Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

゛eight.〃

Rembulan terlihat damai di atas sana. Bersinar lembut menerangi belukan pepohonan, dan membias indah kala bertemu hamparan laut gelap di sana.

[Full name] duduk tenang mengimbangi suasana. Di tengah angin malam yang masih berembus, dia menekuk kedua lututnya di depan tenda. Atensi menatap lurus.

Di saat yang lain berkumpul mengelilingi unggun yang menghangatkan badan, [name] malah menyendiri di tendanya. Alibinya tadi ngantuk, namun saat ingin memejamkan kelopak, ia malah tak merasa ngantuk sama sekali. Serangkaian kegiatan dan acara inti sudah dilewati tadi, mungkin ini memang saatnya [name] untuk menyendiri dan beristirahat. Atau memang, mood-nya yang tidak dapat di interpretasikan?

"Loh kamu gak jadi tidur? Katanya ngantuk,"

Eksistensi helaian nyentrik di tengah kelam memasuki atensi. Miya Atsumu berdiri di hadapannya, telah melemparkan pertanyaan tadi.

"Gak bisa tidur?" Dia kembali berujar. Mendengus untuk melukis senyum, ia kikis jarak mereka. Mengambil duduk di samping [name] yang ikut menggeser pula memberi tempat.

Tidak menjawab, [name] malah melemparkan pertanyaan, "kamu ke sini mau tidur juga?"

"Tidur di tenda kamu?"

"H-hah? Maksudku di tenda kamu, lah,"

Atsumu tertawa ringan, "gak, mau nemenin kamu aja."

[Name] terdiam. Memang tidak pernah bisa ia kalau membalas perkataan cheesy dari Atsumu. Tampak mengerti situasi, Atsumu itu kembali berucap.

"Tadi pengen ngambil sesuatu aja, sih. Cuman liat kamu sendirian, aku putusin buat nemenin kamu aja,"

Obrolan terjeda. [Name] akhirnya tak membalas. Namun Atsumu sepertinya tak membiarkan keheningan menjadi orang ketiga di antara mereka.

"Kamu gak takut sendirian?"

"Hah? Engga, sih..."

"Masa? Tadi uji nyali sampai teriak gemetar begitu," Atsumu menaikan bibir jail.

[Name] melontarkan pembelaan, "i-itukan karna ditakutin..."

"Jadi kalo ditakutin kamu takut?"

Tak membalas, [name] merasa malu dalam hati. Terlihat takut di hadapan cowok yang disukainya? Hei, bagaimana pun, seorang perempuan pasti ingin terlihat classy di hadapan laki-laki.

"---tadi harusnya aku takutin kamu aja, ya,"

"Huh?"

"Soalnya kamu kalo takut lucu. Hug-able, hehehe."

Atsumu terkekeh geli, kala dilihat [name] menenggelamkan wajahnya di antara kedua lutut dengan telinga yang terlihat memerah.

"Ah... Aku masih lapar," puas menatapi gadis di sampingnya dengan binar geli, Atsumu membawa percakapan lain. "Masak ramen cup kayaknya enak ya, dingin-dingin gini. Kamu mau gak?"

[Name] mulai mengangkat kepalanya lagi.

"Eh, tapi kayaknya ramenku tinggal satu. Bisa berdua sih, lebih enak," Atsumu itu terus mengoceh sendiri, "eh, tapi aku ingat kayaknya tadi dirampas Osamu..." Di akhir kalimatnya ia membuang nafas. Mungkin merasa sebal sendiri dengan kembarannya.

Hingga akhirnya [name] yang bersuara, "kamu lapar? Aku masih punya makanan, tapi sisa, sih," ia mengecilkan kalimat. Tampak tak enak memberi sisaan.

Namun sang Atsumu-yang-lapar kini tidak memperdulikan hal itu, "bekal yang kamu buat sendiri itu? Gak apa-apa, aku ingin coba masakan kamu."

Walau tampak ragu, akhirnya [name] pun mengambil kotak bekal itu di dalam tasnya. Dia hanya sempat memakannya sedikit, sih. Mengingat waktu mereka sejak siang cukup padat, dan telah disiapkan pula makanan dari sekolah.

Memberikan kotak bekal tersebut, Atsumu menerimanya dengan senyuman. Dibukanya kotak itu, menampilkan barisan tenmusu yang masih rapi.

Bibir Atsumu kembali membentuk senyuman tanpa sadar. Namun berbeda dengan yang tadi.

"...maaf kalau gak enak," [name] berucap pelan. Atsumu yang dapat mendengarnya karena memang sedang berada dalam keheningan menggeleng.

Mengambil satu, Atsumu bawa ke dalam mulutnya.

[Name] melihatnya, wajah Atsumu tampak tak berekspresi. Membuatnya merasakan seperti dalam suasana acara kritikan makanan.

"Enak, kok," mulut pemuda itu akhirnya berbicara.

Sang gadis diam-diam merasa lega. Namun melihat Atsumu kembali menutup kotak bekalnya setelah mengambil hanya satu tenmusu, [name] berucap, "habiskan saja. Katanya kamu lapar."

"Gak, ah. Ini punya kamu. Lagian aku bilang, kan cuman pengen nyobain, jadi satu aja cukup," Atsumu tersenyum.

Lalu [name] dibuat mendongak. Atsumu berdiri dari duduknya.

"Aku mau malak makanan Osamu aja, kamu mau apa? Aku bawain," ucapnya.

"Eh? Gak usah..."

"Benar? Nanti aku bawain deh kalo dapet sesuatu," Atsumu mulai melangkah, "kamu mau di sini aja? Kalo gitu pake jaket, ya. Dingin."

"Cari aku kalo ada apa-apa ya," dengan begitu Miya Atsumu pergi dari hadapan.

Meninggalkan [name] dengan perasaan... Huh, perasaan apa ini?

-; ebb and flow ;-

Pagi-pagi buta sekali [full name] sudah terbangun. Memang, ini bukan di daerah pegunungan. Namun semalaman tidur di luar ruangan dengan ditemani angin pantai tetap membuat ia kedinginan. Hingga lebih merapatkan jaket akhirnya.

Berjalan meninggalkan area hutan demi menghampiri pantai di depan sana, [name] dapat rasakan sepi dengan hanya satu-satunya suara yang melatarbelakangi. Deburan ombak.

Oh. Dan suatu suara mendesis lain.

[Name] tajamkan pendengaran.

"Oh, astaga... Kupikir itu Miya-san! Untunglah bukan..."

Sampai akhirnya [name] dapati suatu eksistensi kecil namun nyentrik. Gadis berhelai jeruk sebahu. Tengah bersembunyi di balik suatu pohon.

Gadis kecil itu mengembuskan nafas, lalu berbalik.

Hingga kedua gadis di sana sama-sama terkaget.

Gadis helai jeruk itu menjerit tertahan, "astaga! Aku kaget. Kupikir siapa."

Sementara [name] hanya mengelus dada. Entah kenapa kaget juga padahal ia bukan yang kepergok tengah mengintip seperti itu.

"Eh... Aku kenal kamu," gadis jeruk itu berbicara. Masih dengan nada pelannya, "kamu yang waktu itu pulang bareng Miya-san, kan?"

"Huh?

Maksudnya yang waktu lalu itu?

"Wah, aku cemburu banget! Kamu bisa pulang bertiga sama mereka," gadis itu mendekat. Lalu tiba-tiba memperkenalkan diri, "aku Hinata Shouyo, kak. Kamu yang sekelas sama Miya-san, kan?"

"Huh, y-ya..." [name] menjawab kikuk.

"Siapa nama kakak?"

"E-eh, [full name],"

"Aku panggil kak [name], ya?"

[Name] mengangguk saja. Masih terlihat kikuk.

"Salam kenal kak [name]--aduh aku ingin berteman denganmu tapi," Hinata Shouyo, gadis itu menggantungkan kalimatnya sejenak, "aku sekarang kebelet pipis! Nanti kita mengobrol lagi ya, kak, dah!"

[Full name] melongo. Ya astaga, dia belum nyambung sama situasi dan kini sudah ditinggal setiba-tiba itu pula.

Dalam kepergian Hinata Shouyo itu tadi, [name] sempat mendengar, 'aku kelupaan pipis gara-gara liat itu. Habis kupikir itu Miya-san.'

Penasaran apa yang tadi tengah diintipi Hinata, [full name] bergerak menuju pohon tempat gadis jeruk itu mengintip. Iseng aja. Lagian dia juga gak terbiasa mengintipi seseorang.

Mencari sesuatu dengan atensi yang terus bergulir itu, [name] dapati eksistensi. Dua orang.

Yang laki-laki [name] kenali.

Seperti kata Hinata itu, marga Miya ada sangkut-pautnya.

Tapi, 'bukan Miya-san' katanya?

Hei, [name] kenal itu. Helai nyentrik dengan poni ke arah kanan. Baru tadi malam bersama dengannya.

Miya Atsumu.

Tengah bercumbu dengan perempuan.

[Name] tambah yakin karena mode kelamnya laki berhelai pirang di sana kini tiba-tiba muncul di sampingnya.

.

.

.

continue↓

kenalkan gadis kecil bagai jeruk manis; hinata shouyo.

astaga, dia keren sekali!
-hinata-

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro