Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

゛fifteen.〃

[Full name] berjalan sambil merundukan kepala. Pikirannya terus menjadi kalut semenjak perbincangannya dengan Kinoshita Hisashi beberapa waktu lalu. Tapi walaupun begitu gadis ini tetap berusaha tenang saat berada di depan Miya Osamu. Tidak. Dia tidak mau dianggap sedang meragu lagi oleh laki-laki itu.

Perasaannya masih kuat. Dia masih mencintai Atsumu.

Hanya saja, sebuah perasaan rumit sedang meraung-raung mencoba meruntuhkan pertahanannya.

[Name] berjalan menaiki tangga. Tujuannya kali ini adalah atap gedung. Dia butuh menyegarkan pikiran. Melepaskan raungan yang hampir merobohkan dirinya. Dan pemandangan atap sekolah dengan segaris laut menjadi objek yang paling tepat.

Tapi tak seperti hari biasanya, [full name] tak sendiri di atas sini. Helaian lain dilihatnya sedang bergoyang ringan di ujung pagar.

"Hinata?"

Pemilik rambut sebahu itu menoleh. Langsung melukis senyum kecil melihat kehadiran lain, "kak [name]? Sedang apa di sini?"

[Full name] jalan mendekati adik kelasnya. "Aku sedang bosan, jadi ke sini aja. Kamu?"

Tak langsung menjawab, Hinata Shouyo itu menarik dulu nafas, "aku juga." Jawabnya pun kemudian. Kedua gadis itu serempak langsung menghadap hamparan tipis laut dari sini.

"Kakak tumben gak sama Kak Atsumu?" Tanya Hinata. Memecah keheningan.

Agak bingung menjawab, [name] itu menggaruk pipi, "aku... Lagi pengen sendiri aja." Katanya tertawa canggung. Bagaimana ia bisa jujur? Kalau justru Atsumu itulah yang membuatnya sedang ingin sendiri seperti ini.

"Capek, yah, sama gombalannya kak Atsumu itu?" Tebak Hinata, "dia juga kadang suka godain temen sekelas aku sih..."

[Name] benar-benar jadi bingung menjawab.

"Heran juga, kenapa deh kak Atsumu dan Miya-san sangat bertolak belakang sekali. Yang satu genit, yang satu susah didekati..." Gadis berhelai orange cerah itu masih menggumam sendiri.

[Name] jadi mengerutkan dahi, "aku penasaran kenapa kamu manggil Osamu pakai nama marga, sementara Atsumu pakai nama santai?"

Ditanyai tiba-tiba seperti itu, Hinata jadi agak gelagapan. Memang buruk sekali gadis kecil ini mengendalikan ekspresinya. Pasti selalu tertebak.

"Karena Osamu itu beda, ya?" Duga [name] sambil tersenyum menggoda. Hinata tambah tersipu.

"B-bukan gitu, Kak!"

[Name] terkekeh. Dari awal, gadis kecil ini memang selalu tampak lucu.

"A-anu itu gimana, yah... Kak Atsumu kan sering dikenal dengan nama itu, jadi... Aku juga ikut-ikutan memanggilnya seperti itu..." ucap Hinata memberi alasan.

Yah. Memang sih. Coba tanya random anak kelas satu maupun kelas tiga. Nama Atsumu yang mereka kenal pasti tertuju pada Miya pirang yang ini.

[Name] terkekeh lagi, ia kembali menggoda, "harusnya kamu juga panggil Osamu pakai nama kecil. Biar keliatan dekat."

Hinata tersenyum. Pipi chubby gadis itu masih bersemu tapi pandangannya ia tundukan, "aku takut Miya-san malah tidak nyaman..." ucapnya pelan.

Kini [name] yang tersenyum, "Osamu emang agak susah dideketin dari kembarannya. Tapi dia baik, kok." Ucapnya, menepuk bahu si adik kelas pelan.

Hinata mendongak.

Gadis kecil itu pikir, mungkin ia bisa menceritakan perihal perasaan sepihaknya ini pada [full name]. Hinata juga pikir, ia setidaknya bisa bersandar pada [full name] saat ia kadang merasa lelah mengejar Osamu.

Tapi sayangnya Hinata tak sampai berpikir pada suatu hal.

"Kak..."

[Name] mengerjap. Menaikan alis, "kenapa?"

Hinata Shouyo mengepalkan satu tangannya. Mulut gadis itu terangkat, ingin berucap namun suara bel lebih dulu menginterupsinya.

"Oh, udah masuk..." [name] menoleh ke arah pintu atap, "Hinata, nanti kita ngobrol lagi, ya. Sekarang ayo masuk kelas."

-; ebb and flow ;-

Terlewat bagaimana suasana malam yang sangat khas di bagian desa pesisir laut. Mari coba tengok gemerlap malam di pusat kota hari ini. Kalau di pesisir sedang pasang air, maka di kota ikut terjadi pasang juga. Pasang manusia. Berhiruk-pikuk di jalan pinggiran toko.

Karna musim dingin sebentar lagi akan menjemput, maka tak kalah ramai pula cafe-cafe pada malam ini. Beradu gelas bir, menyantap junk-food, atau menggandeng tautan hati.

Mari tilik salah satu tempat karaoke di tengah kota. Sebuah room ramai dengan canda tawa. Yang bernada berat, dan nada lembut. Semuanya berbaur. Begitu juga tubuh mereka.

"Heh, Atsumu, gak pasang taruhan lagi?" bau alkohol menguar dari nafas pemuda satu ini. Sebut saja Yahaba Shigeru. Sedang memegang beberapa lembar kartu di tangannya.

Sementara yang namanya disebut dalam kalimat, kini sedang bersandar diri. Terlihat nyaman dalam bahu seorang perempuan. "Hmm? Gak, nanti lagi. Aku mulai mual."

"Hahahah sinting! Makanya jangan sok jagoan..." Yahaba tertawa agak sempoyongan seraya menghempaskan dua buah kartu di tangannya.

Laki-laki lain di sana menyahut. Berpotongan rambut mohawk, khas anak kota, "udah berapa gelas dia coba sok jagoan nyelamatin cewek? Hah! Hahahaha."

Yang dicemooh tersenyum saja. Pengaruh alkohol mulai menyerebaki dirinya. Makin nyaman bersandar di bahu sang gadis apalagi sambil diusapi kepalanya.

"Maaf, kamu jadi minum alkoholnya terus..." kata cewek itu lembut. Atsumu meraih tangan sang gadis, di bawanya untuk ditempelkan ke pipi sekalian.

"Gak apa-apa~ gak baik kalo kamu kebanyakan minum..." ucap Atsumu. Memejamkan mata dan bernafas berat.

Dalam ruangan kecil ini, tak satu pun yang terlihat masih cukup bersih dari pengaruh alkohol. Gadis yang disandari Atsumu, gadis yang digelayuti oleh Yahaba, maupun yang lain.

"Heh, hukumanmu nambah lagi, nih!" Yahaba menoleh, menertawakan Atsumu yang sedang terpejam di sana.

"Apa..." Atsumu itu tetap merespon walau matanya masih tampak terpejam. Kepalanya yang berada di bahu perlahan turun seiring terasa makin berat. Jadi mendarat tepat di atas paha sang gadis.

"Make out sama Taketora sana, buahahaha!" Yahaba tertawa kesetanan.

"Bajingan! Kenapa bawa aku hah?!"

"Kamu masih ada hutang sama aku~"

"Brengsek."

Atsumu menarik kerah seragamnya. Seiring waktu juga tubuhnya makin terasa panas, "gak mau ah."

Yahaba mendecak. Keinginannya untuk melihat Taketora dan Atsumu saling berciuman gagal, "ck, yasudah terserah kamu aja."

Atsumu bergumam sesuatu tak jelas. Sebelum ia akhirnya bisa mengucapkan kalimatnya, "gantinya... Aku mau ambil dia aja buat tiga hari," laki-laki itu membuka kelopak beratnya. Ia naikan tangan. Menarik leher gadis yang sedang di sandarinya, untuk disambar kemudian bibir kecil tersebut.

"Cuih! Katanya gak mau ambil cewek lagi. Tebar pesona sok baik aja dia sama ceweknya yang waktu itu!" Yahaba mencibir. Meraih gelas alkohol lain.

"Siapa?" Taketora merespon. Menyipit mata pemuda itu menatapi kartu di tangannya.

"Aku lupa... Siapa..." Yahaba meracau, "[full name]... Ya... [Name] hehehe."

"Ngh-aw!"

Taketora menoleh. Dia dapati Miya Atsumu yang sepertinya telah selesai berciuman panas tadi. Lalu terkekeh, "udah bawa sana. Bringas banget sampe berdarah gitu bibirnya, buhahaha!"

"Gila." Yahaba ikut mencemooh.

Gak tau aja. Kesalahan berciuman yang dilakukan Miya Atsumu tadi adalah akibat Yahaba Shigeru yang menyebut nama [full name].

.

.

.

continue

beb... maaf, aku bisa jelaskan kenapa ini hampir nyerempet ke konten dewasa. –atsumu khilaf 2k19.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro