Chapter 41: Shigaraki Yukina: Rising [2]
Nungguin, ya? ( ͡° ͜ʖ ͡°)
Apakah chapter ini bisa dapet 500+ votes? Yok bisa yok! Dukung authornya agar semangat update + mumpung lagi liburan semester, yay! 🦖
Happy reading!
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jika boleh jujur, sebenarnya Hawks sama sekali tidak tertarik dengan hero generasi selanjutnya, apalagi jika harus membimbing mereka. Dia bukan hero berakhlak mulia yang cocok menjadi mentor para penerus dunia kepahlawanan. Hawks lebih memilih bersantai seharian, ngemil ayam goreng sambil bermalas-malasan daripada repot-repot merekrut sidekick di agensinya.
Hawks sih inginnya begitu, tapi misi dari Komisi Kepahlawanan membuat ia harus melupakan hari santainya. Katakan selamat tinggal pada liburan musim panas yang telah diimpi-impikan. Libur hanya mitos. Buktinya sekarang Hawks berada di U.A., mendengarkan sang kepala sekolah akademi kepahlawaan itu bercerita tentang targetnya di sepanjang perjalanan mereka usai keluar ruang konferensi.
"Apakah kau pernah bertemu dengan Yukina sebelumnya?"
"Hai'," Hawks menjawab, "Ketika kami bertemu, hal pertama yang dia lakukan adalah memojokkanku ke lantai dan menantangku bertarung. Mengejutkan, bukan? Mana ada orang yang mengajak bertarung saat pertemuan pertama."
"Begitu, ya. Sebagai sensei, aku minta maaf atas perbuatan tidak menyenangkannya kepadamu," kata Nezu yang mewakili Yukina untuk minta maaf. "Yukina memang terobsesi dengan orang yang lebih kuat darinya. Ini hanya pendapatku pribadi, tapi sepertinya dia sedang mencari sosok hero bagi dirinya sendiri."
"Sosok hero?" Hawks mengangkat salah satu alis tanda tak mengerti.
"Sama seperti semua orang yang mengidolakan All Might, Yukina juga butuh figur seorang hero dalam hidupnya. Tidak peduli sekuat apa pun seseorang, pasti ada saat dimana dia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri," Nezu menunjuk Hawks, "Siapa tahu, kaulah hero yang tepat untuk Yukina."
"Bwahahaha!" Hawks kelepasan tertawa. Tangannya terkibas-kibas seakan menepis ucapan Nezu, "Muri desu yo, Kouchou-sensei. Aku tidak seheroik itu untuk orang seambisius dia."
Hawks tidak merendah, karena menurutnya Yukina tidak membutuhkan hero. Dialah hero bagi dirinya sendiri. Opini Hawks yang semula tak berdasar itu kini semakin menguat saat dia bertarung melawan Yukina secara langsung. Memang Hawks tidak sepenuhnya bertarung seperti melawan villain karena secara teknis dia hanya "menguji" Yukina dalam ujian praktik. Namun dalam prosesnya, Hawks merasa seperti nyawanya bisa melayang kapan saja.
P.Mic: "Pertarungan antara Night Nova versus Hawks masih berlanjut! Siapakah yang akan menang, Hero or Villain?!"
Persimpangan jalan tak jauh dari gerbang keluar menjadi gelanggang pertempuran antara Yukina dan Hawks. Puluhan pilar hitam yang membentuk sangkar mengangkasa itu mengurung dua orang di dalamnya. Mereka berdiri berseberangan. Hawks masih berdiri tegap sementara lawannya, Yukina jatuh terduduk dengan berpegangan pada pedang kegelapan yang tertancap di tanah.
"Kau bahkan sudah tidak sanggup berdiri, tapi kenapa masih bersikeras melanjutkan pertarungan?" Hawks bertanya heran. Entah karena penasaran semata atau merasa iba, tidak tega untuk menyerang gadis yang terluka parah sehingga menyuruhnya menyerah. Sifat keras kepala Yukina itu membuat Hawks semakin tidak nyaman tanpa alasan yang jelas.
"Pantang menyerah memang bagus, namun dalam situasi seperti ini seharusnya kau-"
"Diamlah."
Hawks tertegun saat ucapannya dipotong Yukina dengan tegas. Dia tidak tahu bahwa gadis di hadapannya itu paling tidak suka dinasihati apalagi disuruh melakukan sesuatu yang bertentangan dengan dirinya. Jangankan ucapan orang lain, ucapan ayahnya sendiri saja masuk telinga kanan keluar telinga kanan alias mental. Mungkin satu-satunya manusia di dunia ini yang ucapannya akan didengarkan Yukina hanyalah pawangnya, Aizawa Shota.
"Berhentilah berbicara seolah-olah kau sudah menang. Aku ... masih belum menyerah," Yukina mengambil kembali jubahnya yang tergeletak di tanah dan memakainya. "Mulai dari sini, aku akan menyerangmu habis-habisan."
Hawks berkedip tak percaya, gadis itu masih sanggup berdiri meski kakinya terluka parah. Padahal sebenarnya Hawks sengaja menyerang kaki Yukina untuk melumpuhkan pergerakannya dan mengakhiri pertarungan ini secepatnya. Namun ternyata, Yukina lebih tangguh dari yang dia kira. Cedera kaki dan patah tulang seakan tidak menghalangi dirinya untuk meraih kemenangan.
"Kau pikir dengan menyerang kakiku saja itu cukup untuk menghentikanku? Dasar amatir," Yukina menyeringai lebar. "Sejak awal aku sudah menduga kau akan melumpuhkan pergerakanku, makanya aku menciptakan teknik khusus untuk melawanmu."
Sepasang sayap mengembang keluar di belakang punggung Yukina. Sayap kirinya berwarna hitam karena tercipta dari kegelapan, sedangkan sayap kanannya berwarna putih dari cahaya. Hawks terperangah, menatap tak percaya atas pemandangan yang dia lihat. Begitupula dengan semua orang yang menyaksikan siaran pertarungan dari layar monitor.
P.Mic: "I-INI?! T-Tidak dapat dipercaya! Night Nova menciptakan sepasang sayap seperti Hawks!"
"Jadi itu alasannya kenapa dia selalu naik ke atap setiap pulang sekolah," ucap Todoroki yang kini mengerti. Dia teringat sebelumnya mengikuti Yukina ke atap namun tidak menemukan keberadaannya di sana (Chapter 37). "Yukina butuh tempat tinggi untuk mencoba teknik itu. Dia pasti telah berlatih keras untuk saat-saat ini."
"Pantas saja langit-langit kamarnya sampai rusak parah. Dia bahkan melatihnya di dalam rumah," Aizawa yang berada di ruang lain pun menghela napas pelan. Ternyata selama ini dia sadar bahwa kamar Yukina menjadi arena latihan setiap malam (Chapter 38).
"Tak kusangka kau bisa berkembang sejauh ini," Hawks kehilangan kata-kata untuk mengomentari aksi Yukina. "Kau bahkan sampai repot-repot menciptakan teknik yang sama dengan lawanmu."
"Teknik yang sama?" Yukina mengulang dengan nada dingin. Ketidaksukaannya terdengar jelas dan diperkuat oleh tatapan tajamnya. "Jangan samakan teknik ini dengan quirkmu, Hawks-san. Sayapmu hanyalah bulu telekinesis, sedangkan sayapku adalah hasil gabungan dari semua yang telah kudapatkan selama ini."
'Gabungan?' Hawks mengernyit heran, 'Dilihat dari manapun, itu hanya sayap biasa. Sepertinya dia akan mengubah pertarungan ini di udara.'
"Maa, kau akan tahu jika mencobanya langsung," Yukina berucap seperti menawari makanan kepada Hawks. Dia menyatukan tangannya di atas kepala. Sebilah pedang perlahan termanifestasikan, memanjang hingga ujung. Di sekitarnya muncul bara kegelapan dan kerlipan cahaya. Mata Yukina berubah merah menyala, dengan kilatan tajam melirik senjata terakhir yang menjadi kunci kemenangan dalam pertarungan ini.
"Ini adalah teknik terkuat yang kuciptakan, setidaknya untuk saat ini," Yukina mengayunkan pedangnya, "Fallen Angel."
Hawks tertegun hingga lupa tak berkedip. 'Dia menyatukan quirknya dalam sebuah pedang?' batinnya tak percaya.
P.Mic: "Night Nova mengeluarkan kartu asnya di saat-saat terakhir! Dia berniat melawan Hawks dengan segala yang diamiliki! Inilah puncak pertarungan terakhir, it's now or never!"
Dalam satu kedipan mata, Yukina telah berada di hadapan Hawks dengan posisi siap mengayunkan pedangnya. Hawks terkejut, refleksnya bekerja aktif menahan serangan Yukina dengan pedang bulunya. Trang! Bunyi dua pedang yang beradu pun terdengar. Percikan partikel hasil gesekan dua senjata bertaburan ke sekitarnya.
Yukina menyeringai kecil, "Apa kau tahu kisah The Fall of Icarus?" tanyanya di tengah-tengah pertarungan.
Adu pedang yang berlangsung kurang dari lima detik itu awalnya seimbang. Namun saat Yukina mendorong pedangnya lebih kuat lagi, Hawks mulai beringsut mundur. Bara kegelapan dan cahaya dalam pedang Yukina yang semakin berapi-api seketika membakar pedang bulu Hawks.
'D-Dia ini ... ?!' Hawks terbelalak tak percaya melihat pedangnya terbakar.
Mengetahui pedang bulu Hawks hangus, Yukina menambah energi yang lebih besar lagi dalam pedangnya. Jalan beraspal di bawah mereka langsung retak dan menjorok ke dalam akibat serangan tersebut. Hawks pun terhempas jauh ke belakang hingga menabrak tiang sangkar, bahkan sayap di punggungnya pun tak dapat menahan hempasannya.
Hawks sejenak meringis kesakitan. Menyadari ada serangan lagi, dia langsung menghindar dengan terbang berpindah posisi. Benar saja, Yukina datang dari atas dan hendak menusuknya tanpa ragu. Yukina tak menyangka Hawks dapat bangkit secepat itu dan bereaksi terhadap serangannya.
Setitik keringat jatuh melewati pipi Hawks, lawannya benar-benar serius sekarang. Jika saja dia terlambat menghindar, pasti dirinya sudah dilarikan ke ruang jenazah saat ini juga. Bahkan dampak serangan Yukina yang miss itu sanggup merusak jalan beraspal hingga tampak seperti terinjak titan kolosal.
'Tch, dia bisa menghindarinya, ya,' Yukina melirik tajam Hawks yang melayang tak jauh darinya. 'Aku hanya mampu mempertahankan teknik ini selama satu menit. Aku harus segera mengakhirinya dalam sekali serangan.'
Yukina berinisiatif menyerang kembali. Pertarungan di udara pun terjadi. Adu kecepatan antarpetarung itu tidak dapat diikuti oleh mata orang biasa. Saking cepatnya, yang terlihat adalah perbenturan pedang yang saling berteleport ke sana-sini. Sekilas Yukina tampak unggul dengan kombinasi quirk-nya. Namun yang sebenarnya terjadi adalah ... Meskipun Yukina telah memaksakan diri bergerak dengan kecepatan maksimal, Hawks masih sanggup mengikutinya. Serangan dari berbagai sudut berhasil Hawks halau meski harus mengorbankan beberapa bulunya karena terbakar.
Yukina mengeratkan giginya, menahan kesal karena Hawks dapat bertahan dari semua serangan yang dia layangkan. Di satu sisi, dia harus segera mengakhiri pertarungan karena tubuhnya mulai merasakan sakit akibat beban quirk yang perlahan menggerogoti. Di sisi lain, semua serangannya tidak ada yang berhasil meski telah menggunakan segenap kekuatannya.
Pip! Pip! Pip! Sarung tangan kiri Yukina memunculkan notifikasi peringatan. Tertulis peringatan [ Warning! Your heart rate rose above 120 BPM! ] di monitor mini, menandakan bahwa detak jantung Yukina meningkat drastis melebihi keadaan normal.
Yukina mengabaikan peringatan tersebut dan terus menyerang dengan membabi buta. Dirinya sedang dibanjiri hormon adrenalin karena berada dalam situasi pertarungan yang sengit. Seiring waktu berjalan, tubuhnya semakin tidak kuat menahan beban quirk-nya sendiri. Hingga pada satu momen, Yukina terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Ugh!" Yukina meringis menahan sakit, 'Cih! Kenapa di saat-saat seperti ini-'
Hawks tidak menyia-nyiakan kelengahan Yukina itu. Pedang kegelapan dan cahayanya yang melemah itu dapat ditangkis Hawks dengan mudah. Yukina terentak ke belakang, pertahanannya terbuka lebar sekarang.
P.Mic: "NOOO~!! Night Nova terdesak! Apakah keadaan mulai terbalik sekarang?!"
'Shimatta!' Yukina tertegun panik, bersamaan dengan sayapnya yang memudar. Di hadapannya tampak Hawks bersiap mengayunkan pedang ke arahnya. Tidak salah lagi, ini adalah kesempatan emas bagi Hawks untuk membalikkan keadaan.
'Aku sudah menunggu saat-saat ini!' Hawks menerjang Yukina.
Dalam momen singkat itu, Hawks terhenti membeku ketika melihat lawannya tersenyum lebar. Begitu pasrah namun tampak dipenuhi kebahagiaan. Figur Yukina mulai blur, tergantikan oleh sosok wanita berambut hitam yang sangat Hawks kenal.
"... ?!"
Seketika Hawks membalik mata pedangnya, menebas Yukina dengan bagian yang tumpul. Srash! Tebasan pedang itu seakan memecah angin di sekitar mereka. Mata Hawks dapat melihat semuanya dalam slow motion. Tubuh Yukina yang terhempas ke belakang mulai memudar, layaknya kepulan asap yang tertiup angin dan menghilang perlahan.
'Huh?!' Hawks terbelalak kebingungan. Menyadari yang dia tebas hanyalah bayangan Yukina, Hawks melirik sekitar untuk mencari sosok Yukina yang asli. 'Di mana dia?'
"Akulah yang menang."
Tiba-tiba Yukina muncul dari arah belakang dengan sebilah pedangnya yang berkobar. Hawks tersadar dan menoleh, mendapati Yukina menatapnya tajam seperti seekor predator yang telah mengincar mangsanya sejak lama. Keterkejutan serta ketakutan bercampur menjadi satu dalam diri Hawks yang membatu. Sejenak kengerian memenuhi tubuhnya hingga menyebabkan kelumpuhan sementara.
SLASH!
Detik selanjutnya, pedang Yukina yang terayun layaknya kilat itu sukses mengenai bagian belakang Hawks yang terbuka tanpa pertahanan. Hawks pun jatuh dengan keras, terhempas ke jalanan beraspal di bawahnya. Bahkan suara dentuman jatuhnya pun terdengar memekakkan telinga. Debu-debu tanah yang tebal mulai berputaran dan menghalangi penglihatan. Kamera pengawas tidak dapat menampilkan apapun karena terhalang abu pertarungan.
P.Mic: "A-APA YANG SEBENARNYA TERJADI DI SANA?! Aku tidak dapat melihat apapun! Pertarungan terakhir yang dahsyat ini, bagaimanakah hasilnya?!"
Tak lama kemudian, kepulan debu yang menutupi pandangan mulai menipis dan lenyap. Sangkar hitam yang mengurung para petarung juga telah menghilang. Pemandangan pertama yang dapat dilihat adalah Hawks tertelungkup tak berdaya yang mana seluruh sayapnya hangus tak tersisa. Tak jauh darinya, Yukina berdiri dengan napas tak beraturan juga keringat yang bercucuran.
"Mendokusai ..." Yukina yang menghela napas panjang itu mengusap keringatnya dengan pungung tangan. Dia menoleh ke arah Hawks yang tergeletak di tanah, "Sampai membuatku memakai dua quirk sekaligus, kau adalah lawan yang sangat merepotkan, Hawks-san."
[ Present Mic: "Kujelaskan sekali lagi! Shigaraki Yukina. Quirk: Cahaya-Kegelapan! Quirk-nya merupakan kombinasi antara cahaya dan kegelapan. Dia dapat menggunakan salah satu elemen maupun keduanya sekaligus selama pertarungan! Quirk ini sangat mengerikan, sama seperti akhlak penggunanya! OOF!" ]
"Itte ... Kau benar-benar tidak bisa menahan diri, ya," Hawks mencoba bangkit. Tubuhnya bergetar tak stabil karena menerima serangan telak dari Yukina. Punggungnya sekarang terasa begitu panas seperti dibakar api Endeavor, bahkan jaket bulunya pun ikut hangus.
"Kurasa ... aku sudah tidak bisa meneruskan pertarungan. Aku kalah," ungkap Hawks yang kini duduk sambil mengusap kepala belakangnya dengan kikuk. Dia mengangkat kedua tangannya ke atas, tanda bahwa dirinya menyerah. "Aku tidak ingin menjadi ayam goreng di tanganmu."
"Jangan mengatakan hal bodoh seperti itu, menyebalkan," Dengan langkah yang terseok-seok, Yukina berjalan mendekati Hawks. Dia mendudukkan diri di sebelah Hawks dengan menghadap arah yang berlawanan.
"Aku tahu kau menahan diri saat serangan terakhir," tutur Yukina pelan. "Kau mengubah sudut pedangmu dan menyerangku dengan sisi tumpul."
Hawks tertegun mendengar ucapan Yukina yang lirih itu. Kepalanya menoleh, menatap Yukina yang berwajah tidak senang meski ekspresi datarnya masih bertahan.
"Kenapa?"
"Itu karena ... " Hawks mengalihkan pandangannya sejenak, "Aku seperti mengalami halusinasi saat bertarung denganmu. Itu tadi adalah ilusi yang membuatku teringat seseorang yang seharusnya tidak kupikirkan ketika bertarung."
"Pfftt..."
Ucapan sendu Hawks itu direspon dengan gelak tawa yang ditahan oleh Yukina. Hawks menoleh kebingungan, tampak Yukina yang menutup mulut dengan tangan sambil memunggungi Hawks agar tidak terlihat bagaimana wajahnya saat tertawa. Jaim emang.
"Kenapa kau malah tertawa?" tanya Hawks heran.
"Aku tidak tertawa," balas Yukina datar, seketika kembali dingin seperti biasanya. "Memang benar yang kau lihat tadi adalah ilusi, tapi bukan aku yang membuatnya."
"Tunggu, apa?" Hawks mencoba mencerna ucapan Yukina. "Lalu bagaimana ilusi itu bisa terlihat jika bukan kau yang membuatnya?"
"Fatamorgana," jawab Yukina singkat. Dia menyentuh aspal yang rusak parah akibat pertarungannya dengan Hawks, sama seperti yang dia lakukan sebelumnya sebelum mundur sementara (Chapter 40). Aspal terasa begitu panas karena terbakar sinar matahari di siang hari.
"Arena pertarungan kita ini sebenarnya adalah urban heat island, sebuah wilayah metropolitan yang lebih panas dibandingkan daerah sekitarnya. Tanah di sini telah dimodifikasi menggunakan material yang menyimpan panas," jelas Yukina. "Aku menyadarinya saat jatuh berkali-kali ke aspal gara-gara kau, dan juga ... berkat magang di agensi Endeavor."
'Dia bisa tahu detail arena pertarungan selagi melawan musuhnya?' Hawks terdiam takjub, 'Kemampuan observasinya hebat sekali.'
"Terik matahahari yang panas dan penggunaan quirk cahaya di lokasi seperti ini sangat mendukung terjadinya fatamorgana. Ditambah lagi, aku sudah menghancurkan visormu. Tentu saja kau akan melihat ilusi optik sejelas itu," kata Yukina tenang.
"Jadi, begitu rupanya," timpal Hawks yang sekarang paham. "Sejak awal kau bertarung sambil menganalisa lawanmu. Sadar bahwa tidak bisa menang dengan modal otot saja, kau pun menyusun rencana dan mengeksekusinya step by step."
Hawks mulai menghitung dengan jarinya, "Pertama, kau sengaja mengincar visorku agar penglihatanku terganggu. Kedua, kau memancingku ke lahan luas untuk menghindari kerusakan masif. Ketiga, kau mengajakku bertarung di udara sambil menunggu kesempatan untuk menyerang balik."
"Um," Yukina mengangguk singkat.
"Maa, itu hanya garis besarnya, sih. Aku yakin yang ada di kepalamu lebih rumit dari apa yang kujelaskan," Hawks terkekeh pelan. Ternyata selama ini dirinyalah yang dipermainkan Yukina. Semua rencana Yukina berjalan mulus tanpa disadari olehnya.
"Kau melupakan langkah terakhir," Yukina merogoh sesuatu dari sakunya, sebuah borgol berwarna kuning yang terbuat dari besi. "Terakhir, setelah lawanku kalah, aku harus segera menangkapnya meskipun sebenarnya aku ingin sekali menghabisinya."
Klik! Borgol pun terpasang di tangan Hawks dan Yukina yang duduk bersebelahan. Pemasangan borgol itu berjalan mulus tanpa ada perlawanan dari Hawks. Dia tampak pasrah, membiarkan Yukina memborgol tangannya begitu saja. Toh pertarungan sudah berakhir, tidak ada gunanya melawan. Keduanya juga sudah kehabisan tenaga untuk melanjutkan pertarungan.
"Dengan begini, kau telah lulus, ya ..." Hawks memandangi borgol yang terpasang di tangannya. "Kurasa aku harus menarik kembali ucapanku tentang-"
Perkataan Hawks terpotong oleh suara tumbangnya tubuh Yukina ke tanah. Gadis itu tampak kesulitan bernapas, ditandai dengan dadanya yang naik turun tak beraturan. Dengan pandangan yang kian memburam, mata Yukina menatap sayu langit biru di atasnya.
"G-Gomen, Recovery Girl," lirih Yukina. Setitik darah keluar dari sudut bibirnya. "Sepertinya aku ... akan merepotkanmu lagi."
"Yukina!" Hawks segera memeriksa keadaan Yukina. Dia sedikit mengangkat tubuh kecilnya dari tanah. Betapa terkejutnya Hawks mengetahui tangannya dipenuhi darah yang berasal dari punggung Yukina. Meski tertutupi jubah dan kostum hero, Hawks tahu punggung Yukina pasti terluka akibat memunculkan sayap buatan sebelumnya.
'Lukanya parah sekali. Dia juga kehilangan banyak darah,' Hawks menatap nanar Yukina yang tidak sadarkan diri. 'Bagaimana mungkin dia bertarung dengan kondisi seperti ini?'
Hawks pun bangkit sambil menggendong Yukina di depan dada. Dia bergegas meninggalkan lokasi ujian dan menuju ruang perawatan. Recovery Girl pasti sudah bersiaga di sana dengan segala omelannya.
'Kecerdasan, kemampuan bertarung, dan indra pertempurannya bukan level anak SMA lagi. Setelah berhadapannya dengannya tadi aku jadi semakin yakin. Bagi si Yukina ini, bertarung adalah hal alami layaknya bernapas.'
Hawks melirik Yukina yang ada dalam gendongannya. Helaan napas panjang dia embuskan perlahan. "Hadeh, cewek ini bikin overthinking saja."
[ Aizawa Yukina telah lulus! Seluruh pertandingan untuk ujian praktik kelas 1-A telah selesai! ]
[Extra]:
Siaran dari pengeras suara di plaza pusat mengakhiri ujian praktik kelas 1-A, ditutup dengan lulusnya Yukina. Semua orang mendengarnya terkejut sekaligus takjub. Mereka bersorak bahagia dan bertepuk tangan sebagai bentuk ucapan selamat atas keberhasilan Yukina. Bertarung sendirian melawan pahlawan nomor tiga bukanlah hal yang mudah. Tentu Yukina mendapat respect tersendiri dari teman-teman juga para sensei.
"Sugoii! Yukina-chan berhasil lulus, lo!" Uraraka berseru senang.
"Yeah! Sasuga Yukina-kun!" timpal Iida setuju.
Obrolan di ruang monitor itu tidak digubris oleh Todoroki yang sejak tadi menatap layar. Tampak Hawks menggendong Yukina yang tidak sadarkan diri menuju ruang perawatan. Asui yang berdiri di dekat Todoroki menyadari bahwa temannya itu tidak berkedip untuk beberapa saat.
"Ada apa, Todoroki-chan?" tanya Asui penasaran.
Todoroki tampak tersentak dan refleks berkedip. "Tidak," jawabnya singkat. Pandangannya turun dari layar monitor.
"Aku dan Yukina magang di agensi yang sama. Selama seminggu itu, dia selalu dimarahi saat latihan bertarung meski kesalahannya begitu sepele. Namun-" Todoroki sejenak menjeda ucapannya, "Bukannya merasa murung atau tertekan, dia justru melangkah maju dan menghadapi kelemahannya."
Todoroki tersenyum tipis seraya mendongak, "Yukina itu hebat sekali, ya."
'T-TODOROKI YANG DINGIN ITU TERSENYUM?!' batin semua orang syok secara bersamaan.
"Sebenarnya aku penasaran satu hal sejak lama," Asui yang terkenal blak-blakan itu menyentuh bibirnya dengan jari telunjuk, "Todoroki-chan, apa kau menyukai Yukina-chan?"
Deg! Dan pertanyaan Asui itu sukses membungkam Todoroki.
#41
Don't talk like you've won. I'm not giving up yet.
[A/N]:
Akhirnya arc Last Exam sudah selesai. Saatnya pindah ke arc baru di chapter depan mwehehe.
Sepertinya arc ini butuh mikir (banget), ya? Mulai dari matematika, hukum Snellius, pembiasan cahaya, sampai fatamorgana. Yang bukan anak IPA, mana suaranyaaaa? Masih pusing? Tenang, arc ujian ini sudah berakhir jadi kita akan move on dari fisika sejenak.
Friendly reminder, statistik kecerdasan Yukina adalah 6/5 alias bernilai S, sama seperti ayahnya, AFO. Jadi, Vanilla harus membuat Yukina cerdas seperti yang tertera di stat. Apa di chapter ini sudah kelihatan betapa cerdasnya Yukina?
Q: Kalau Yukina diadu sama Yaoyorozu, pinteran mana?
Tanpa bermaksud merendahkan salah satu pihak, Vanilla menjawab... Pintar Yukina. Kenapa? Karena si Yukina sudah dijejali pengetahuan sama AFO sejak dini. Dia juga bisa mengimplementasikan teori di kepalanya ke dalam pertarungan. Sementara itu, Yaoyorozu memang cerdas dalam menyusun rencana tapi dia tidak percaya diri dan itulah yang menghambatnya ketika bertarung (cek anime eps 22 season 2).
Meskipun demikian, Vanilla akui bahwa Yaoyorozu lebih pintar dalam menyusun strategi secara berkelompok dibandingkan Yukina. Yaoyorozu bisa membuat strategi dengan mempertimbangkan kekuatan anggota kelompoknya, sementara Yukina pasti membuat rencana yang menguntungkan dirinya sendiri dan mengorbankan yang lain. Anaknya AFO gitu lho 🦖
Itu pendapat Vanilla pribadi, ya. Bagaimana dengan kalian selaku pembaca? Apakah Yukina > Yaoyorozu?
No fan war, ya. Ini hanya pertanyaan tanpa perlu adanya jawaban pasti. Karena pada akhirnya setiap orang punya kelebihan dan kelemahan sendiri.
Also Vanilla : langsung membayangkan Yukina dan Yaoyorozu rebutan Todoroki. Help, my imagination- (*꒦ິ꒳꒦ີ)
Terakhir, soal art. Maaf jika artnya banyak kekurangan dan fail di sana-sini. Jujur baru kali ini Vanilla bikin efek begituan jadi hasilnya tidak sesuai ekspektasi. Emang karya pertama itu kadang kek ampas, meng-yasudahlah *menangis dengan penuh warna* (;'༎ຶٹ༎ຶ')
Oke, sekian catatan dari Vanilla. See you next chapter!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro