Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

゛eleven.〃

Miya Atsumu. Dirinya yang tampak dikenali banyak orang seantero sekolah ini ternyata adalah bentuk mencari perhatian. Pikirnya mungkin dari perhatian itu, sebuah kasih sayang bisa didapatinya. Well, tidak akan ada penolakan, kan, untuk orang eksis bahkan kalau meminta waktu satu malam bersama pun. Terlebih, Atsumu memang tampan.

Telah cukup dikenali oleh anak sekolah terutama perempuan, Atsumu masih sempat mencari perhatian di luar sekolah. Benar. Dia sering mengikuti acara perjodohan bersama sohib sejenisnya waktu lalu yang dikenali namanya adalah Yahaba Shigeru. Sebut saja si Miya Atsumu ini terjangkit pergaulan bebas.

Tidak, tidak.

Sejujurnya ia tidak bisa dikatakan seliar itu.

Karena sesering apapun Atsumu berciuman dengan cewek tersebut, pemuda itu tidak pernah bisa menerima perasaannya.

Katakanlah Miya Atsumu adalah definisi cowok brengsek di balik keramahannya.

Begitu pun kembarannya, Miya Osamu. Sebut saja ia begitu. Karena pemuda ini juga ikut memainkan peran baik dan jahat secara bersamaan.

Sejujurnya banyak yang tak sampai pada pikiran [full name]. Hanya saja untuk saat ini, hatinya tetap mengatakan untuk bertahan.

Hei, perasaan cinta tak semudah itu dihilangkan, bukan? Sebut saja [name] setia. Sebut saja ia kelewat naif.

Atau sebut saja [name] itu masokis.

Terserah. Intinya gadis itu sangat keras kepala pada perasaannya ini. Hanya saja sayangnya, perasaan yang begitu berharga ini--kenapa harus si brengsek Atsumu yang mendapatinya?

"Kamu ngerti, kan, kenapa aku bilang dia itu gak baik?"

Miya Osamu menegaskan kembali, bahwa ia mengatakan hal tersebut tempo lalu bukanlah tanpa alasan.

[Full name] yang telah mendengarkan beberapa hal lain tentang Atsumu hari ini terdiam. Mencerna untuk memahami semuanya. Hatinya mencelos. Namun Atsumu itu masih di dalam sana, di hatinya. Walau ibarat kini si pemuda itu sedang menusukan diri.

Berkali-kali pun Osamu mengatakan bahwa Atsumu itu buruk, [name] tetap bersikeras pada akhirnya.

Ini membuktikan bahwa pilihan Osamu tidak salah. Karena tanpa [name] ketahui, jauh sebelum si Atsumu mengenali gadis itu, bahkan sebelum [name] menyimpan rasa pada kembarannya itu, Osamu sudah memperhatikan gadis tersebut.

"Ngomong-ngomong Osamu..."

Osamu menaikan alis.

"Kamu udah punya pacar ya?"

"Hah?"

Dahinya berkerut, alisnya terangkat. Osamu tak menyangka sekali dapat pertanyaan random seperti ini.

"Kamu tau dari mana?" tanya pemuda itu. Kemudian merasa ada yang aneh dengan pertanyaannya juga.

"Jadi benar udah punya pacar?" tanya [name] sekali lagi.

"Hah, gak--kamu tau dari mana sih, gosip kayak gitu?" benar. Inilah rangkaian kalimat yang benar.

[Name] terdiam. Kini menatapi saja Osamu yang juga menatapnya.

"Jangan asal percaya sama gosip orang," ucap pemuda itu lalu membuang wajah.

Gadis di sana mengeluarkan senyum simpul, "kamu sama Atsumu sama-sama terkenal ya ternyata."

"Jangan samain aku kayak Tsumu."

[Name] terkekeh saja. Jadi menggeserkan salah satu kotak bekal yang ada di sana, "makan ini. Ucapan terimakasih, dan mohon bantuan buat kedepannya."

Osamu terdengar mencibir samar, "dibayar pake bekal? Cih."

Membuka kotak bekal miliknya sendiri, [name] duduk menghadap garis laut kini. "Kamu sama Atsumu gak sama, kan?"

"Gak, lah," jawab Osamu cepat. Masih statis saja dirinya di tempat. Tak mau mengambil kotak bekal. [Name] yang menyadari itu lantas menawarkan lagi.

"Ambil aja Samu, gak usah sungkan," katanya. Langsung dapat decihan kecil dari Osamu.

"Kenapa kamu gak kasih aja ke Tsumu?" tanya pemuda itu.

"Hm?" [name] menelan kunyahannya. Iya, dia sudah makan lebih dulu, "kan aku kasih ke kamu sebagai rasa terimakasih..."

"Kamu bisa kasih ke Tsumu sebagai ucapan terimakasih juga," balas Osamu, "terimakasih telah menjadi orang brengsek, gitu. Terus lempar bekalnya ke muka mesumnya."

[Name] langsung tertawa, "mana bisa begitu," katanya dengan sisa geli.

Osamu menatapnya.

"Oh iya, serius nih, kamu bisa aku percaya, kan?"

"Kenapa?"

"Kamu itu baik?"

Osamu diam.

"Kenapa?" tanya pemuda itu balik bukan menjawab.

"Sakit hati itu gak enak, dan aku gak mau liat sakit hati yang lain," ucap [name], menerawang pada pandangannya.

Osamu memutar otak, apa yang sedang dipikirkan gadis ini sekiranya.

Menoleh, [name] tatap Osamu.

"Jangan sakiti dia, ya," ucap gadis tersebut. Dapat kerutan dahi lagi dari Osamu.

"Siapa?"

"Hinata Shouyo. Dia mirip aku, tapi yang jadi pilihannya untunglah kamu."

-; ebb and flow ;-

Helai kelam dan bulu cokelat lembut saling beradu. Miya Osamu jatuhkan satu tangannya ke atas gumpalan bulu tersebut. Menelisiknya pelan dan penuh kelembutan. Ditatapnya mata Gin yang terpejam nyaman menikmati.

Binar dalam manik almond kala kembali terbuka itu tak dipedulikan si majikan. Osamu sedang aktif di dalam pikirannya sendiri.

Saling beradu, saling bentrok.

Dalam hati ia malu. Mentitah [full name] agar jangan ragu, namun dirinya lah yang kini seperti meragu. Osamu sekarang tak tau, mana yang bisa dikatakan jalan baik, dan mana yang dikatakan jalan buruk.

Dari manik sang shiba inu, atensi Osamu bergulir pada sebuah toples di atas meja.

Kosong. Tak seperti pikirannya yang kini sedang penuh.

Mengabaikan benda tersebut, maniknya bergulir lagi pada sebuah foto.

Namun tepat saat itu pula, Atsumu masuk ke dalam kamarnya; menyembul dari balik pintu, "Sam, mau nitip apa?"

Osamu malah balik bertanya, "kamu mau ke luar?"

Atsumu mengangguk.

"Ke mana?"

"Pusat kota," jawab pemuda helai pirang tersebut.

Osamu menatap cerminan dirinya itu lama. Diam-diam merutuk kembarannya penuh arti. Osamu menggumam, "beli kentang sama saus kare aja. Sama pudding juga sekalian."

"Duit?"

Yang berhelai kelam itu membuang nafas. Segera ia beranjak menjauhi tubuh Gin yang masih berbaring di sana. Mengambil uang dalam simpanannya. Uang hasil kerja kerasnya.

"Gak ada kelebihannya?" celetuk Atsumu sesaat meraih uang itu.

"Gak."

"Kamu pikir naik kereta ke kota itu bayarnya pake keringet doang?"

"Semua duit itu bentuk lain dari keringet, Tsumu."

Atsumu mendecih. Ingin segera pergi dari sana, namun ia tiba-tiba teringat sesuatu, "eh, besok aku pinjam Gin, ya."

Gin mengonggong.

Osamu melirik kecil, "aku gak perlu jawab. Gin sendiri udah gak mau, tuh."

Atsumu melabuhkan atensi ke hewan berbulu tersebut, menatapnya tajam, "gak, besok kamu ikut aku." Ucapnya pada sang anjing tajam. Gin dengan beraninya menggonggong lebih keras.

Atsumu balas menatap lebih tajam. Gin kini menggeram.

Kedua makhluk beda jenis itu beradu dalam caranya masing-masing.

Hingga Osamu yang memecah mereka, "emang mau ngapain, sih?" Tanyanya.

Tersenyum miring, Atsumu menjawab, "ngajak [name] jalan."

.

.

.

↓continue↓

aku pengen resmi ngenalin karakter favoritku sendiri nih. pinter, lebih pinter dari aku yang gak bisa bedain mana orang cakep asli, mana orang cakep tapi brengsek; Gin.

"Guk guk gukguk!"
-Gin yang bentak makhluk se-spesiesnya tadi-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro