★ SPECIAL CHAPTER [3] ★
SORRY, I KNOW IT'S LATE BUT BETTER LATE THAN NEVER (╥﹏╥)
Enjoy this very long story!
***
Orang seperti Shigaraki Tomura menganggap bahwa hidup Yukina itu monoton. Rutinitasnya dapat ditebak. Tomura sampai jemu melihat adik angkatnya kembali ke markas dengan keadaan penuh darah orang lain kemudian membersihkan diri sebelum akhirnya tidur. Atau saat tidak ada tugas, dia selalu mengurung diri di ruang latihan dari pagi sampai malam. Dia hanya keluar untuk mengambil makanan dan air minum di sela waktu istirahat.
"Kau ini ..." Tomura membuka suara saat Yukina duduk di kursi bar sebelahnya. "Apa kau tidak bosan hidup seperti itu terus?"
"Apa kau sudah bosan hidup hingga bertanya seperti itu?" Yukina membalas tanpa menoleh. Dia menyodorkan gelas kosong pada Kurogiri, pertanda minta isi ulang minuman kesukaannya -susu vanilla.
"Villain juga butuh liburan, kau tahu," sambung Tomura, tidak mengindahkan ancaman Yukina. "Hari ini ulang tahunmu, bukan? Sana liburan, bersenang-senanglah."
Yukina mengambil segelas susu hangat yang disajikan Kurogiri untuknya. "Aku akan senang jika kau diam selama aku menghabiskan susu hangatku," ucapnya kemudian meminum susu tersebut.
"Shigaraki Yukina, aku mendapat pesan dari Sensei. Beliau bilang kau bebas melakukan apapun hari ini," jelas Kurogiri tiba-tiba.
Yukina berhenti meneguk minumannya. Dia nyaris tersedak jika saja tidak dapat mempertahankan ketenangannya. Usai menjauhkan gelasnya dari bibir, dia baru memberi tanggapan. "Nani?"
"Kemarin kau berhasil membunuh orang elit yang sulit dijangkau. Berita kematiannya pasti akan menghebohkan hari ini. Makanya untuk sekarang, kau bebas tugas. Begitu pesan Sensei saat kau latihan tadi."
Mata Yukina memicing curiga. Ayahnya yang tidak pernah mengizinkannya beristirahat itu kini tiba-tiba membebaskannya? Apa karena ini tanggal 25, hari ulang tahun putrinya?
"Dakara aku menyuruhmu untuk liburan, tahu," tambah Tomura.
"Ada angin apa ini?" Yukina menurunkan gelasnya. "Hari Natal di Jepang bukan hari libur nasional seperti di negara lain, bodoh. Kenapa dia tiba-tiba begitu?"
"Sensei tidak bilang apapun selain itu," jawab Kurogiri. "Namun, dia bilang sudah menyiapkan kado ulang tahun untukmu."
'Paling kadonya kepala All Might, atau ginjal Endeavor, atau hal-hal mengerikan lainnya,' pikir Yukina. Dia meletakkan gelas minuman ke meja keras-keras hingga membuat susu yang terisi di dalamnya berombak. "Menjijikkan."
Yukina beranjak dari kursi. Dia mengambil jubah hitam yang tergantung di dinding dan mengenakannya. "Hei, Kumogiri."
"Namaku Kurogiri," koreksi yang dipanggil. Dia hanya bisa sabar dan menahan kekesalannya. Anak bos bro, jangan dilawan. Sedikit goresan saja, nyawa melayang.
"Ayahku bilang aku boleh melakukan apapun hari ini, 'kan?" tanya Yukina memastikan.
"Begitulah yang beliau sampaikan."
Yukina melirik sekilas kemudian memasang jubahnya. Setelah itu, dia berjalan keluar tanpa sepatah kata pun. Bahkan pertanyaan "mau kemana?" dari Tomura tidak direspon. Pertanyaan tersebut terjawab oleh suara pintu yang ditutup dari luar.
"Kalau begitu, mulai hari ini-" Yukina melangkah pergi dari markasnya, meninggalkan pintu coklat yang selama ini mengurungnya.
"Aku keluar dari sini."
AFO tahu, setiap kali putrinya punya waktu luang, dia pasti akan pergi ke tempat itu. Oleh karena itu, AFO telah menyiapkan hadiah sebagai kado atas hari ulang tahunnya di sana. Dan Yukina tahu, prasangka buruk terhadap ayahnya tadi nyata benar terjadi. Tanggal 25 Desember tahun lalu, Yukina mendapat hadiah spesial yang takkan pernah dia lupakan sepanjang hidupnya.
Mayat teman-temannya sendiri.
***
La-La-La-La-La vida sola vi-viviras
La vida sola vi-viviras
La vida sola vi-viviras
Justice! Justice! La-
Sebelum alarm pagi itu selesai melantun, Yukina sudah lebih dulu mematikannya tanpa mengubah posisi tidur. Dia masih tidur tengkurap dengan wajah terbenam di bantal namun jarinya dapat menekan tombol off secara sempurna, seakan sudah hapal di luar kepala. Jangan tanya apakah dia tidak sesak napas jika tidur dalam posisi seperti itu. Tidak peduli mau dalam posisi kayang, melenting, atau di atas pohon sekalipun, Yukina tetap bisa tidur dengan damai karena tubuhnya terlalu lelah menjalani hidup.
'Mimpi buruk lagi, huh?'
Yukina bangun dengan malas. Dia mengucek mata sambil memeriksa ponselnya yang memberi notifikasi suhu saat ini adalah 12°C. Sudah memasuki bulan Desember hari kedua puluh lima, musim pun berganti musim dingin. Udara pagi itu sangat dingin menusuk tulang, hawanya mengundang kaum mageran untuk kembali tidur. Namun, Yukina memilih untuk bangkit dari kasur dan bersiap berangkat sekolah.
Kali ini Yukina berangkat sekolah sendiri. Aizawa sejak kemarin tidak pulang ke rumah karena menginap di sekolah untuk urusan pekerjaan.
"Merry christmas!"
Yukina mendengar banyak orang di sekitarnya yang mengucapkan kata tersebut. Dekorasi natal menghiasi kota, event dan diskon besar-besaran di gelar. Meskipun Natal bukan hari raya utama di Jepang, banyak orang memanfaatkan hari tersebut untuk berkumpul bersama keluarga dan teman-teman. Namun, apa yang harus dilakukan orang seperti Yukina yang tidak punya kedua-duanya?
Yukina hanya bisa terus berjalan menuju U.A, mengabaikan keluarga bahagia di sekelilingnya yang menikmati kebersamaan mereka. Hawa dingin membuat Yukina mengeratkan syal merah yang terkalung di leher. Rasanya dia ingin segera sampai kelas dan menyuruh Todoroki membuat api unggun untuk menghangatkan diri.
"Mereka sudah berangkat," kata Aizawa saat Yukina sampai di kelas namun tidak ada orang. Kelasnya kosong seperti keadaan saat hari libur.
"Berangkat?" ulang Yukina tidak paham. "Ke mana?"
"Apa kau lupa? Ada tugas praktik dasar kepahlawanan. Para siswa diminta menganalisis salah satu hero dan harus terjun langsung ke lapangan untuk itu."
Yukina mengangkat salah satu alisnya. Dia tidak pernah lupa soal tugas karena selalu membuat jadwal yang terstruktur. Dirinya yakin tidak melewatkan satu tugas pun selama bersekolah di U.A.
"Iia, aku tidak ingat ada-"
"Ngomong-ngomong, tugasnya dikerjakan secara berpasangan. Karena kelas A berjumlah ganjil, kau akan berpasangan dengan murid kelas B," tambah Aizawa.
"Huh?" Yukina yang ansos itu semakin kebingungan. Dia tidak kenal siapa pun di kelas sebelah. Bagaimana mungkin dia bisa bekerja sama nantinya?
"Masuklah."
Usai Aizawa berucap demikian, orang yang menjadi pasangan Yukina pun menampakkan diri. Seorang gadis berambut biru dengan helaian rambut putih di dekat telinganya. Mata biru muda itu bertemu pandang dengan manik hitam Yukina. Keduanya saling menatap lurus karena tinggi mereka sama.
'Aku tidak pernah melihat orang ini sebelumnya,' pikir Yukina bingung. 'Siapa dia?'
"Namaku (Name) (Surname) [dari fanfic Reason]," ucap (Name) memperkenalkan diri. "Yoroshiku onegaishimasu."
Yukina menatap Aizawa dengan tatapan "siapa-gadis-ini?". Aizawa mengabaikan hal tersebut dan menepuk dua pundak murid yang baru saja bertemu itu.
"Mulai sekarang, kalian setim untuk mengerjakan tugas Analisa Dasar Kepahlawanan. Kuharap kalian dapat bekerja sama dan mengerjakan tugas dengan baik," ucap Aizawa.
'Aku saja tidak ingat namanya.'
"Ngomong-ngomong, deadlinenya satu jam lagi jadi berjuanglah," pesan Aizawa sebelum keluar kelas.
'S-Satu jam lagi?'
Yukina dan (Name) terdiam usai kepergian Aizawa. Suasana canggung menyelimuti keduanya. Yukina si ansos dingin penuh masalah dipasangkan dengan (Name) yang tidak suka terlibat masalah. Bagaimana mungkin dua orang itu bisa bekerja sama?
Yukina menghela napas. Dia menoleh pada (Name) yang berdiri di hadapannya, "Mendokusai."
'Mendokusai?' (Name) berkedip bingung. "Sebelum kita mengerjakan tugasnya, bagaimana jika kau memperkenalkan diri? Komunikasi adalah kunci pertama dalam kerja tim, kau tahu."
"Yukina."
"Yukina? Nama margamu?"
Yukina sedikit menyipitkan mata tidak suka jika ditanyai tentang keluarga. Namun karena (Name) adalah orang asing yang bertanya, dia pun dapat bersabar diri.
"Aizawa," jawab Yukina singkat. "Panggil saja nama depanku. Aku tidak suka formalitas," lanjutnya sambil berjalan keluar kelas.
"Baiklah, Yukina. Jadi, siapa hero yang akan kita teliti?" (Name) bertanya pada Yukina ketika dalam perjalanan keluar U.A. Yang ditanyai masih berfokus pada ponselnya, memeriksa peta digitalnya untuk melihat keadaan lalu lintas di sekitar mereka.
"Ada rekomendasi hero?" tanya (Name) kembali.
"Ada satu hero yang ingin kuanalisis sejak dulu," ucap Yukina. Dia menunjukkan foto Hawks kepada (Name), "Shitteru ka?"
'Mana mungkin aku tidak mengenalnya, dia kakak angkatku,' batin (Name). Dia menghela napas panjang, "Jangan dia. Aku tidak mau jika harus meneliti orang itu sebagai bahan tugas."
Yukina mengangguk, "Yosh, kimatta. Kita akan meneliti Ayam Kaepsi itu."
"Sudah kubilang aku tidak mau, 'kan?! Jangan menentukan seenaknya," kata (Name) kesal.
"Maa, maa ... Kita tidak ada waktu untuk berdebat," Yukina merogoh sesuatu di tasnya, dua susu kotak yang selalu dia bawa sebagai minum saat istirahat. "Aku akan memberimu susu ini jika kau mau."
(Name) yang lemah dengan susu kotak pun langsung menerima pemberian Yukina dan menyetujui idenya untuk menjadikan Hawks sebagai ayam percobaan. Hanya dengan sekotak susu, gadis berambut biru itu langsung lupa harga dirinya.
Yukina sejenak sweatdrop melihat kelakuan (Name), 'Ada juga manusia yang bisa disogok semudah ini, ya...' batinnya tidak sadar diri.
Kemudian...
"Hm? Tugas menganalisis hero?" Hawks bertanya untuk memastikan kembali penjelasan Yukina dan (Name) yang menemuinya. Kebetulan dia sedang berpatroli di daerah Musutafu dan ditugaskan di sana untuk beberapa hari. Dengan sayap merahnya yang mencolok itu, Yukina dapat menemukannya dalam waktu singkat.
Yukina mengangguk, "Dakara, biarkan kami melihat bagaimana kerjamu selama satu jam ke depan," tegasnya. Kalau menyangkut sesuatu yang dapat membuatnya kuat, Yukina-lah yang semangat maju paling depan. Berbeda dengan (Name) yang masih menikmati susu kotaknya dengan damai.
"Hoo, aku tidak menyangka para gadis tercantik U.A. mau menganalisisku untuk tugas sekolah," Hawks menyeringai sombong. Dia melirik (Name) dan Yukina secara bergantian, "Apa aku sepopuler itu?"
"Aku ingin menganalisismu agar bisa membu- mengalahkanmu," balas Yukina dingin.
"Aku mengikutinya karena dia memberiku susu kotak," tambah (Name) sambil menunjuk Yukina.
Ingat, semuanya. Sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, apalagi kepercayaan diri.
Hawks terkekeh geli, dia tidak memedulikan respon dingin dari kedua siswi U.A. itu. "Maa, jika kalian ingin menganalisisku, lakukan saja. Tapi, aku ragu kalian dapat melakukannya karena aku selalu menyelesaikan semuanya dengan cepat."
"Karena inilah aku tidak mau dengannya," bisik (Name) pada Yukina. Karena tidak ada jawaban dari Yukina, dia menoleh. Tampak Yukina yang menatap Hawks dengan mata berbintang-bintang meski wajahnya masih datar. (Name) seketika melotot keheranan, 'Kenapa dia malah bersemangat?!'
Sementara itu, di kelas 1-A.
"Midoriya, Sero! Tolong pasang dekorasi ini di atas!"
"Bukankah ini kurang manis? Sato, tambahkan gulanya sedikit lagi."
"Kora, Bakugo! Jangan meledakkan kuenya!"
"Akan kulempar kue ini ke muka cewek sialan itu ketika dia masuk!"
Kelas A terlihat ramai dengan siswanya yang sibuk menyiapkan pesta ulang tahun untuk Yukina. Ada tim dekorasi, tim pembuat kue, tim penata meja, tim hore (Mineta), tim rusuh (Bakugo), semua bekerja sesuai tugas masing-masing.
"Kira-kira bagaimana respon Yukina nanti, ya?" tanya Kaminari tiba-tiba. "Aku ingin melihat senyumannya sekali saja."
"Aku mengerti perasaanmu, Kaminari," Mineta mengangguk sok paham.
"TIM HORE DIAM SAJA KALIAN, DASAR BEBAN!" marah Bakugo.
"Bakugo, ini 'kan hari ulang tahunnya Yukina. Setidaknya melembutlah sedikit, dong," celetuk Sero. "Kuyakin Yukina tidak suka dengan cowok berisik sepertimu," lanjutnya menyiram minyak di atas api kemarahan Bakugo.
"Bakugo takut hadiahnya untuk Yukina bakal kalah dengan Todoroki," bisik Kirishima. "Saingannya 'kan holkay."
"AKU DENGAR ITU, RAMBUT ANEH!" Bakugo yang tersinggung langsung menoleh garang. "SIAPA JUGA YANG BERSAING DENGAN HANBUN YARO, HA!?" tolaknya sambil menunjuk-nunjuk Todoroki yang berkedip bingung.
"Todoroki-kun, apa kau sudah menyiapkan kado untuk Yukina?" tanya Midoriya yang menghampiri Todoroki.
Todoroki mengangguk. "Meski awalnya sempat bingung, akhirnya aku dapat memilih hadiah yang tepat."
"Hee~ Memangnya awalnya kau ingin memberikan apa?" tanya Uraraka yang menimbrung obrolan.
Todoroki menyentuh dagunya dan memutar ingatan beberapa hari yang lalu. "Awalnya aku ingin memberi Yukina cincin berlian seharga 950 juta Yen (130 miliar Rupiah)," ucapnya datar.
'C-CINCIN?! KAU MAU LAMARAN ATAU GIMANA?!' batin Midoriya syok. Uraraka sudah semaput duluan mendengar harga yang disebutkan Todoroki. Maklum, dia suka krisis moneter di akhir bulan jadi sangat sensitif soal uang.
"Tapi aku membatalkannya karena tidak tahu ukuran jari Yukina," lanjut Todoroki polos. "Dan kurasa dia bukan tipe perempuan yang suka perhiasan."
'BUKAN ITU MASALAHNYA!' jerit Midoriya dan Uraraka sepemikiran.
"Nanda? Masih belum selesai juga?"
Semua murid menoleh ke sumber suara. Tampak Aizawa yang memasuki kelas dengan kedua tangan di saku celana. Dia mengedarkan matanuye ke seluruh penjuru kelas yang dihiasi banyak dekorasi natal sekaligus ulang tahun. Sejenak para siswa menghentikan aktivitas mereka dan menghadap sensei mereka itu.
"Kami sedang mengerjakannya, Aizawa-sensei! Sebentar lagi akan selesai," jawab Iida tegas.
"Sou ka," Aizawa menjawab singkat. Dia mengambil ponsel di dalam saku dan menghidupkan layarnya. Jam menunjukkan pukul 10 pagi, satu jam telah berlalu sejak Yukina pergi dari U.A. bersama (Name).
'Aneh sekali. Seharusnya dia sudah kembali sekarang.'
"Aizawa-sensei, apakah ada masalah?" tanya Ashido yang menyadari kegelisahan gurunya. Aizawa menoleh ke jendela luar U.A. Butiran salju turun tanpa henti, langit mendung tanpa cahaya matahari.
"Iie. Lanjutkan saja persiapannya," kata Aizawa sebelum akhirnya pergi. Kelas A sejenak diam dan saling berpandangan. Beberapa detik kemudian, mereka kembali melanjutkan aktivitas yan tertunda tanpa menaruh kecurigaan terhadap ucapan Aizawa.
'Ada yang tidak beres. Kurasa aku harus memeriksanya langsung,' Aizawa menghela napas. 'Dasar anak yang merepotkan.'
***
Badai salju melanda kota Musutafu. Intensitasnya tidak main-main, terutama di sekitar pantai Takoba yang airnya membeku tertutupi salju. Pantai yang telah dibersihkan Midoriya selama 10 bulan itu kini menjadi medan perang antara kubu hero -Hawks, Yukina, serta (Name) melawan sekelompok villain.
"Mundurlah, kalian berdua!" Hawks merentangkan tangan kirinya di depan Yukina dan (Name). Bulu merahnya yang menjadi pedang diacungkan ke arah para villain. "Jumlah mereka terlalu banyak. Sampai bantuan tiba, jangan melakukan hal ceroboh."
"Aku ragu bantuan bisa datang di tengah badai salju seperti ini," (Name) melihat sekitar lalu kembali menoleh pada Hawks. "Apalagi kau telah memanggil bantuan sepuluh menit yang lalu tapi belum ada satupun yang datang."
"Itu artinya kita hanya perlu menghabisi mereka dengan kekuatan kita sendiri," Yukina menyatukan kedua tinjunya.
"Kita tidak bisa bertarung seenaknya tanpa lisensi, Yukina," cegah (Name). "Lebih baik kita serahkan saja pada Hawks. Yang dapat kita lakukan adalah berusaha untuk tidak menghambatnya saat bertarung."
"Jadi maksudmu kita hanya akan duduk menonton ayam ini-" Yukina menunjuk Hawks, "-kemudian bersorak lalala-yeyeye saat dia berhasil mengalahkan mereka?" tanyanya tidak terima.
"Jujur saja, aku lebih suka tepuk tangan dan duduk menonton seperti ini, hehe," sahut (Name).
"Kalian berdua, hentikan itu semua!" tegas Hawks. Dia melirik tajam para villain di depannya, "Dengar, lawan kita bukan villain sembarangan. Mereka adalah Snow Blood, salah satu kelompok penjahat paling dicari selain League of Villain."
Yukina seakan tertusuk panah akibat mendengar nama organisasi kejahatan yang pernah dia pimpin disebut Hawks.
"S-Snow Blood, katamu?" (Name) tersentak. Sementara Yukina malah celingak-celinguk, bergantian menatap Hawks dan (Name) dengan kebingungan. Dia seperti anak kecil di tengah pembicaraan orang dewasa, tidak tahu apa-apa.
"Wah, wah~ Dikenal oleh Pahlawan No.3 membuat kami merasa terhormat," Seorang wanita berpakaian musim dingin serba putih mengibaskan jubah berbulunya. Dilihat dari nada bicaranya yang arogan, dapat dipastikan dialah pemimpin dari Snow Blood.
"Kami belum memperkenalkan diri, ya. Namaku Snow Queen, leader dari Snow Blood. Mari bersenang-senang, hero-tachi."
Yukina menoleh ke (Name), "Dare?"
"Dia 'kan sudah memperkenalkan diri. Jangan bilang kau tidak tahu Snow Blood?" (Name) berbalik tanya. Tentu saja pertanyaan itu langsung dijawab gelengan Yukina yang polos.
"Snow Blood, kelompok penjahat yang selalu melakukan aksinya pada hari Natal. Kemunculan mereka tidak dapat ditebak tapi di manapun mereka beraksi, pasti ada korban yang berjatuhan," jelas Hawks.
"Karena itulah istilah Bloody Christmas begitu melekat pada mereka," tambah (Name). "Baru kali ini aku melihat mereka secara langsung. Identitas mereka disembunyikan dari masyarakat jadi tidak ada yang tahu bagaimana wajah mereka."
Yukina menyentuh dagunya dan berpikir, "Aku penasaran apakah Santa ikut bergabung di sana."
"Kau dengar penjelasanku tidak, sih?!"
Suara tawa tiba-tiba terdengar dari seberang kubu pahlawan, membuat Hawks, Yukina, dan (Name) kompak menoleh. Snow Queen tersenyum kecil, "Baiklah, prolognya sudah cukup. Mari kita selesaikan ini dan mendapatkan hadiahnya."
"Langsung angkut?" tanya seorang lelaki berambut putih berkilap di dekat Snow Queen, Yoko.
"Yup," Snow Queen mengarahkan telunjuknya kepada Yukina. "Bawa dia."
"Bahaya!" Hawks yang tersentak pun menoleh pada Yukina. Dia langsung menggunakan bulunya untuk menarik Yukina dan (Name) menjauh dari posisi mereka semula. Berkat kewaspadaan Hawks, dua gadis itu tidak terkena semburan salju dari tanah.
'Jadi dia bisa mengendalikan salju, ya?' (Name) menatap Snow Queen yang masih berdiri tenang.
'Itu artinya, kami semua berada di wilayah kekuasaannya. Dia bisa menyerang dari mana saja dengan salju ini,' pikir Yukina. 'Selain itu, kenapa dia mengincarku?'
"Kita lihat seberapa lincah kalian di udara," Snow Queen menciptakan tiga naga dari salju di tanah. Naga tersebut meliuk menyerang Hawks, Yukina, dan (Name) yang dalam posisi melayang usai menghindar sebelumnya.
"Gunakan quirk kalian untuk bertahan! Soal hukuman nanti pikir belakang! Aku yang akan bertanggung jawab!" seru Hawks. "Untuk sekarang, keselamatan kalian adalah prioritas utama! Jangan sampai mati, ya!"
"Kepedulianmu terdengar menyebalkan. Lebih baik hentikan," balas Yukina dingin.
"Aku tidak mau mati sebelum menjadi juragan nasi padang!" seru (Name) ngegas.
Yukina menoleh pada (Name), "Itu motivasimu hidup" ucapnya sweatdrop.
Kubu pahlawan berusaha melawan di udara. Hawks tidak perlu diragukan lagi, dia punya sayap untuk menghindar dan bulu tajam untuk menebas. Yukina menghantamkan tangan kirinya yang terlapisi kegelapan ke kepala naga hingga remuk. (Name) mengubah salju menjadi air kemudian menghempaskannya ke arah Snow Queen dan Yoko yang berdiri berdekatan. Sayang, sebelum mengenai mereka, air sudah membeku lebih dulu.
"Wah, wah~ Boleh juga," puji Snow Queen. "Ternyata ini lebih sulit dari dugaanku. Kita harus menyingkirkan Hawks dulu."
Yukina dan (Name) mendarat sempurna di tanah. Hawks terbang menuju Snow Queen. Beberapa anak buah villain sebagai penghalang jalurnya dapat dia kalahkan dengan mudah. Bahkan dalam cuaca bersuhu rendah seperti sekarang, Hawks masih dapat bergerak cepat tanpa masalah. Reputasinya sebagai Pahlawan No.3 Jepang ternyata bukan isapan jempol semata.
Hawks mengayunkan pedang bulunya untuk menyerang Snow Queen yang diam di tempat. Yoko, tangan kanan Snow Queen, dengan cepat menempatkan diri di depan bosnya sebagai tameng. Mata elang Hawks membulat saat pedang bulunya menjadi kristal usai bersentuhan dengan tangan Yoko.
'Kristalisasi?!' batin Hawks terkejut. Tidak berhenti sampai di situ saja, pengkristalan terus menjalar hingga nyaris mengenai tangan Hawks jika saja dia tidak segera melepaskan pedangnya. Hawks mundur untuk menjaga jarak. Jika terkena quirk Yoko, dia pasti akan langsung menjadi ayam beku.
"Hawks! Di belakangmu!"
Teriakan (Name) menyadarkan Hawks. Begitu menoleh, Hawks mendapati ombak salju tinggi menggunung di belakangnya. Dalam waktu singkat, bola salju raksasa mengurung Hawks di dalam sana.
"HAWKS!" / "Hoaks!" (Name) dan Yukina kompak memanggil nama sang hero penuh kekhawatiran. Jangan ditanya siapa yang salah sebut namanya.
Dabi melihat kejadian tersebut dari salah satu atap gedung dengan menggunakan teropong. Seringaiannya terukir bersamaan dengan tangannya yang menurunkan teropong. Hayato menoleh dan tersenyum, "Kau melihat sesuatu yang menarik?"
"Tugas kita hanyalah mengamati, tapi tidak kusangka mereka bisa memojokkan hero itu," ucap Dabi. "Yang mengejutkan adalah target kita sama sekali belum menunjukkan kemampuannya. Aku mulai meragukan omongan Shigaraki soal betapa berbahayanya dia."
"Mungkin dia sedang menahan diri. Kau tahu? Pahlawan, peraturan, lisensi," Hayato menyatukan kedua tangannya di belakang kepala, "Demo maa, lawan mereka Pahlawan No.3 dan mantan Villain No. 2 kan? Kurasa mereka akan mencapai batasnya sebentar lagi."
Suasana medan perang hening. Yukina dan (Name) masih terdiam saking terkejutnya karena mereka terpisah dari Hawks. Semua anak buah Snow Queen langsung menyerbu dua gadis U.A. yang berdiri berdekatan.
"Bagus. Majulah," tantang Yukina yang menyatukan tinjunya, "Akan kubunuh kalian semua."
"Tunggu! Yuki-" (Name) berusaha mencegah Yukina agar tidak menyerang villain seenaknya. Namun, bukan Yukina namanya kalau tidak bandel. Dia tetap membabat habis penjahat kelas teri yang menghalanginya. Ketika hendak menyusul Yukina yang sudah semakin jauh, (Name) dihadang anak buah Snow Queen yang lain.
"Jangan khawatirkan aku," balas Yukina. "Mereka 'kan mengincarku."
"Ucapanmu berkebalikan dengan keadaan seharusnya!" kesal (Name). Biasanya yang diincar harus kabur dan mengamankan diri. Nah ini Yukina malah nyerobot maju menantang sumber bahaya. Tidak ada akhlak memang.
Snow Queen menciptakan beberapa bola salju kemudian melemparkannya kepada Yukina yang menerjang. Pedang kegelapan di tangan kiri Yukina berhasil menebas bola-bola tersebut secara simetris. Namun sedetik kemudian, salju yang terpotong kembali menyatu dan menyerang Yukina.
"Kegelapanku tidak mempan terhadap saljunya yang terus bermutasi, ya? Sudah kuduga, dia berada di atas angin pada situasi ini," gumam Yukina. Tanah bergerak, membuat pijakan Yukina bergoyang. Kakinya terlilit salju dan perlahan terhisap ke dalam tanah.
"Apa-apaan ini? Aku tidak bisa keluar," Yukina mencoba menarik kakinya namun dia justru makin terhisap. Kakinya mati rasa, membuatnya tidak sanggup berdiri. Yukina seketika tumbang namun tangannya langsung menopang tubuhnya dengan sigap. Matanya terbelalak melihat kakinya mulai diselimuti es tipis.
"Percuma saja. Semakin kau bergerak, semakin cepat kau terhisap ke dalam," jelas Snow Queen angkuh. "Dan semakin lama kau berada di sana, semakin cepat pula tubuhmu mati rasa."
"Cih. Jika saja ada sinar matahari, aku bisa menggunakan quirk cahaya untuk memanaskan salju ini dan keluar," Yukina mendecih kesal. Dia menghembuskan napas dinginnya yang berembun. Tubuhnya menggigil kedinginan. "Setelah ini, aku harus minta bantuan Shoto untuk menghangatkanku."
"Segera amankan dia, Yoko," suruh Snow Queen. "Sebelum dia berulah lagi."
Yoko mengangguk. Dia mengaktifkan quirknya -Crystalization dan berlari menuju Yukina untuk mengurungnya dalam kristal. Ketika hendak menyentuh Yukina, terjangan air menyapu Yoko mundur beberapa meter. Yukina terkejut dan menoleh, tampak (Name) yang terengah-engah berdiri tak jauh darinya.
"Hampir saja," ucap (Name) lega. Yukina menengok ke arahnya. Di belakang sana, tampak penjahat kelas teri yang setengah tubuhnya membeku. Secara refleks, otak Yukina mampu memproses apa yang terjadi. (Name) telah mengalahkan mereka semua.
"Kau baik-baik saja?" tanya (Name), membuat Yukina menengadah.
"Aku terkena hipotermia tapi masih hidup," jawab Yukina. "Tasukata. Itu tadi sangat membantuku. Arigatou, Katara."
"Namaku (Name)!" koreksi (Name) kesal. Tangannya terulur untuk membantu Yukina, "Hora. Aku akan membantumu keluar."
Yukina perlahan menerima uluran tangan (Name). Belum sempat kedua tangan itu berpautan, ombak salju menggulung (Name) dan menjauhkannya dari Yukina. Badai salju semakin memburuk, membuat Yukina menyipitkan mata dan melindungi wajahnya. Pandangannya memburam, dia tidak dapat melihat dengan jelas. Namun sekilas, Yukina melihat Yoko berlari ke arah (Name) yang membebaskan diri dari gulungan salju.
"Dia dalam bahaya. Aku harus segera keluar dari-"
Krakk...
Yukina membulat tak percaya. Kristalisasi menjalar di seluruh tubuh (Name), mulai dari ujung kaki hingga kepala. Dalam sekejap, (Name) membatu terperangkap dalam kristal putih yang mengkilap.
"Akhirnya semua pengganggu berhasil dibersihkan," Snow Queen menghampiri Yukina yang mematung di posisinya. "Saa tte, kami harus membawamu ke League of Villain. Lebih baik kau menurut saja karena mereka menginginkanmu hidup-hidup."
"League of Villain ... katamu?" tanya Yukina dengan nada rendah. "Ah, sou ka. Mereka memerintahkanmu untuk menangkapku. Merekalah biang kerok semua kekacauan ini."
"Maa ne. Meskipun kami tidak tahu kenapa mereka menginginkan anak SMA sepertimu-" Snow Queen mengungkapkan, "-tapi imbalan misi ini sangat besar jadi kami menyanggupinya."
Yukina terdiam. Separuh wajahnya diliputi bayangan hitam. Genggaman tangannya sejenak mengerat sebelum akhirnya rileks. Dia memasang headphone yang semula tergantung di lehernya.
"Hyoketsu," Yoko berjalan mendekati Yukina seraya mengaktifkan crystallization. Tangannya menyentuh kepala Yukina, hendak mengurungnya dalam kristal seperti yang terjadi pada (Name).
Lima detik berlalu namun tidak terjadi apa-apa. Yukina masih diam mendengarkan alunan musik yang menghentak dari headphonenya. Snow Queen dan Yoko kebingungan, terutama pemilik quirk crystallization yang mendapati kekuatannya tidak mau bekerja.
"Ada apa?" tanya Snow Queen pada Yoko.
"Jangan membunuhnya!"
Snow Queen dan Yoko menoleh ke sumber suara. Aizawa yang tiba-tiba datang berhasil menghapus quirk Yoko sebelum mengenai Yukina. Sulit dipercaya dia mampu menerobos dahsyatnya badai salju untuk mencari Yukina. Jangan pernah meremehkan the power of bapack yang penyayang anak.
"Jangan khawatir, kami tidak akan membunuhnya karena itu permintaan klien," jawab Snow Queen.
"Aku tidak bicara padamu," balas Aizawa tenang. "Jangan membunuhnya, Yukina!"
"A-Apa?!"
Belum sempat Snow Queen memproses maksud ucapan Aizawa, dia bersama Yoko terhempas beberapa meter dari Yukina. Keduanya terguling-guling di salju sebelum akhirnya mencoba bangkit. Begitu salju yang mengikat kakinya lenyap berkat quirk Aizawa, Yukina melesat ke arah Yoko.
Kepalan tangan Yukina sukses menghantam perut Yoko hingga membuatnya batuk darah. Namun itu tidak menghentikan niat Yukina untuk menyerang. Dia terus menghajar Yoko dengan membabi buta hingga tidak punya kesempatan untuk mengaktifkan quirknya.
"Bocah ini-!" Snow Queen mengarahkan saljunya untuk menyerang Yukina namun elemen yang dia kendalikan langsung meleleh menjadi air. Aizawa menghapus quirknya dan menarik Snow Queen dengan syalnya. Saat sudah berdekatan, Aizawa melayangkan tinjunya untuk melumpuhkan Snow Queen.
Sementara itu, Yukina masih menghajar Yoko dengan tinju dan tendangan andalannya. Yoko yang terus terdesak menciptakan barier kristal untuk melindungi diri. Yukina mengeratkan kepalan tangannya, kegelapan membentuk kepala singa. Begitu dihantamkan, kristal langsung pecah berkeping-keping, bahkan Yoko yang berada di dalamnya ikut terhempas beberapa meter.
Dagh! Yukina menginjak perut Yoko, menggilasnya tanpa ampun. Pedang kegelapannya diacungkan di dekat leher Yoko penuh ancaman. Mata Yukina berkilat tajam dengan pupil yang mengecil, menatap dengan kebencian.
"Cepat keluarkan temanku," perintah Yukina dengan nada rendah seraya menurunkan headphone. "Ini bukan permintaan. Ini adalah syarat agar nyawamu kuampuni."
Yoko yang meringis kesakitan tidak menjawab. Tubuhnya babak belur dan mengeluarkan banyak darah. Karena tidak juga mendapat respon, Yukina semakin kehilangan kesabaran hingga melukai leher Yoko dengan pedangnya.
"Aku bicara denganmu, sampah!" bentak Yukina, bahkan Aizawa yang berdiri cukup jauh darinya sampai terkejut. "Jika memang tujuan kalian adalah menangkapku, jangan melibatkan orang lain dan datanglah langsung kepadaku. Aku tidak akan kabur, akan kuhadapi kalian semua hingga kalian menyesal karena menargetkanku."
Tap! Pundak Yukina ditepuk Aizawa, membuat Yukina tersentak dan menoleh. Aizawa melirik Yoko yang diam, "Dia tidak sadarkan diri."
Yukina mendecih kesal. "Hei, seharusnya kau bebaskan dulu temanku sebelum mati. Padahal aku sudah menahan diri untuk tidak membunuhmu, tapi kau malah pingsan seenaknya," gerutu Yukina sambil menginjak-injak Yoko.
'Memangnya salah siapa yang membuat dia pingsan?' batin Aizawa sweatdrop. "Hentikan. Lebih baik kita segera amankan mereka-"
Gemuruh disertai suara kristal pecah terdengar bersamaan. Aizawa sontak mengalihkan fokusnya ke sumber gemuruh -bola salju yang mengurung Hawks, sementara Yukina menoleh ke (Name). Kristal yang mengurungnya telah hancur dengan sendirinya. Kini terlihat jelas sosok (Name) yang pucat dan menggigil kedinginan terkapar di atas salju. Tanpa pikir panjang, Yukina berlari menghampirinya untuk memeriksa keadaan (Name).
Di saat bersamaan, bola salju raksasa yang mengurung Hawks juga ikut runtuh. Tampak Hawks yang terengah-engah karena kelelahan melawan semua anak buah Snow Queen, terbukti dengan banyak penjahat kelas teri yang tergeletak di sekeliling Hawks. Hebatnya Hawks mampu menghadapi mereka sendirian hingga saat-saat terakhir seperti ini.
"Hawks-san?" Aizawa tidak menyangka Hawks terlibat dalam insiden ini. Dia mulai waswas jika villain tadi memberitahu identitas target mereka kepada Hawks yang mana itu membongkar sosok Yukina sebenarnya.
"Oh, Eraser-san," Hawks menoleh, "Sudah kuduga bantuannya datang terlambat. Maa ii ka. Toh aku sudah mengalahkan mereka semua," lanjutnya seraya menggaruk kepala belakang.
'Sepertinya dia tidak tahu apa-apa karena sibuk bertarung di dalam bola salju tadi,' pikir Aizawa.
"Oh iya, (Name)!" Hawks yang teringat dengan adik angkatnya pun mengedarkan pandangan, mencari sosok (Name).
Aizawa menunjuk (Name) yang terkapar bersama Yukina. (Name) yang menggigil kedinginan kini berselimutkan syal merah milik Yukina. Sementara itu, Yukina yang terkena hipotermia terbaring di sebelah (Name). Bibirnya membiru pucat, napasnya mulai tersengal-sengal. Hawks dan Aizawa segera menghampiri mereka.
Bantuan datang tak lama setelah badai salju akibat Snow Queen mereda. Pihak kepolisian meringkus semua penjahat yang telah diamankan para hero. Hawks dan Aizawa membawa (Name) dan Yukina masuk ke dalam ambulans agar diberi pertolongan pertama. Aizawa menggendong Yukina ala bridal style, sementara Hawks menggendong (Name) di pundaknya seperti membawa karung beras. Dari cara mereka menggendong perempuan, dapat dibedakan mana hero yang berakhlak dan yang tidak.
"Tuh 'kan, apa kubilang? Mereka kalah," Hayato mendesah kecewa. "Dan juga, seharusnya kita membunuh Eraser saat itu."
"Jangan terburu-buru, bodoh," sahut Dabi tenang. Dia berbalik, masuk ke dalam portal Kurogiri, "Tugas kita selesai. Kita kembali."
***
Yukina perlahan membuka mata. Hal pertama yang dia lihat adalah langit-langit UKS U.A. Tubuhnya lelah, staminanya pasti terkuras akibat quirk Recovery Girl. Yukina mencoba duduk. Dia melihat jam menunjukkan pukul lima sore. Itu artinya, Yukina tidak sadarkan diri selama sekitar tujuh jam. Entah itu memang tidak sadarkan diri atau karena keenakan tidur jadi bablas sampai sore.
"Lebih baik kau tetap beristirahat," Aizawa masuk sambil membawa segelas susu hangat untuk Yukina. "Kau tadi hampir mati kedinginan."
"Shota-san ..." Yukina menunduk, "Apa (Name) baik-baik saja?"
"(Surname) baik-baik saja karena Recovery Girl sudah mengobatinya. Setelah sadar, dia menitipkan pesan untukmu dan pergi menemui Hawks."
"Pesan?" Yukina menerima segelas susu hangat dari Aizawa dan langsung meminumnya. Dalam sekali tegak, susu tersebut dihabiskan Yukina yang berwajah datar. Aizawa sweatdrop melihatnya. 'Nih anak baru bangun sudah nggragas saja, ya.'
[A/N: Nggragas berasal dari kata "gragas" bahasa Jawa yang artinya nafsu. Jadi nggragas di sini artinya bernafsu terhadap makanan/minuman.]
"(Surname) meminta maaf karena membiarkanmu bertarung sendirian meski sebenarnya dia bisa keluar dari perangkap kristal," tutur Aizawa.
'Teman tidak ada akhlak,' batin Yukina sweatdrop. 'Teman macam apa yang membiarkan temannya bertarung sendirian sementara dirinya malah diam menonton?'
"Tapi dia berterima kasih padamu karena telah mengkhawatirkannya."
Yukina menghela napas pasrah. "Padahal baru bertemu dengannya, tapi aku sudah menyeretnya dalam bahaya," gumamnya lirih. "Yappari ... Keberadaanku memang membahayakan orang-orang di sekitarku. Kurasa lebih baik aku kemba-"
"Itu tidak benar," sangkal Aizawa. "Berkat kau, Snow Blood berhasil ditangkap. Bahkan Hawks-san tadi bilang dia sangat terbantu karenamu. Ditambah lagi, berita ini sudah menyebar ke seluruh Jepang. Ketakutan masyarakat terhadap Bloody Christmas kini menghilang."
"Bloody Christmas, huh?" Yukina bangkit dan berjalan mendekati jendela UKS. Langit "Karena inilah aku benci kelahiranku."
"Yukina," panggil Aizawa singkat. "Ikutlah denganku sebentar."
"Ke mana?"
"Ikut saja."
Yukina memakai blazernya dan berjalan mengekor di belakang Aizawa. Saat mereka sampai di depan kelas 1-A, Yukina menoleh bingung, "Bukankah kelas sudah berakhir? Atau jangan-jangan ... Kau akan menghukumku membersihkan kelas karena terlambat mengumpulkan tugas?"
"Sudah masuk saja," suruh Aizawa.
Yukina berkedip bingung. Dia menyentuh pintu penuh kewaspadaan, waswas jika ada jebakan di dalam sana. Namun, tangannya tidak merasakan sesuatu yang aneh. Karena penasaran, Yukina segera menggeser pintu tersebut dan-
"OTANJOUBI OMEDETOU, YUKINA!"
Yukina yang mematung di pintu mendadak dihujani konfeti aneka warna. Seluruh kewaspadaannya yang siap menyerang siapapun di balik pintu langsung hilang. Yukina terkejut, matanya terbelalak melihat teman-temannya berkumpul menyambutnya. Ruang kelas dihiasi dekorasi natal, ada kue dan tumpukan kado di meja. Sungguh perayaan ulang tahun yang mengagumkan.
"A-Apa yang terjadi di sini?" Yukina tergagap saking kagetnya. "Bagaimana kalian tahu ulang tahunku?"
"Aizawa-sensei yang memberitahu kami, kero," jawab Asui ceplas-ceplos.
Yukina langsung menoleh ke kanan, siap protes pada Aizawa. Namun ternyata, Aizawa sudah pergi tanpa dia sadari. 'SHOTA-SAN! KENAPA KAU MEMBERITAHU MEREKA?!' jerit Yukina dalam hati.
"Ayo, Yukina-chan! Mari kita rayakan ulang tahunmu!" ajak Uraraka. Dia hendak menarik tangan Yukina agar masuk ke kelas tetapi Yukina malah mundur menjaga jarak.
"Aku ... Menurutku, aku tidak pantas mendapatkan ini," ucap Yukina pelan. "Kenapa kalian merayakan ulang tahunku? Aku bukan orang yang spesial."
"Tentu saja kami harus merayakannya, baka! Jatah hidupmu 'kan berkurang setahun!" jawab Bakugo sarkas.
Suasana bahagia itu mendadak hening usai Bakugo bersuara. Yukina terdiam, sorot matanya meredup. Melihat ekspresi kesedihan Yukina, semua orang di kelas langsung menatap Bakugo dengan tatapan 'KAMU-SIH!', kecuali Todoroki. Kalau Todoroki tidak perlu menatap Bakugo tetapi langsung membakarnya hidup-hidup. Untung Midoriya sebagai teman yang baik hati berhasil mencegahnya.
"Sou ka. Kalian bahagia jika aku cepat mati, ya?" kata Yukina sedih.
"T-Tidak! B-Bukan begitu, Yukina!" jawab Midoriya panik. 'Oh iya, Yukina 'kan belum pernah merayakan ulang tahun sebelumnya. Wajar saja dia tidak mengerti soal ini.'
Bakugo mengabaikan pandangan teman-temannya. Dia merebut party popper yang Ashido pegang dan berjalan mendekati Yukina. Awalnya Ashido mau marah-marah karena barangnya direbut seenak jidat. Namun mengingat yang merebutnya adalah Raja Ledakan, dia pun mengurungkan niatnya.
"Kau itu benar-benar bodoh, ya?! Selama ini kau hidup di bawah batu atau bagaimana, sih?!" Bakugo bertanya dengan nada tinggi di depan Yukina. Yang ditanyai makin kebingungan, terbukti kepalanya sedikit tertoleh ke samping.
"Perayaan ulang tahun itu dilakukan untuk mensyukuri kelahiran seseorang juga sebagai doa agar dia hidup lebih baik di dunia ini!" jelas Bakugo kehabisan kesabaran. Dia menunjuk wajah tripleks Yukina, "Makanya pesta itu pantas diadakan untuk orang sepertimu!"
"Orang sepertiku?" ulang Yukina tak paham. 'Apa kelahiran seorang villain sepertiku pantas dirayakan?'
"Kau sangat bodoh, tidak peka, wajahmu selalu berekspresi datar seperti orang tida niat hidup!" tutur Bakugo secara terang-terangan menistakan Yukina. Dia meledakkan party popper dengan ledakan kecil dari tangannya. Konfeti berhamburan keluar di depan Yukina yang sedikit terkejut.
"Karena itu-" Bakugo menyeringai atau mungkin tersenyum kecil, "-Mulai sekarang, hiduplah dengan benar, Yukina."
Yukina tertegun. Matanya yang bertemu pandang dengan iris merah Bakugo berkilap tak percaya. Yukina menunduk, kedua tangan yang bertumpuk di dadanya meremas seragam kuat-kuat.
"O-Oi?" Bakugo yang tidak direspon Yukina semakin merasa bersalah. Dia hendak menyentuh pundak Yukina namun selotip Sero menahannya dan menariknya mundur.
"Sudah kubilang kita harus mengandangi Bakugo agar tidak merusak kebahagiaan Yukina," celetuk Sero. Teman-teman 1-A yang lain segera mengambil alih acara. Mereka memeriahkan suasana agar tidak canggung akibat Bakugo.
"N-Nee, Yukina-chan! Sato-kun membuatkan kue ulang tahun untukmu!" hibur Uraraka sambil menyodorkan piring yang menopang kue tar dengan banyak krim putih.
"Y-Ya," Sato mengangguk, "Kau suka yang manis-manis, 'kan, Yukina? Kuharap sesuai dengan cita rasamu."
"Aku juga punya kado untukmu!" Kirishima memberikan kado sambil tersenyum lebar.
"Kirishima, kau curang! Jangan mencuri start!" Kaminari menarik Kirishima agar tidak mendekati Yukina. "Kan aku sudah antre duluan sejak tadi pagi!"
"Aku sudah antre sebulan yang lalu," Todoroki yang membawa kadonya menyeletuk datar.
"Memangnya memberikan kado harus antre?!" teriak Bakugo dari belakang.
"Minna! Berbarislah yang rapi! Jangan membuat Yukina-kun kebingungan!" Iida masih berusaha mengatur anak-anaknya.
Suasana kelas seketika ramai karena penghuninya berebut member kado pda Yukina yang masih diam. Yukina merasakan gejolak batin dalam dirinya. Dia tak menyangka teman-temannya akan mengadakan pesta ulang tahun seperti ini untuknya. Benar, dia baru sadar bahwa dia tidak sendirian lagi.
"Minna ..." Yukina membuka suara, begitu pelan namun semua dapat mendengarnya. Semburat merah tipis menyebar di pipi saat Yukina menatap teman-temannya. Dia menutupi bibirnya yang tersenyum tipis dengan punggung tangan.
"Arigatou."
Kelas mendadak hening, jauh lebih sunyi dari sebelumnya. Penghuni kelas menganga syok. Yukina blushing? Mata mereka tidak salah lihat, 'kan? Sekali lagi, Yukina alias putrinya AFO itu blushing?!
YES! YES! YES! -Jotaro.
Tidak ada seorang pun yang menduga saat ini tiba juga setelah lebih dari 40 chapter dipublish. Mereka tidak menyangka menyangka Yukina bisa blushing seperti perempuan pada normalnya.
"ANJER KAWAII BANGET, WOI!" teriak Kaminari dan Mineta histeris.
Wajah Bakugo memerah hingga meledak dengan sendirinya. Midoriya juga, namun saltingnya justru terlihat lucu. Kirishima menangis jantan, terharu dengan perkembangan karakter Yukina. Todoroki ditemukan membeku dan tidak sadarkan diri dalam posisi berdiri akibat quirknya sendiri.
"Kora! Kalian ini ... " Jiro menepuk jidat, "Ini 'kan ulang tahun Yukina. Kenapa semua cowok di sini malah tumbang?"
"A-Ah, maaf. Seharusnya aku tidak bersikap seperti tadi," ucap Yukina menyesal.
"Maa, abaikan saja mereka, Yukina-chan!" Hagakure mendorong Yukina masuk ke kelas. "Yang penting sekarang, nikmati pestanya!"
Pesta pun berlanjut. Semua menyantap kue yang Sato buat usai Yukina meniup lilin dan memotongnya. Mereka bernyanyi, menari, dan bersenang-senang bersama menikmati malam natal tahun ini. Di sepanjang pesta, senyum tipis Yukina terus bertahan selama menatap teman-temannya yang bersukacita.
"Ada apa, Yukina?" tanya Todoroki.
"Ah, tidak," Yukina sejenak menutup bibirnya dengan tangan, menahan tawa kecil agar tidak keluar. Senyumannya semakin mengembang saat dia menoleh Todoroki. "Hanya saja ... aku bersyukur terlahir di dunia ini dan bertemu kalian."
Jantung Todoroki mulai tidak karuan. Pipinya memanas meski suhu ruangan tergolong dingin. Todoroki menjadi salah tingkah dan ikut menutupi bibirnya dengan tangan. "Aku juga," lirihnya.
"OI, SHITTYUKINA!" Bakugo yang berteriak memanggil Yukina sukses menghancurkan momen TodoYuki. "Kemarilah dan akan kulempar kotak ini ke mukamu!" serunya sambil mengangkat kadonya untuk Yukina.
"Oh, kau mau memberiku hadiah?" Yukina menghampiri Bakugo dengan polosnya. "Arigatou, Bokuto."
"ORE WA BAKUGO DA! KONO BAKA!" koreksi Bakugo kesal. Masa' landak disamakan dengan burung hantu?
"Kalau hadiah, aku juga punya hadiah untukmu, Yukina," celetuk Todoroki tidak mau kalah. Dia menyodorkan kotak putih berpita merah yang ukurannya lebih besar daripada Bakugo. Tentu saja Todoroki disambut baik oleh Yukina, tidak seperti Bakugo yang diacuhkan begitu saja.
"Otanjoubi omedetou, Yukina!"
Kelas A menyerahkan kado masing-masing kepada Yukina. Kadonya terlihat berwarna-warni sesuai identitas sang pemberi. Misalnya Midoriya dengan warna dominan hijau, Todoroki putih-merah, Bakugo oranye-hitam, Kirishima merah dominan, Kaminari kuning, Jiro ungu, Uraraka pink, Iida biru, dll. Yukina menerima semua hadiah yang diberikannya seraya tersenyum tipis.
"Arigatou, minna."
***
[Epilog]
Aizawa membuka pintu kamar Yukina sepelan mungkin, berusaha tidak membangunkan sang pemilik kamar yang tertidur pulas. Banyak kotak kado yang telah dibuka berhamburan di sana-sini. Dalam sekejap, kamar Yukina dipenuhi barang-barang baru yang merupakan hadiah ulang tahunnya dari 1-A.
Aizawa berjalan mendekat. Tangannya meletakkan sebuah boneka kucing di dekat Yukina yang masih tertidur. Terlihat sesobek kertas bertuliskan "HBD" yang terkalung di leher boneka.
"Otanjoubi omedetou, Yukina," bisik Aizawa pelan seraya mengusap kepala Yukina lembut. Dia menarik selimut yang tersibak untuk menyelimuti Yukina agar tidak kedinginan. Setelah itu, Aizawa keluar dari kamar Yukina tanpa menimbulkan suara sedikitpun.
Aizawa tidak sadar pipi Yukina kembali merona di tengah gelapnya kamar.
***
[Supplementary info]:
Daftar hadiah yang diberikan untuk Yukina:
Izuku Midoriya: action figure hero favorit Yukina (Saitama)
Katsuki Bakugō: konsol game terbaru
Shōto Todoroki: snow globe christmas dengan boneka Yukina dan Todoroki di dalamnya (Todoroki memesan kado ini secara eksklusif di toko natal terbaik seJepang)
Eijirō Kirishima: jaket hitam yang manly!
Denki Kaminari: jam tangan dan sepatu trendy
Ochaco Uraraka: kue mochi
Tsuyu Asui: gantungan kunci imut
Tenya Iida: buku ensiklopedia dan paduan memperbaiki akhlak
Kyōka Jirō: DVD player dan album band favorite Yukina (L*nk*n P*rk)
Momo Yaoyorozu: dress dan beberapa baju perempuan branded
Tōru Hagakure: jam plakat akrilik
Mina Ashido: novel romansa
Yūga Aoyama: lampu tidur mini
Mezō Shōji: syal musim dingin
Hanta Sero: washi tape bermotif imut
Mashirao Ojiro: kaset film action
Kōji Kōda: ensiklopedia hewan-hewan terimut di dunia
Rikidō Satō: kumpulan buku resep
Shota Aizawa: boneka kucing
Minoru Mineta: entahlah, Yukina sudah membuangnya sebelum dibuka.
[Jangan lupa mampir di chapter selanjutnya untuk melihat karya-karya yang telah terkumpul selama Dark Light Challenge, ya!]
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro