan dengan si brengsek Atsumu.
"Tapi aku mohon, jangan terlalu buta karena cinta. Kamu sangat baik, dan orang kayak aku apalagi Atsumu itu kurang pantas buat kamu," Kinoshita memandang sayu [name] di hadapannya. Sepertinya sudah cukup sampai sini.
Pemuda itu pikir, perasaan [name] pada Atsumu tidaklah sedalam ini. Ternyata gadis itu bahkan sampai merelakan diri membentur karang. Kinoshita Hisashi pasti tak punya kesempatan lagi.
Sekarang tidak hanya Miya Atsumu dan Miya Osamu yang telah menyakiti perasaan seseorang.
[Full name] juga bermain jahat. Menyakiti perasaan seseorang yang mungkin jauh lebih tulus demi orang yang justru menyakitinya.
.
.
.
↓continue↓
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro