Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3: New Home

Setelah mengurus dokumen-dokumen penting terkait masuknya Yukina ke U.A, akhirnya pertemuan itu selesai juga. Yukina kini dalam naungan U.A. dan terdaftar sebagai siswa melalui jalur rekomendasi. Namun, identitas asli dirinya tetap dirahasiakan, hanya U.A. Staff dan petinggi Police Force seperti Tsukauchi yang mengetahuinya.

Beberapa jam yang lalu..

"Nama baru?" tanya Yukina bingung.

Nezu mengangguk, "Benar, kau butuh nama baru sebelum masuk ke U.A High School. Tidak mungkin mendaftar dengan nama Shigaraki," jelasnya.

"Selain itu, dia tidak punya tempat untuk tinggal. Kami tidak bisa melepaskanmu begitu saja tanpa pengawasan," sahut Tsukauchi.

Yukina menghela napas, "Sudah kukatakan bahwa aku tidak akan berbuat aneh-aneh."

"Bagaimana jika dia tinggal bersama Eraser Head lalu memakai nama 'Aizawa'? Aizawa Yukina, bukankah terdengar bagus?" usul Present Mic dengan semangat. Dia mengabaikan tatapan tajam Eraser Head.

"Hei, Mic. Apa maksudmu?" sewot Eraser Head yang terdengar sangat keberatan dengan ide gila sahabatnya itu. Apalagi seenak jidat memakai nama keluarganya pada seorang -mantan- penjahat.

"Kupikir karena kau yang menemukannya jadi kaulah yang cocok mengawasinya. Selain itu, wajah dan sifat kalian terlihat mirip, tidak ada yang curiga jika dia menyamar menjadi putrimu," jawab Present Mic sekenanya.

Namun, jawaban asal itu disetujui oleh U.A. Staff lainnya. Hanya Eraser Head-lah yang dapat 'menjinakkan' Yukina, begitulah pikir mereka. Eraser Head yang awalnya -sangat- keberatan, pada akhirnya mau menerima ide gila itu. Tentu saja setelah seluruh U.A. Staff merayunya -atau lebih tepatnya "memaksa"nya.

[End of Flashback]

"Mohon bantuannya, Eraser Head-san," kata Yukina sambil membungkukkan badannya di depan Eraser Head. Mereka baru saja keluar dari ruang pertemuan setelah rapat tadi selesai.

"Aizawa Shota," kata Eraser Head datar. Yukina hanya diam dan menatap bingung.

"Itu namaku," jelas Eraser Head singkat sambil berjalan mendahului Yukina. Yukina segera mengikutinya di belakang.

Memang benar jika Aizawa belum sepenuhnya mempercayai Yukina. Akan tetapi, setidaknya Aizawa sudah berbaik hati mengizinkannya untuk tinggal bersama. Itu sudah cukup membuat Yukina bersyukur. Tentu saja dengan syarat 'Jangan merepotkanku' atau dia akan mengusir Yukina.

Sebelum menuju rumah, Aizawa membawa Yukina ke sebuah pusat perbelanjaan Kiyashi Shopping Mall. Di sana banyak toko dari seluruh prefektur dan merupakan pilihan tepat untuk berbelanja.

"Beli apa saja yang kau butuhkan, aku akan menunggumu di sini. Waktumu sepuluh menit," kata Aizawa sambil memberikan dompetnya. "Jangan membuatku menunggu lebih dari itu," ancamnya.

Yukina menerima dompet tersebut lalu mengangguk. Dia segera pergi mencari barang-barang yang ia butuhkan, seperti baju dan peralatan mandi. Sementara itu, Aizawa menunggunya sambil duduk di sebuah kursi mall, melihat punggung Yukina yang semakin menjauh.

Tak lama kemudian, Yukina telah selesai membeli semua barang kebutuhannya. Dia sengaja memilih barang yang berharga miring karena tidak enak pada Aizawa. Mereka segera pulang ke rumah.

Selama perjalanan, Yukina hanya diam memandangi jalanan kota yang sepi. Aizawa diam-diam memperhatikannya. Jika dilihat sekilas, perempuan di depannya nampak sama sekali tidak berbahaya. Justru sebaliknya, Aizawa malah berpikir dia masihlah anak-anak.

"Saat aku menemukanmu di kuil, tanganmu terluka parah. Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Aizawa memecah keheningan.

Yukina sedikit tersentak dan menoleh, "Ada beberapa penjahat yang diturunkan untuk membawaku kembali pulang. Kami sempat terlibat pertarungan, tapi beruntungnya aku dapat melarikan diri dan selamat," jelasnya.

Aizawa menghela napas, "Aku masih ragu kalau kau adalah penjahat berbahaya. Kenapa anak kecil sepertimu menjadi penjahat?"

Yukina menunduk, "Ketika seseorang benar-benar ketakutan, mereka tidak memikirkan orang lain. Mereka berusaha untuk hidup bahkan jika artinya orang lain harus mati sekalipun."

"Apa maksudmu?"

"Aku menganalisis situasinya, menunggu waktu yang tepat kemudian mengambil tindakan secara hati-hati. Itulah yang kulakukan untuk bertahan hidup. Dan hasilnya, seperti yang kau lihat sekarang," ucap Yukina.

Aizawa tertegun, ia mulai menangkap maksud ucapan tersebut. Cara Yukina bertahan dari All For One entah kenapa membuatnya takjub sekaligus ngeri. Apa itu artinya Yukina sudah terbiasa 'membunuh' demi kelangsungan hidupnya sendiri?

'Dia cerdas... Tapi di sisi lain juga kejam.'

Kediaman Aizawa Shota.

Akhirnya mereka sampai di rumah Aizawa. Sang tuan rumah masuk terlebih dahulu kemudian disusul Yukina yang melepas sepatunya.

"Kamarmu di sebelah sana," Aizawa menunjuk kamar yang terletak di pojok. "Aku mau mandi lalu tidur," lanjutnya sambil berjalan ke kamar mandi.

Yukina mengangguk. Ia segera pergi ke kamar yang ditunjuk Aizawa. Tangan kecilnya memutar knop pintu dan menyalakan lampu.

Terlihat tempat tidur dan satu meja di sana, tanpa perabotan lain. Melihat kepribadian Aizawa yang mager itu, Yukina rasa masuk akal jika kamar di rumahnya tergolong 'kosong'. Karena dengan semakin banyak perabotan semakin lama membersihkan ruangan tersebut.

Yaa.. setidaknya kamar baru ini lebih baik daripada kamar lamanya yang gelap dan dipenuhi senjata tajam.

Yukina meletakkan tas belanjanya di meja lalu menjatuhkan tubuhnya di kasur yang empuk. Ia menutup matanya rileks, rasanya sudah lama sekali ia tidak pernah berbaring seperti ini. Walaupun matanya belum mengantuk tetapi kasur itu seakan punya magnet yang kuat untuk menahannya.

Hingga suara Aizawa menyadarkannya..

"Oi," panggil Aizawa di ambang pintu. Kini dia sudah memakai baju biasa ala rumahan. Yukina yang mendengar panggilan tiba-tiba itu langsung terduduk. "Segera bersihkan dirimu," ucapnya lalu keluar dari kamar Yukina.

"Baik.." jawab Yukina cepat. Tanpa membuang waktu, Yukina segera menuju kamar mandi dan membersihkan tubuhnya. Air mengalir melewati kulitnya yang putih, menghanyutkan debu yang menempel. Ia membasuh tubuhnya sambil bersenandung ria -berharap air ini dapat membersihkannya dari noda League Of Villain.

Setelah selesai mandi, Yukina kembali ke kamarnya. Jam menunjukkan pukul satu malam. Sunyi, Yukina merasa berada di dunia yang sangat berbeda. Dia tidak pernah merasa setenang ini sebelumnya.

"Aku tidak bisa tidur," keluh Yukina. Dia terbiasa tidur di pagi hari dan pada malamnya menjalankan misi dari All For One. Ditambah lagi quirk yang ia dapatkan lebih aktif bila digunakan pada malam hari. Beraktifitas di siang hari hanya akan membuatnya mengantuk berat.

Yukina bangkit dari kasur dan segera keluar kamar. Berkeliling di rumah baru adalah ide yang terlintas untuk menghabiskan waktu malamnya.

Tiba-tiba Yukina terhenti, dirinya langsung waspada karena menyadari ada sesuatu yang datang. "Siapa itu?" tanyanya sambil bersiap mengeluarkan quirk.

Seekor kucing hitam mengeong dan berjalan mendekat. Ia menggesekkan tubuhnya ke kaki Yukina dengan lembut. Yukina terdiam dan berjongkok, "Kucing..??"

Kucing itu mengeong lagi dan menggerakkan ekornya ke atas. Pupilnya yang mengecil menatap Yukina senang. Dilihat dari dekat, kucing hitam itu sangat imut. Hati Yukina bagai dipanah asmara, dia sangat lemah dengan sesuatu yang imut.

"K-Kawaii!" pekik Yukina kegirangan, wajahnya seketika blushing. Dia langsung memeluk erat kucing tersebut sambil membelainya lembut. Si kucing pun keenakan dan semakin ndusel ke Yukina. "Mulai sekarang, aku akan memanggilmu 'Kuro'.."

[Kelemahan Yukina No. 1: Sesuatu yang imut/kawaii.]

Ya, Yukina punya sisi cute-freak di balik sifat dingin dan bengisnya. Baginya, kawaii is justice. Dia langsung Out Of Character jika menyangkut keimutan, terutama kucing. Hanya keimutan yang dapat menundukkan seorang Shigaraki Yukina.

Yukina terkekeh pelan dan terus membelai Kuro. "Entah kenapa kau mirip Shota-san, ya.." celutuknya pelan. Kuro mengeong pelan, membuat Yukina semakin gemas padanya. Yukina pun mencium lembut kepala Kuro.

"Nah, Kuro. Mau menemaniku berlatih malam ini?" tanya Yukina sambil tersenyum tipis. Kuro mengeong sebagai balasan. Yukina berjalan menuju halaman belakang Aizawa yang lumayan luas. Angin malam yang dingin menerpa kulitnya tidak ia rasakan. Biasanya ketika Yukina tidak dapat tidur, dia akan berlatih hingga ketiduran. Dan halaman belakang rumah Aizawa adalah tempat yang tepat.

[Extra]:

"K-Kawai!" pekik Yukina kegirangan, membuat Aizawa terbangun dari tidurnya. Dengan malas, dia membuka pintu untuk keluar memarahi Yukina yang menganggu tidurnya.

"Entah kenapa kau mirip Shota-san, ya.." celutuk Yukina.

Aizawa seketika berhenti. Dia diam-diam mengintip Yukina dari balik pintu kamarnya yang terbuka sedikit. Terlihat Yukina yang mencium lembut kepala Kuro, raut wajahnya sangat berbeda saat diintrogasi tadi. Pipi Aizawa sedikit memerah melihatnya, ia segera menutup pintu pelan-pelan dan kembali tidur.

'Dia tidak sekejam apa yang kupikirkan.'

#3
KAWAII IS JUSTICE!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro