Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

゛eighteen.〃

mulmed di atas boleh kalian putar untuk menambah tekanan suasana.

Bulan semakin bersinar putih di langit yang kian menggelap. Damai saja ia menemani malam. Menerangi beluk pohon, rumah, bahkan bisa membias indah di hamparan beningnya laut yang ikut mengkelam. Tak hanya itu, dewi malam senantiasa juga mau menemani pemuda yang terduduk merunduk sendirian di pinggiran pantai.

Bulan itu memerhatikan dalam diam.

Deburan ombak malam meraung bak suara isi hati.

Angin malam menggoyangkan poni berwarna kelam. Membuat wajah yang tertutupi itu dapat dilihat samar-samar akhirnya. Wajah babak belur dengan kelopak yang terlihat menyayu.

Miya Osamu menggumam pelan begitu dirasakannya kehadiran lain selain dewi malam di atas sana, "kenapa kamu ke sini?" Tanyanya. Tampak tau siapa yang menghampirinya walau matanya tidak bergerak sama sekali.

[Full name]. Gadis yang dengan tergesa-gesa berlari ke luar rumah kediaman Tanaka untuk mendapatkan sosok pemuda ini sedang terengah. Sandalnya penuh dengan pasir putih saat dirinya mulai menyisiri pinggiran pantai ini.

[Name] menghentikan engahannya. Menatap tubuh tunggal Osamu di atas batang kayu besar di sana.

"Aku yang harusnya tanya itu ke kamu. Kenapa kamu malah ke sini?" Ucap gadis itu. Mulai berjalan kembali mendekati sang sosok.

Osamu mengambangkan pertanyaan tersebut. Maniknya menatapi hamparan pasir di bawahnya.

Sementara rembulan menatapi mereka berdua.

"...kamu terluka juga?" tanya [name]. Telah mendapati dengan jelas kondisi Osamu sekarang. Dirinya kemudian makin mengikis jarak. Kini mendudukan diri di samping pemuda yang masih tertunduk itu.

"Mana Atsumu?"

[Name] mengerutkan kening. "Kenapa kamu malah tanya Atsumu?"

Osamu masih merunduk, "aku kan telepon kamu supaya tolongin Atsumu." Ucapnya. Tak menyadari bahwa [name] sedang menatapi lamat dirinya.

"Ya, terus? Kenapa harus Atsumu doang?" Tanya [name] memojoki, "kamu kan juga terluka."

Pembicaran mereka tampak senyap termakan suasana malam. Osamu membalas lagi kemudian.

"Aku masih bisa jalan. Jadi kamu tolongin Atsumu aja dulu."

Balasan yang entah kenapa membuat [name] sebal.

"Atsumu butuh kamu. Dan kamu selalu butuh dia--"

"Kamu itu kenapa, sih?" [name] langsung memotong ucapan Osamu. Gadis itu sampai menekukan alis mengahadapi Osamu yang tiba-tiba seperti ini. "Apa kamu juga ikut-ikutan mabuk?"

[Name] memajukan tubuhnya. Mengendusi tubuh Osamu.

"[Name], aku serius. Atsumu butuh seseorang kayak kamu--"

"Ya terus? Kamu juga butuh diobati. Atsumu udah pulang, sekarang kamu juga ayo pulang. Aku khawatir tau," ucap [name]. Kembali memotong ucapan Osamu dan sepertinya tampak semakin sebal dengan ucapan ngawur laki-laki itu.

Merasa ajakannya lenyap terbawa angin begitu saja, [name] meraih lengan Osamu untuk ditariknya. Tapi pemuda itu tampak tak ingin beranjak sama sekali.

"Kamu ingat perjanjian kita, kan?" Osamu tiba-tiba bertanya lagi. Membuat [name] yang tadi bergerak untuk menarik jadi mendekati Osamu lagi.

"Aku cuman seseorang yang berusaha mendekatkan kalian berdua. Untuk itulah kenapa aku meneleponmu dan memintamu menyusul Atsumu,"

"Tapi kamu juga terluka, Osamu." [Name] mengulangi ucapannya. Entah kenapa rasanya Osamu jadi seolah tidak bisa mengerti pernyataan ini.

"Kamu gak berpaling ke aku, kan akhirnya?"

[Name] sontak mendengus. Lagi di kondisi seperti ini kenapa Osamu malah mengeluarkan kalimat yang tampak lucu?

"Aku hanya khawatir, oke? Tenang aja. Toples aku bahkan masih kosong, kok." Jawab gadis itu.

Kini Osamu yang terdengar mendengus. Bibirnya mengembangkan senyuman tipis penuh arti. Pemuda itu bertanya lagi kemudian.

"Bagaimana perasaan kamu melihat Atsumu seperti itu?"

[Name] tampak bingung. Ia lepas lagi lengan Osamu dan kembali duduk di sisinya, "Atsumu yang babak belur maksudmu? Aku cemas dan panik. Kenapa dia dan kamu sampai seperti itu?"

Namun Osamu menggeleng, "maksudku, Atsumu yang bau alkohol. Itu sisi buruknya yang belum kamu ketahui lagi. Apa kamu masih bisa mencintainya?"

Pertanyaan Osamu kali ini cukup membuat [name] terdiam cukup lama. Lalu sadar bahwa ini akan memancing Osamu berpikir kalau dirinya ragu, [name] buru-buru menjawab kemudian. "Ya, masih. Tidak sedikit juga cowok sekolahan lain yang sudah meminum alkohol."

Osamu terdiam sejenak, lalu membeberkan fakta lain, "tadi Atsumu sepertinya habis dari karaoke. Aku mendapatinya yang sedang mabuk di pukuli oleh seseorang..."

Tidak. Osamu tidak akan membeberkan kejadian yang sebenarnya. Bahwa Kinoshita juga ternyata ikut andil dalam permasalahan ini.

"...aku pikir mungkin di tengah mabuk, Atsumu itu mencari gara-gara," kata Osamu. [Name] kaget. Tak menyangka tebakan Ryuunosuke tadi hampir sepenuhnya benar.

"Tadinya aku cuman akan menghubungi Tanaka untuk membawa Atsumu, tapi kamu tepat sekali menelepon," sekian lama Osamu itu merunduk. Kini ia sudah mulai mengangkat kepalanya. Menatapi rembulan yang tercermin dari tengah laut sana. "Makanya aku pikir mungkin batin kalian sudah terhubung. Kamu mencarinya di saat ia benar-benar butuh."

Osamu dan [name] jadi serempak menatap ke depan sana. Di mana dewi malam diam-diam menatapi mereka berdua dan tau masing-masing beban hati maupun rahasia mereka.

"Jadi kapan kamu mau menyatakan perasaanmu?"

Ditanyai seperti itu tiba-tiba, [name] agak terkaget. Lalu jadi balik bertanya setelah menjedanya sejenak, "...menurut kamu kapan?"

"Kenapa tanya aku?" Untuk yang pertama kalinya dalam keadaan ini, Miya Osamu akhirnya menoleh, menatap wajah [name].

Gadis itu yang kini jadi merunduk, "maksudku, kamu kan katanya mau bantuin aku... Jadi bagaimana saranmu tentang ini? Atsumu juga suka menolak pernyataan cinta orang lain, kan?"

"Kamu ragu?"

[Name] terdiam. Lama.

Lalu menjawab pelan, "dari pada ragu... Mungkin aku hanya takut?"

Benar. Mungkin pernyataan itu yang tepat untuknya saat ini.

Osamu menaikan alis.

"Maksudku... Setelah aku ditolak, lalu apa? Apa aku masih bisa kuat untuk mencintainya?" [Name] jadi gundah sendiri. Perkataannya ini menuju sekali pada seseorang yang sudah ia tolak waktu terakhir kali; Kinoshita Hisashi.

Rasanya mungkin, gadis itu hanya takut ia tak dapat sekuat Kinoshita.

Osamu menatap wajah [name] yang tertunduk itu. Lalu meluruskan lagi kepala ke arah lautan.

"Kalau ditolak, kamu harus berpaling. Cukup sampai situ kamu berjuang buat dia. Dan aku juga gak sanggup buat terus ngebantu kamu."

Manik Osamu coba menatap ke dalam lautan gelap di sana. Seiring pula dengan pikirannya yang ikut menyelam ke palung hatinya.

Di mana rasa cemburu yang ia punya selama ini coba dikuburkan.

Osamu tidak bisa lagi mengingkarinya. Bahwa ia tidak bisa bertindak memalsukan diri dan perasaan ini terus.

Iya. Osamu Miya di samping [full name] adalah bentuk kepalsuan.

Begitu juga Miya Atsumu yang terbaring di sana.

.

.

.

continue

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro