Chapter 2
"Kakak masuk kelas dulu ya. Jaga diri kalian." Ucap Gempa.
"Baik." Balas keenam saudaranya yang lain. Gempa tertawa pelan, kemudian melangkahkan kakinya memasuki kelasnya.
"Ayo, Ice! Kita ke kelas! Da semuanya!"
"Hooaaa- Ah- Ja-Jangan narik lenganku, Blaze!"
Solar dan Halilintar sweatdrop melihat kakak mereka yang kekanakan manarik tangan kakak yang malas mereka. Manakala Thorn dan Taufan pula jawdrop, melihat kakak-kakak mereka yang hilang dalam sekelip mata.
"Sudahlah. Aku mau ke kelas." Solar berjalan melewati saudaranya yang lain, menuju ke kelasnya yang bersebelahan dengan kelas kakak sulungnya.
Thorn yang melihat itu berlari mengejar saudara kembarnya, "Solar! Tunggu aku! Da.. Taufan, Lili!"
"Da juga! Kak Thorn! Kak Solar! Jumpa saat istirahat nanti!" Taufan membalas ucapan kakak 'hijau'nya itu dengan lambaian tangan dan senyuman lebar.
"Oke!" Terdengar suara Thorn dari kejauhan.
Halilintar memutar matanya, "Ah-Mau nenarikku ke mana?" Tiba-tiba tangannya ditarik oleh kakak yang lebih tua setahun darinya.
Taufan tersenyum, "Bukankah sudah jelas? Ke kelas lah! Mau ke mana lagi?" Katanya, berlari menuju anak tangga.
Si bungsu Boboiboy itu mengembungkan pipinya, "Apa-apaan Taufan!"
Lalu kedua kakak-adik itu berlari ke kelas mereka.
Si sulung Boboiboy bersaudara yang menjadi ketua osis tidak sekelas dengan saudaranya. Sebaliknya sekelas dengan Gopal yang kerjanya makan. Kembaran yang pertama Boboiboy bersaudara, iaitu Ice dan Blaze, diletakkan sekelas oleh guru kebenaran. Kembaran yang kedua, Solar dan Thorn juga sekelas, bersama teman perempuan mereka, Yaya. Taufan dan Halilintar pula sekelas karena kasus yang berbeda. Si bungsu lompat kelas karena kepintarannya, seperti Ying, jadi sang guru pun meletakkannya sekelas dengan kakaknya yang jahil kelewat dan rivalnya, Fang.
Saat istirahat...
Kelas Ice dan Blaze...
"Ayolah Ice! Bangun! Dasar!"
"Grooh.. Greeh.."
"Ice!"
"..."
"Huhuhu.. Apa dosaku terhadap-Mu Tuhan? Sehingga kau berikan kembaran kaya' gini ke aku!"
"Grooh.. Greeh.."
Blaze sedang membangunkan kakak kembarannya. Sesekali mengeluh dan meratapi nasibnya punya kembaran malas kaya' Ice. Dia coba membangunkan Ice sedari tadi, tapi seluruh usahanya nihil.
Penghuni-penghuni kelas semuanya sudah keluar. Hanya tinggal mereka berdua sahaja. Dan nampaknya penyakit Ice kambuh lagi.
"Ice! Sudah istirahat nih! Cepat bangun!"
"..."
"Ergh- ICE! BANGUUNNN!!" Kesabarannya sudah mencapai tahap maksima. Tak kuasa menahan kemarahannya, Blaze berteriak. Tepat di telinga Ice.
"Hah?! Ke-Kenapa?" Akhirnya kedua mata ber-iris cyan itu terbuka juga.
"Tidak apa. Hanya saja, sudah istirahat." Balas Blaze, menggaruk pipinya.
Pukk
"Aku ngantuk Blaze~ Pergilah ke kelas Kak Gempa." Ice merungut. Dahinya dibenturkan dengan meja.
Blaze memandang kakak kembaranya dengan pandangan 'kau-serius', "Kau tahu, aku sudah ke kelas Kak Gempa dan katanya suruh kita ke kantin dulu. Bila aku tiba di sini, kau masih saja tidur." Jelasnya panjang lebar.
"Pergilah ke kelas Solar dan Thorn." Gumam Ice. Posisinya tetap sama.
"Sudah. DAN KAU MASIH TIDUR!!" Pemuda emosional itu mengacak-acak rambutnya yang topinya sudah dilepas dan dipegangnya.
"Kelas Taufan dan Hali?" Ice meracau lagi. Separuh nyawanya sudah terbang ke langit.
"Eish, sud- Ah- Belum! Tunggu ya, aku ke kelas Fan dan Lili!" Dengan itu pemuda ber-iris jingga itu berlari ke kelas adik kesayangannya.
Beberapa minit kemudian, Blaze kembali dengan membawa Halilintar. Si bungsu itu terlihat.. tidak senang.
"Nah, Ice. Ayo-" Ucapan Blaze terpotong.
"..." Halilintar tidak berkata apa. Dia memandang Ice dengan tatapan datar.
"Grooh.. Greeh.."
Yang bersangkutan masih tertidur. Langsung tak bergeming dari posisinya.
Tanpa basa-basi, Blaze menarik paksa lengan Ice, membuat kakak kembarnya berdiri.
"Aah- Aduh! Apa yang kau buat?!" Ice tersentak. Mimpinya sudah sampai setengah, tiba-tiba lengannya ditarik. Apa-apaan tuh?!
"Kita ke kantin! Selagi tak menyeretmu, kau takkan bangun dengan sendirinya." Ketus Blaze. Nampaknya Blaze badmood.
"Ergh.. Eh? Hali? Sejak kapan kau berada di sini?" Ice memandang Blaze tajam, kemudian pandangannya tertuju pada sosok 'merah' di sebelah kembarannya.
Halilintar menatap Ice, masih dengan pandangan datar, 'Aku berdiri di sini kaya' tiang listrik sedari tadi tau!' Ingin sekali Halilintar meneriakkan kalimat itu, tapi dia menahannya, "Sejak ku lahir." Dan membalas pertanyaan Ice dengan muka datar, seperti biasa.
Blaze dan Ice sweatdrop mendengar jawaban itu, 'Hali bercanda ya?'
Menggelengkan kepala, Blaze berujar, "Ayo!" Tangan kanannya memegang tangan Ice dan sebelahnya lagi mencapai lengan adiknya. Yang dicapai pun, tentunya kaget.
"Kenapa tanganku juga ditarik?!" Seru Halilintar, membantah. Dia tidak berbuat salah, malah diseret juga?!
"..." Blaze tidak membalas. Pemuda emosional itu memang ceria dan hiperaktif, tapi kalau sekali dia marah, dia tidak segan untuk membakar semua kertas ulangan yang ada di sekolah itu :v (?)
Ice dan Halilintar berpikiran yang sama, 'Blaze/Kak Blaze marah besar.'
Sementara itu...
"Yo! Kak Gem, Kak Solar, Kak Thorn!" Taufan berlari ke arah kakak-kakaknya yang berada di salah satu meja di kantin.
"Oh. Hi, Taufan. Kok kamu seorang saja? Mana Hali?" Tanya Gempa. Melihat adik kelimanya duduk di atas kerusi, berdepan dengannya.
"Ya lho! Mana Lili? Lagi ke tandas ya?" Thorn menanya.
Solar tak ambil pusing. Dia hanya bergumam menjawab sapaan Taufan. Solar lebih memilih membaca buku yang dipegangnya sekarang ini.
"Um, katanya mau baca novel yang baru dibelinya. Dia tidak mau makan." Taufan menjawab pertanyaan kedua kakaknya.
Gempa dan Thorn menganggukkan kepala mereka, mengerti.
"Hm, mana perginya Blaze dan Ice? Tadi Blaze ke kelasku. Tapi kakak menyuruh dia dan Ice ke kantin duluan. Ternyata dia belum sampai lagi ya.." Gempa berucap.
"Hm, aku pun ga tau." Ucap Taufan dan Thorn bersamaan menggedikkan pundak mereka.
Beberapa minut kemudian...
"Ergh, pegangnya jangan kuat dong! Ugh- Sakit!"
"Blaze!"
Gempa, Thorn dan Taufan mengalihkan kepala mereka ke arah suara tersebut. Solar juga menolehkan kepalanya dari buku yang dibacanya, 'Bising sekali.' Pikirnya.
Dari kejauhan, terlihat sosok 'jingga', 'biru' dan 'merah' berjalan ke arah mereka. Keempat saudara itu langsung tahu siapa yang menuju ke arah mereka. Ice, Halilintar dan- Apa-apaan tuh? Blaze mencengkam lengan Ice dan Hali?
"Huh!" Setelah sampai di meja saudaranya, Blaze melepaskan pegangannya pada lengan Ice dan Halilintar dengan kasar. Lalu diduduknya kerusi bersebelahan dengan Solar.
Gempa, Solar, Thorn dan Taufan yang melihat itu syok berat. Jelas sekali, Blaze yang kekanakan tiba-tiba menjadi pemarah. Kalau sedang marah, Blaze akan pergi ke sesuatu tempat untuk melampiaskan kekesalannya, dan tak pernah menyakiti saudaranya walaupun dia marah dengan mereka. Tapi kali ini berbeda. Blaze mencengkam lengan Ice dan Hali sehingga terlihat kesan merah.
Gempa bangun dari kerusinya dengan pelan, "Apa yang terjadi? Apa yang kau lakukan Blaze?" Tanyanya, memandang penuh tanya ke arah Blaze yang melipat tangan di depan dada.
Ice dan Halilintar mengusap-ngusap lengan mereka. Mungkin akan meninggalkan kesan, pikir mereka.
"Tidak! Apa yang Kak Blaze perbuat pada Lili!" Taufan melompat dari kerusinya dan berlari memeluk adik satu-satunya itu. Tapi mendapat tatapan tajam dari Halilintar yang membuatnya berhenti di tempat.
Ice hanya mengusap-ngusap lengannya tanpa berkata apa-apa.
Gempa, Solar, Thorn dan Taufan memandang Blaze sambil mengernyit heran, 'Ada apa dengan Blaze/Kak Blaze?'
Blaze mengambil napas panjang, kemudian menghela, "Tiada apa."
Gempa kembali duduk di kerusinya, "Cerita ke kakak apa yang sudah jadi."
Blaze menganggukkan kepalanya. Kemudian menceritakan kejadian di kelas, sambil memakan makanan mereka.
Gempa dan tiga saudara yang kepalanya di penuhi tanda tanya berpikir, 'Pantas saja Blaze ngamuk.'
To be continue...
UWAAA!! Semua chara-nya OOC! Apa yang kubuat?! *bentur kepala ke dinding*
Sebenarnya alur cerita bukan seperti ini, tapi sudah kelajak ngetik, jadi diteruskan T.T
Makasih yang sudah vote dan comment!! Seneng banget! Kapan-kapan vote dan comment lagi ya XD
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro