Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 5: U.A High School [2]

Setelah keributan akibat alarm sekolah yang berbunyi, situasi kembali kondusif. Para siswa masuk kelas masing-masing untuk melanjutkan pelajaran.

Saat ini, Yukina dan Midoriya berdiri di depan kelas untuk menentukan pengurus yang lain. Midoriya masih saja gemetaran saking gugupnya sedangkan Yukina berwajah datar. Yukina mendehem keras untuk menyadarkan Midoriya.

"S-Sekarang, mari kita tentukan pengurus kelas yang lain," ucap Midoriya gugup. "Tapi sebelum itu, aku ingin mengatakan sesuatu. Kupikir.. Iida Tenya-lah yang harus menjadi ketua kelas!" lanjutnya.

Kirishima dan Kaminari menyetujui usulan itu karena mereka ikut melihat kehebatan Iida dalam mengendalikan situasi di koridor tadi.

'...Siapa?' tanya Yukina dalam hati. Wajar saja dia tidak tahu karena asyik terjun ke TKP saat ada keributan di koridor. Yah, walau sebenarnya Yukina juga tidak peduli soal itu.

Dan telah diputuskan, ketua kelas 1-A adalah Iida Tenya dan wakilnya adalah Yukina.

"Dalam Latihan Dasar Kepahlawaan hari ini, aku, All Might, dan satu orang lagi akan menjadi pengawas kalian," Aizawa kembali menjelaskan. Wajah murid-muridnya terlihat bingung, terutama Yukina yang baru saja masuk ke sekolah pahlawan itu.

"Sensei! Apa yang akan kita lakukan?" tanya Sero sambil mengangkat tangannya. Pertanyaan itu dijawab Aizawa dengan memperlihatkan kartu bertuliskan RESCUE warna biru.

"Bencana, kapal selam, dan hal-hal semacamnya. Latihan Penyelamatan."

'Mendokusai. Padahal aku menantikan latihan bertarung,' batin Yukina kecewa. Dia belum pernah menyelamatkan orang sebelumnya. Lagipula, dengan kekuatannya yang destruktif, Yukina tidak yakin dapat menyelamatkan orang -atau justru melukai mereka.

"Hei, belum selesai," potong Aizawa di tengah hiruk-pikuk muridnya yang bersemangat.

"Kali ini kalian bebas memilih ingin memakai kostum atau tidak. Karena ada kemungkinan kostum itu malah akan menghambat kalian nantinya. Untuk Yukina, kostummu sudah selesai. Di loker nomor 21," Aizawa menekan sebuah remote dan loker penyimpanan kostum di sebelah kanannya terbuka. Di sana terdapat koper bertuliskan angka warna hijau. Yukina menjawabnya dengan anggukan.

"Latihan kali ini diadakan di luar sekolah. Kita akan naik bus ke sana. Bersiaplah," Aizawa mengakhiri penjelasannya dan keluar kelas.

Para murid 1-A segera mengambil kostum mereka, begitu pula dengan Yukina. Sebenarnya dia menyerahkan desain kostumnya pada Midnight setelah introgasi selesai kemarin.

Menurut Yukina, quirknya tidak membutuhkan perlengkapan khusus sehingga ia tidak memusingkan bagaimana bentuk kostum. Asalkan nyaman dipakai itu sudah cukup bagi Yukina.

"Yukina-chan!" Uraraka menghampiri Yukina yang telah mengambil kostumnya. "Mari ke ruang ganti bersama!" ajaknya dengan semangat. Di belakangnya terlihat siswi lain yang ikut tersenyum. Yukina hanya mengangguk.

Mereka berjalan menuju ruang ganti bersama. Selama perjalanan, siswi 1-A memperkenalkan diri mereka pada Yukina. Sedangkan Yukina hanya diam mendengarkan karena dia canggung saat bersosialisasi dengan orang baru -ia tidak punya teman sebelumnya.

[Kelemahan Yukina No. 4: Kikuk dalam bergaul.]

Tiba-tiba Yukina berhenti. Semua siswi menoleh bingung. Yukina menunjuk kamar mandi putri, "Aku mau ke kamar mandi sebentar," jelasnya singkat.

"Kalau begitu, kami duluan, ya. Ruang gantinya ada di sana," ucap Uraraka menunjuk pintu bertuliskan huruf "W". Yukina mengangguk dan segera menuju kamar mandi.

Ruang Ganti Putra..

"Hei, menurut kalian, Yukina itu bagaimana?" tanya Kirishima pada teman-temannya yang sedang berganti kostum.

"Dadanya besar, tubuhnya seksi," jawab Mineta penuh nafsu. Seluruh kaum adam di ruang ganti langsung memerah malu mendengarnya.

"Bukan soal tubuhnya," sahut Kirishima sweatdropped. Dia berusaha mengubah pembicaraan sebelum makin sesat akibat jawaban Mineta.

"Maksudku, lihatlah saat keributan tadi. Dia terjun ke bawah untuk melihat langsung. Sungguh cewek yang menarik, ya?" lanjut Kirishima.

"Yah, meski begitu dia tidak ada kawaii-kawaiinya. Senyum atau ngomong apa gitu, kek!" sahut Kaminari sebal.

Mineta berdecak-decak sambil mengusap dagunya sendiri. "Kau salah, Kaminari! Itu namanya cool-beauty. Di balik wajah dinginnya itu pasti menyimpan sisi feminim. Cewek biasanya begitu," jelasnya penuh percaya diri.

Midoriya ber-wah takjub. "Sasuga putri Aizawa-sensei. Aku yakin kemampuan bertarungnya tidak diragukan lagi. Dan quirknya tadi.. Aku tidak tahu apa tapi itu sangat hebat..." Midoriya kembali berkomat-kamit seperti dukun. Seluruh ruang ganti dipenuhi oleh kalimat-kalimat Midoriya yang berdengung.

Bakugo mengeratkan giginya emosi. "BERISIK, DEKU SIALAN! DIAMLA-"

Kriett!! Pintu ruang ganti putra dibuka oleh seseorang. Sontak semua orang mengalihkan pandangan mereka ke ambang pintu. Terlihat Yukina yang berdiri dengan berwajah datar. Di hadapannya nampak pemandangan kaum adam yang bertelanjang dada.

Seketika itu, Kaminari dan Mineta menjerit jantan karena auratnya dilihat Yukina.

"Oh. Bukan di sini rupanya," ucap Yukina datar tanpa dosa. Dia kemudian berbalik pergi. Para siswa langsung sweatdropped berjamaah.

"TUNGGU SEBENTAR! Jangan langsung pergi begitu saja seakan-akan tidak terjadi sesuatu!" cegah Kaminari.

Mineta mengangguk setuju. "Benar! Seharusnya mengintip itu pekerjaan kami, tahu!"

"Itu bukan pekerjaan," sahut kaum adam lainnya tidak terima.

Yukina menoleh bingung, "Apa?"

"Kau baru saja melihat kami, para cowok tampan tanpa baju! Seharusnya kau malu dan berteriak 'Kyaa!!~' atau semacamnya, dong!" jelas Kaminari frustrasi. Dia sangat kebelet melihat sisi feminim Yukina rupanya.

"Hah? Kenapa aku harus melakukan hal merepotkan seperti itu? Mendokusai," sahut Yukina datar.

JDERR!! Kaminari dan Mineta bagai disambar petir di siang bolong mendengar respon Yukina yang di luar ekspetasi mereka. Suasana seketika sunyi senyap karena kaum adam tidak tahu harus berkata apa lagi.

Bakugo mendecih sebal, "Sialan! Aku tidak peduli apa katamu. Cepat tutup pintunya dan pergi dari sini, murid baru!" perintahnya emosi.

Yukina menghela napas dan menutup pintu dengan ogah-ogahan. Setelah itu, ia menuju ruang ganti putri yang ternyata ada di sebelahnya.

'Sasuga Kacchan / Bakugo,' batin Midoriya dan siswa lainnya sepemikiran.

"Cih! Bagian mananya yang feminim?" gerutu Bakugo pelan.

Setelah seluruh murid selesai berganti kostum, mereka berkumpul di depan gerbang.

Yukina takjub dengan desain Midnight. Sebuah kostum hero berupa kemeja putih tanpa lengan yang dilapisi rompi hitam panjang berhoodie. Untuk bagian bawah, Yukina memakai rok lipat pendek yang memudahkannya dalam bergerak.

( © Waterkuma )
( https://danbooru.donmai.us/posts/2967634 )

Suara peluit membuat semua murid 1-A mengalihkan perhatiannya pada Iida. Selaku ketua kelas, Iida menyuruh teman-temannya untuk berbaris dan memasuki bus dengan tertib. Mereka memasuki bus dan segera duduk di tempat yang diinginkan.

Yukina segera mencari tempat duduk yang kosong. Ia melihat kursi kosong di sebelah Todoroki dan segera ke sana. "...Bolehkah aku duduk di sini?" tanya Yukina pelan.

Todoroki membuka mata. Iris heterochromianya menatap Yukina yang masih berdiri. "Tentu," jawabnya singkat. Mendengar jawaban itu, Yukina segera duduk di sebelah Todoroki.

Suasana canggung di antara mereka. Todoroki hanya berdiam diri tanpa ada niat untuk membuka topik pembicaraan. Sementara itu Yukina mulai merasakan kantuk yang perlahan menguasai dirinya.

[Kelemahan Yukina No. 5: Mudah mengantuk.]

"Todoroki Shoto," ucap Todoroki tiba-tiba, menyadarkan Yukina yang hampir saja tertidur. Yukina sedikit menoleh, "Aizawa Yukina, panggil saja Yukina. Salam kenal, Todoroki," balasnya.

Todoroki hanya mengangguk kemudian kembali menutup matanya. Suasana di antara mereka kembali hening. Hanya ada suara perdebatan antara Bakugo dengan murid lain yang ada di depan mereka.

Asui menyelutuk, "Bakugo-chan selalu emosi jadi tidak akan populer."

Muncul perempatan di kepala belakang Bakugo, tanda bahwa dia tersinggung. "Apa maksudmu?! Ngajak ribut, ya?!" teriaknya sambil bangkit dari kursi bus.

Yukina memperhatikan Bakugo dari belakang. 'Orang ini.. Aku merasa dia sangat kuat, tapi... Rasanya ada yang aneh..'

Di matanya sekarang, terlihat bayangan hitam di dalam diri Bakugo -entah apa itu. Karena kekuatannya berhubungan dengan kegelapan, Yukina dapat merasakan energi negatif yang ada di tubuh orang lain.

Asui tersenyum usil karena menyadari Yukina terus menatap Bakugo. Yukina yang merasa ada yang aneh dari tatapan Asui segera mengalihkan pandangannya dari Bakugo.

"Padahal kita belum dekat satu sama lain tetapi semua orang sudah tahu sifatmu yang sehitam selokan, hebat juga kau," sahut Kaminari sarkastis.

"Apa-apaan perumpamaanmu itu, brengsek?!" Bakugo semakin emosi.

Dan begitu seterusnya, Bakugo yang emosi terus berdebat dengan teman satu kelasnya. Yukina sendiri merasa kantuknya semakin tidak tertahankan. Ia menutup matanya dan mencoba tidur. Kepalanya jatuh di pundak kiri Todoroki. -dalam cerita ini belum dibekukan-

Todoroki yang merasa ada beban di pundaknya seketika membuka mata. Ia melihat gadis yang bersandar di bahunya, Yukina benar-benar sudah terlelap.

"Hangat.." gumam Yukina pelan tetapi telinga Todoroki masih dapat mendengarnya.

Todoroki terkejut, baru pertama kali ini ada orang yang berkata seperti itu padanya. Terlebih lagi mengenai sisi kirinya yang sangat ia benci. Yukina mengatakannya dengan polos -entah sadar atau tidak, tanpa tahu betapa bencinya Todoroki terhadap sisi kirinya.

Awalnya Todoroki berniat menyingkirkan kepala Yukina dari pundaknya. Namun setelah mendengar gumaman itu, Todoroki menjadi enggan untuk melakukannya. Seperti ada sesuatu yang menahannya untuk tetap membiarkan kepala itu terus bersandar di pundaknya.

Dan juga, wajah polos Yukina ketika tidur membuat Todoroki tidak tega membangunkannya.

Pada akhirnya, Todoroki membiarkan Yukina terlelap di pundaknya selama perjalanan. Sementara ia memilih untuk melihat pemandangan di luar jendela bus sambil memikirkan apa maksud 'hangat' yang ia dengar.

"Kita hampir sampai. Sudah cukup bercandanya," kata Aizawa yang berdiri di dekat pintu, menghentikan perdebatan antara Bakugo dengan Kaminari-Iida.

Aizawa melihat Yukina yang terlelap di pundak Todoroki, 'Dia itu.. Masih saja bisa tidur di saat-saat seperti ini.'

#5

Huh?
Why should I have to do such troublesome things like that?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro