Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

BONUS CHAPTER - 1

Chapter ini mengandungi unsur Islamic! Maaf ya Non-Muslim!!

Darkfoxwind : Cerita ini tidak ada bl atau yaoi. Karena mereka kubikin adik-beradik jadi cuma hints dan brotherly love. Maaf ya.. Terima kasih sudah kasi tau typo(s) soalnya aku nulis ceritanya dalam hape sih. Dan juga Solar anak ke-4. Ia bermula dengan Gempa sebagai kakak sulung. Lalu pasangan kembaran pertama, Ice duluan, baru Blaze. Kemudian pasangan kembaran kedua, Solar dan Thorn. Lalu Taufan dan terakhir Halilintar. Kalo mau tau lebih ditail sila ke Chapter 1 dan lihat author's note ^^

.

.

.

Dua hari sebelum Raya...

Brakk

"Assalamualaikuuuum~" Blaze baru pulang dari sekolah. Ia pulang lewat sedikit dari Ice karena dihukum oleh guru kebenaran. Ia tidak menyiapkan pekerjaan rumah yang diberi dan terpaksa membersihkan kelasnya.

Blaze memasuki rumah dalam keadaan kusut. Jaketnya tidak karuan dan keringat mengalir dari dahinya. Begnya pula diseret di lantai.

Ia melangkahkan kakinya menuju sofa di ruang tamu lalu menghempaskan tubuhnya di situ.

'Kemana semua orang pergi?' Pikirnya.

'Arghh! Aku haus!!' Blaze kemudian berjalan ke arah dapur. Ia terlihat peti sejuk dan terus mengambil sebotol minuman. Ia baru akan membuka penutup botol itu dan ingin meminumnya, kalau saja suara kakak sulungnya tidak menghentikannya.

"Blaze! Astaghfirullah!! Ini lagi puasa!!" Blaze melihat Gempa mengambil botol minuman itu daripada tangannya.

"Fyuhh.. Untung kau tidak sempat meminumnya." Ujar si kakak lega.

"Kak! Beri aku minuman itu! Aku haus!" Blaze mencapai semula minuman itu. Alangkah indahnya kalau minuman itu mengalir ke tenggorokannya. Rasanya seperti melayang-layang di langi-

"Tidak bisa! Kita sedang puasa sekarang! Lagian ini sudah pukul 5.30! Bersabarlah!" Gempa merebut semula minuman itu.

"Tidak! Beri aku minuman itu! Aku benar-benar haus sekarang!"

"Ya ga bisa sih ga bisa!"

"Kak!"

"Tidak!"

"Please~"

"Jangan harap!"

"Aku butuh minuman!"

"Sabar dikit napa!"

"Aku ga bisa bersabar!"

"Tidak!"

"Kak~"

"Kamu pikir teknik mata yang kamu pelajari itu berguna pada kakakmu ini? Tidak!"

"Huhuhu~ Minuman kesayanganku~"

Beberapa saat kemudian...

Ice terbangun dari tidurnya. Ia mendengar suara ribut dari dapur dan pergi untuk mengeceknya. Apa yang dilihatnya adalah kakak dan kembarannya berebut hanya karena... sebuah botol minuman?

Ice hanya meggedikkan bahu tidak peduli. Ia kemudian mengambil botol minuman yang dipegang Gempa dan membuka penutupnya.

"Ah! Jangan Ice! Eish! Ke tepi Blaze!" Gempa menolak kepala Blaze.

"Berikan aku minuman itu Kak Gem!" Blaze masih mencapai botol minuman di tangan kakaknya, walaupun botol minuman itu sudah dirampas oleh Ice.

"Ice! Jangan minum!"

"Minum saja Ice! Dan tinggalkan sedikit untukku!!"

Ice mendekatkan muncung botol itu pada bibirnya. Gempa memandang Ice dengan muka horror. Blaze pula dengan muka yang haus akan sesuatu.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Gempa berteriak pada adiknya, "Puasa Ice!"

Mendengar teriakan kakaknya membuat Ice kembali ke alam nyata. Muka Ice yang tadinya datar dan tidak bermaya berubah pucat seakan melihat hantu. Dengan gerakan cepat Ice menutup semula botol itu. Ia kemudian membiasakan mukanya ke asal, datar dan persis orang yang bangun tidur.

Kalau dilihat betul-betul, pipinya sedikit merona akibat perbuatannya tadi, 'Gimana aku bisa lupa hari ini puasa ya?' Gerutunya kesal.

Tiba-tiba botol yang dipegangnya telah tiada di tangannya, "Eh?"

"Arkk!" Gempa menjerit melihat seseorang yang merebut botol itu dari tangan Ice.

"Jangaaaaann~" Tangan Blaze mencapai botol yang dipegang seseorang itu dengan gerakan slow motion.

"Heheheh.. Kalian mainnya tidak mengajak aku dan Kak Thorn ya~"

Gempa, Ice dan Blaze mengangkat kepala mereka secara kompak, melihat dua daripada adik mereka yang menyeringai.

"Aduh, keadaan lagi bertambah ribut dengan adanya mereka." Gempa mengeluh.

"Haaahh~ Minuman kesayanganku~" Blaze pula sedari tadi mengeluh tentang minumannya.

"Keadaan semakin buruk." Gumam Ice pada dirinya.

Taufan kemudian terbang bersama hoverboard-nya dengan Thorn yang berlari di sebelahnya. Mereka meng-passing-passing botol itu sambil berlari sekeliling rumah.

"Nah Kak Thorn! Tangkap!"

"Yeah! Aku dapat!"

"Jangan main-main Fan, Thorn!" Gempa mengikuti mereka dari belakang.

Thorn yang melihat kakaknya mengejar mereka menge-pass botol semula ke Taufan, "Fan! Ambil botol ini!"

"Baiklah!"

"Taufaaann~ Berikan aku minuman itu!" Blaze mengejar Taufan yang sedang terbang. Ia sempat memegang kaki Taufan, tapi malangnya ia terjatuh karena terbentur lemari sehinggakan timbul benjolan di kepalanya.

"ADAW!!"

"Ahahahah!! Rasakan Kak Blaz- AH! Kak Thorn!" Taufan melihat Gempa yang berada di depannya kemudian menge-pass semula botol ke kakaknya, yang mengambil botol itu sambil membuat flip back.

"Woah! Kak Thorn memang hebat!" Taufan memuji Thorn, dengan mata yang bersinar dan tepukan tangan.

"Heh, ini Thorn lah! Siapa yang tidak mengenaliku yang- EH?!" Kalimat Thorn terputus karena melihat Ice yang berada di hadapannya. Tanpa berpikir panjang ia menge-pass botol itu ke Taufan, "FAN! Tangkap botol ini!!"

"Roger!!"

Ice sweatdrop melihat saudara-saudaranya berlari karena mengejar sebuah botol, "Aku bermain dalam game kejar-mengejar tidak jelas ini juga kah? Setahuku, aku hanya berdiri di sini tak bergeming. Ia yang berlari ke arahku." Gumamnya, menggaruk pipinya.

"Blaze! Thorn! Taufan! Sudah! Hentikan!" Gempa berteriak, masih mengejar adik-adiknya.

"Tidak akan! Sehinggalah aku mendapat minuman yang sejuk itu!!" Blaze berlari dengan benjolan yang manis menghiasi kepalanya.

"Ahahahaha! Kejarlah kalo bisa! Werkk!!" Taufan menjulurkan lidahnya sambil tersenyum mengejek.

"Hahahahaha! Gimme five, Fan" Thorn berkata pada Taufan, kemudian kedua saudara itu ber-high-five di depan Gempa dan Blaze. Senyum usil terpancar dari wajah mereka.

Ice melihat game di hadapannya dengan muka datar. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Walaupun usia mereka sudah belasan tahun, tapi jiwa kekanakan masih tersisa. Ia kemudiannya menggeleng pelan kepalanya.

"Baiklah. Kalian mau main ya, Serangan Bebola Api! Bertalu-talu!" Kesabaran Blaze sudah terkikis, sehinggakan ia menyerang Thorn dan Taufan dengan bebola api miliknya.

"JANGAN BLAZE!! RUMAH AKAN ROSAK NANTI!!" Gempa berteriak dengan sekuat tenaga. Tapi ia sadar, Blaze sudah menyerang adik-adiknya yang lain, "Er.. Habislah."

"WAAA!! Jangan Kak Blaze!!!"

"Ampun kak!!"

Thorn dan Taufan berlari dan terbang terbirit-birit mengelak serangan Blaze.

Sebuah bebola api melayang ke arah Thorn. Dengan cepat ia mengelak, membuatkan lantai di tempatnya berpijak tadi berlubang dan panas. Tanpa sadar ia menelan ludahnya, 'Kak Blaze tidak main-main.' Ia mendongakkan kepalanya, melihat Taufan yang mengelak-ngelak bebola api yang menuju ke arahnya dengan lincah. Tapi ia tidak sadar, sebuah bebola api melayang dari belakangnya, "TAUFAN!!" Teriak Thorn memberi amaran.

Taufan memutarkan kepalanya ke belakang. Matanya membulat lebar.

"Tanah pelindung!"

BOOOOMMM

"UWAAA!!"

Brukk

"Uhuk-uhuk-uhuk!"

"Taufan!" Thorn melihat Gempa membuat tanah pelindung untuk melindungi Taufan. Kemudian bebola api itu mengenai pelindung tersebut, membuatkan Taufan terlempar dan menabrak dinding. Ia terus berlari ke arah Taufan, "Kamu tidak apa-apa?" Tanyanya.

"Uhuk-uhuk! Aku tidak apa-apa pun. Usah khawatir deh." Jawab Taufan, memberikan sebuah senyum.. atau cengiran pada kakaknya.

"Berikan aku minuman itu!!" Teriakan Blaze mengagetkan keempat-empat saudara yang lainnya.

"Hey Blaze. Kau berlari kesana-kemari, berteriak sana-sini dan menyerang adik-adikmu. Kurasa kau mampu bertahan sehingga waktu berbuka nanti." Ice mengangkat suara.

Blaze yang tadinya hendak menyerang kedua adiknya lagi berhenti berpikir sejenak, "Iya juga ya." Ucapnya dengan polos.

Brukk

Nada polos yang diucapkan Blaze membuatkan Gempa, Thorn dan Taufan ambruk ke lantai.

"HABIS UNTUK APA KAKAK MENGEJAR KAMI HANYA KARENA SEBUAH BOTOL?!!" Thorn dan Taufan berteriak ke Blaze semula. Blaze merasakan dirinya sangat kecil karena kedua adiknya menjerit dengan mata yang seperti kucing, gigi setajam hiu yang siap untuk memangsanya dan kuku yang panjang bagaikan mbak kunti.

Blaze bergetar hebat membayangkan itu, lalu ia berlari. Kali ini ia pula yang dikejar oleh Thorn dan Taufan.

"WAAAAA!! TOLONG AKU KAK GEM! ICE!"

Gempa tersenyum sweatdrop melihat ketiga-tiga saudara yang hyperactive itu berlari sehingga keluar dari rumah dan menuju ke... entah. Gempa pun tidak tau.

Ice menepuk dahinya sambil menghela nafas, "Haaah.. Akhirnya sunyi juga." Ujarnya.

Gempa melihat keadaan persekitarannya. Sungguh berantakan. Beberapa bebola api terkena di lantai dan berlubang. Di lemari pula ada satu bekas bebola api. Di dinding, pintu, pokoknya di semua tempat terkena bebola api milik Blaze. Gempa menghela nafas panjang, "Mereka tidak ingat ya kalo dua hari lagi kita menyambut lembaran?"

Ice tersenyum pahit. Ia berjalan ke arah Gempa dan memeluk bahunya, "Jangan khawatir kak. Dengan bantuan aku dan kakak, kita bisa memperbaiki kerosakan ini." Ujarnya.

Gempa melihat Ice, kemudian tersenyum, "Baiklah."

Ice menggunakan kuasanya untuk menghilangkan kesan-kesan panas dan terbakar. Gempa pula menggunakan kuasa tanahnya bagi menimbuskan lubang-lubang pada lantai, dinding dan pintu.

"Lemari ini gimana? Apa perlu kita beli lemari yang baru?" Tanya Ice.

"Hmm..." Gempa berpikir, lalu senyum sinis berkembang di bibirnya, "Hahaha! Biarin aja! Ini lemarinya Blaze! Ia menyimpan barang-barang miliknya di sini!!" Gempa kemudian membuka pintu lemari, "Lihat nih."

Ice terkesiap melihat barang-barang milik kembarannya. 'Berantakan sekali. Seperti pemiliknya." Pikir Ice. Ia melihat beberapa buah bola sepak Blaze sudah jadi lembik karena terkena bebola api miliknya sendiri. Di dalamnya juga terdapat barang-barang lainnya, "Ini lemari stor ya?" Tanya Ice.

Sebagai balasan Gempa hanya mengangkat bahunya, "Entah."

"Ya sudah. Aku mau nyambung tidurku. Hoooamm~" Ice berlalu pergi ke kamarnya. Gempa melihat kepergian adiknya sambil sweatdrop. Ia lalu memijit dahinya dan berjalan ke arah sofa di ruang tamu, 'Untung saja di ruang tamu tidak terjadi apa-apa.' Batinnya. Ia kemudian menidurkan dirinya di salah satu sofa. Matanya tetutup secara perlahan, sehinggalah suara-suara yang tak diingininya terdengar. Ia bangun dari baringannya dan melihat keributan yang dibuat oleh saudara lainnya.

Brakk

"TIDAAAKK!! JANGAN MENYERANGKUUU!! THORN! FAN!!" Gempa melihat pintu rumah didobrak dengan kasar, lalu Blaze berlari terbirit-birit memasuki rumah.

"MARI SINI KAK BLAZE!!" Taufan masih terbang di atas hoverboard-nya, mengejar Blaze.

"JANGAN KABUR!!" Thorn pula berlari beberapa meter di belakang Blaze, "Akar Berduri!" Ia menyeru. Kemudian akar-akar pokok tumbuh dan melilit Blaze yang ingin kabur ke kamarnya.

"UWAAAA!!" Blaze terperangkap. Akar-akar milik Thorn melilit tubuhnya sehingga ia tidak bisa bergerak walau seinci pun. Nafasnya memburu, "KALIAN MAU MEMBUNUHKU YA?!!" Teriaknya.

Thorn berkacak pinggang, "Hah! Kak Blaze tidak mungkin bisa meloloskan diri daripada akar berduriku!!"

"Hahahaha! Terbaiklah Kak Thorn!!" Taufan terbang menuju Thorn, lalu mereka bertos-ria.

Gempa melihat kerosakan yang baru dilakukan si tiga troll.  Kemudian ia terjungkal ke belakang, "Kalian puasa tidak sih? Haaah... Terbalik." Selepas berkata enam perkataan itu, ia terus pingsan.

58 menit kemudian...

"Kak! Bangun kak! Ayo kita berbuka!! Bentar lagi adzan tuh!!"

Telinganya menangkap suara yang membangunkannya. Perlahan-lahan mata kuning-keemasan miliknya terbuka. Ia memincingkan matanya karena ingin membiasakan dengan cahaya lampu di ruang tersebut. Ia kemudian bangkit dengan perlahan sambil memegang kepalanya, "Ugh, apa yang terjadi?" Lalu ia mendongakkan kepala, melihat siapa yang membangunkannya, "Ehm? Solar?"

"Kakak pingsan tadi. Sekarang kakak berada di kamarmu." Solar berujar.

Gempa melihat sekelilingnya, 'Kamar?' Ia memang berada di kamarnya. Bagaimana..?

Seolah membaca pikiran kakaknya, Solah berkata lagi, "Aku dan Hali yang membawamu ke sini."

Gempa melihat adiknya dengan pandangan heran, membuat Solar menghela nafas panjang.

"Gini kak..."

.

.

.

"TIDAAAKK!! JANGAN MENYERANGKUUU!! THORN!! FAN!!"

"MARI SINI KAK BLAZE!!"

"JANGAN KABUR!!"

"Bising banget." Gumam Solar. Ia melihat pintu rumah yang terbuka. Tanpa membuang masa Solar berlari ke rumahnya. Dari dekat, pintu rumahnya terlihat sangat.. Apa perkataan yang sesuai ya? Aha! Sangat menarik!! 'Apa yang sudah terjadi?'

"KALIAN MAU MEMBUNUHKU YA?!"

'Hah?' Solar melihat pula ruang tamu rumah.

"Hah! Kak Blaze tidak mungkin bisa meloloskan diri daripada akar berduriku!!"

"..." Solar tidak bisa mengata apa-apa.

"Hahahaha! Terbaiklah Kak Thorn!!"

"..." Solar masih diam. Lalu ia terlihat kakak sulungnya yang berada di sofa...

"Kalian puasa tidak sih? Haaah... Terbalik."

... yang kemudiannya terus pingsan.

"Kak Gempa!" Ia berlari ke kakaknya, lalu digungcangnya bahu Gempa untuk membangunkannya, "Kak Gem pingsan." Katanya setelah coba membangunkan kakaknya, tapi usahanya sia-sia.

"Oh, Hi Solar/Kak Solar!" Ketiga-tiga suara di belakangnya berkata kompak.

"Diam Kak Blaze!!" Kemudian Thorn dan Taufan memarahi kakak mereka yang... terikat di dinding.

Solar sweatdrop melihat keadaan di ruang tamu rumahnya. Lalu ia memberikan deathglare pada ketiga saudaranya.

"Bersihkan rumah sekarang juga." Ucapnya dengan nada berbahaya.

'Oopsie!' Pikir Taufan.

'Jiwa singanya bangkit pula!' Batin Thorn.

Lain halnya dengan Blaze, "TOLONG AKU SOLAR!! MEREKA MAU MEMBUNUHKU!!" Ia menjerit dengan nada ketakutan dan muka memelas yang dibuat-buat.

"HEH?!!" Thorn dan Taufan kaget mendengar kalimat itu. Ini Solar yang dibicarakan. Sekali ia menggunakan kuasanya, mereka bisa terlantar di rumah sakit selama 2 bulan! Dan itu bermakna mereka tidak bisa meraikan lebaran!!

"TIDAAAAKKK!!!!" Kedua-dua saudara itu terus berlari menuju kamar mereka masing-masing. Pintu ditutup dengan kasar kemudian dikunci dari dalam.

Solar sweatdrop, 'Aku tidak berbuat apa-apa lagi, mereka sudah lari kayak gitu.' Kemudian ia mendongakkan kepalanya melihat Blaze.

Akar-akar yang melilit tubuh kakak ketiganya perlahan-lahan melonggarkan lilitan lalu terjatuh ke lantai. Blaze merenggangkan ototnya, "Oahh!! Pegal! Pegal! Pegal!"

Solar memandang datar kakaknya, "Sudah. Kak Blaze pergi manggil Thorn dan Taufan kemudian bersihkan ruang tamu ini." Ucapnya.

Blaze menghela nafas, "Haaah.. Baiklah." Lalu ia berlalu pergi.

Creaakkk

Bunyi pintu rumah dibuka lagi. Kali ini pemuda berkacamata kuning itu melihat Halilintar yang berdiri depan pintu. Di tangan adik bungsunya terdapat sebuah bola basket.

"Latihan basket?" Tanya Solar.

Halilintar tersentak mendengar suara kakaknya, ia leka melihat keadaan rumah yang seperti kapal pecah, "Ah.. Hm." Dehumnya.

"Kalo gitu ayo bantuin kakak mengangkat Kak Gempa." Ajak Solar.

Tanpa buang masa, Halilintar menolong Solar mengangkat kakak sulung mereka. Ia tidak perlu menanyakan kenapa keadaan rumah seperti itu dan kenapa Gempa bisa pingsan. Ia sudah tau, pasti kerjaan si tiga troll dan Gempa pingsan karena menghentikan mereka.

Sesampainya mereka di kamar Gempa, Halilintar coba membuka pintu, tetapi-

"Ia terkunci." Halilintar melihat kakak berkacamatanya.

"Ketepi. Biar kakak yang coba membukanya."

Dengan itu Halilintar memberikan ruang untuk Solar untuk membuka pintu. Tapi masih tidak bisa.

"Aduh.. Ngapain juga Kak Gem ngunci pintu kamarnya?" Rintih Solar, menggaruk kepala bertopinya.

"Hmm.." Halilintar hanya berdehum sebagai balasan. Lalu sebuah bohlam menyala di atas kepalanya.

"Aku tau." Gumamnya.

Mendengar itu membuat Solar melihat adiknya. Mana tau ide yang Halilintar berikan bisa membantu mereka.

"Dobrak aja pintunya."

Gedubrakk

"KAMU BERCANDA YA?!" Solar berteriak pada adiknya. Mana bisa mereka mendobrak pintu kamar kakak mereka sesuka hati.

"EEHHH?! AKU HANYA MEMBERIKAN CADANGAN AJA!!" Halilintar berteriak semula.

Kemudian terjadilah perang bibir antara kakak-adik yang irit bicara itu.

Di balik dinding...

"Hey, lihat tuh." Blaze berkata pada Thorn dan Taufan.

"Kayaknya mereka semakin OOC deh." Ujar Thorn.

"OOC tahap maksimal! WAKAKAKAKA!!!" Taufan ketawa ngakak.

"Apa yang kalian tengok?" Suara yang tidak diketahui bertanya.

Blaze, Thorn dan Taufan mengalihkan kepala pada sumber suara kemudian meletakkan jari di depan bibir mereka masing-masing secara bersama, "Shhh... Lihat aja deh." Ucap mereka kompak kemudian menolehkan kepala mereka semula pada scene di hadapan mereka.

Tunggu.. Ada yang aneh... Siapa yang...

Kepala mereka bertiga berputar dengan perlahan ke sumber suara yang tak dikenali itu semula.

"ICE/KAK ICE?!!"

Depan kamar Gempa...

"KITA MANA BISA MUSNAHKAN PINTU KAMAR KAK GEMPA!!" Teriak Solar.

"AKU TIDAK MENYURUH UNTUK MUSNAHKANNYA!! AKU CUMA KATA KITA DOBRAK AJA!!" Halilintar bersikeras.

"SAMA AJA KALI!!"

"TIDAK!!"

"Haaah.. Punya ide lain?"

"Hmm.. Nggak."

Solar menarik nafas panjang, lalu melepaskannya secara perlahan. Ia melepaskan topinya lalu menggaruk kepalanya. Kemudian memakainya semula.

"Aduh.. Susah kalo gini terus." Gumam Solar.

Halilintar melihat tangannya, 'Bisa gak ya?' Batinnya. Kemudian pemuda ber-iris ruby itu memejamkan matanya dan mengambil nafas yang dalam.

Melihat kelakuan adiknya membuat Solar menaikkan satu alis, "Apa yang kamu buat?" Tanyanya. Tetapi tidak mendapat jawaban. Halilintar masih berkutat dengan kegiatannya.

Apa yang adiknya ingin lakukan?

.

.

.

To be continued...

Cliffhanger!! I love it! *smirk*

Maaf ya, author sengaja bikin kek gini karena ceritanya panjang. Jadi hentinya di sini duluan!

Apa yang dilakukan Halilintar? Ngapain Ice bisa join si trio troll? Gimana Solar dan Halilintar memasuki kamar Gempa?

Semuanya akan terjawab di chapter akan datang!! Tunggu ya! *wink*

Dan juga pada umat Muslim, SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI!! Mohon Maaf Zahir dan Batin ya! Hehee.. XD

Salam Lebaran,
BloodyTeen98























Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro