Chapter 2: Shigaraki Yukina: Origin
Di sinilah Yukina berada, di ruang konferensi U.A. High School bersama dengan para pro hero yang sedari tadi menatapnya penuh tanya. Karena menyangkut All For One, Tsukauchi memutuskan untuk mengumpulkan para pro hero di sana. Mereka duduk membentuk huruf U.
Tsukauchi mendehem, “Pertama, jelaskan siapa dirimu,” dia benar-benar tidak tahu harus mulai dari mana.
“Shigaraki Yukina, empat belas tahun. Hobiku tidur,” kata Yukina polos.
‘Informasi macam apa ini..’ batin para pro hero sweatdropped ria.
Tsukauchi tersenyum gugup, “Hm.. Lalu bagaimana hubunganmu dengan All For One?”
Yukina menarik napas panjang lalu menghembuskannya perlahan. “Aku kabur darinya, melarikan diri dari ambisi besarnya yang ingin menjadikanku senjata untuk menghancurkan orang yang bernama ‘All Might’. Dia benar-benar ayah yang kejam,” jelasnya. Semua orang di sana terkejut mendengar ucapan Yukina –terutama All Might.
“Kenapa kau melarikan diri?” tanya Tsukauchi lebih lanjut.
“Kenapa katamu? Bukankah sudah jelas?” Yukina berbalik tanya. Tangannya mengepal erat. Ia menunduk, menyembunyikan wajahnya yang marah. “Karena aku tidak mau menjadi ‘senjata penghancur’ seperti yang dia inginkan,” jawabnya dengan nada marah.
“Rasanya menakutkan. Melihat iblis itu mengambil quirk orang lain bersamaan dengan nyawa mereka. Entah sudah berapa ratus nyawa yang dia ambil hanya untuk memenuhi ambisinya. Aku...” perkataan Yukina terhenti.
Tangannya mengepal erat namun gemetaran. Ia teringat hari-harinya yang dipenuhi oleh darah akibat perbuatan sang ayah. Bahkan Yukina masih ingat jelas, para korban yang ia bunuh menyebut dirinya ‘iblis’ ketika menjalankan misi pembunuhan atas perintah All For One.
“....Aku ingin menjadi hero lalu menghentikannya!”
Akhirnya Yukina mengatakan hal yang selama ini ia pendam. Ucapan tersebut membuat para pro hero di depannya terkejut sekaligus bingung.
“Oi, oi, oi.. Apa benar kau ini anak dari All For One? Really!?” tanya Present Mic ragu.
“Kau mengatakan hal yang berlawanan dengan villain umumnya,” sahut Midnight.
‘Aku tidak menyangka ucapan seperti itu keluar dari mulut anak empat belas tahun,’ batin Eraser Head. Ia menatap mata Yukina yang tidak ada keraguan sedikitpun.
Yukina mengangguk yakin. “Aku tahu, kalian pasti sulit mempercayaiku.. Tapi aku mengatakan yang sebenarnya. Sejak aku kecil, All For One melatihku dengan keras, rasanya aku seperti hidup di neraka. Lalu.. Setelah merasa cukup kuat, dia memberiku quirk,” jelas Yukina.
“Dia memberimu... Quirk?” ulang All Might.
Yukina mengangguk, “Ya, sebenarnya aku terlahir tanpa quirk. Oleh sebab itu, All For One melatihku dengan keras agar tubuhku tidak hancur saat mendapat quirk nantinya. Selama setahun ini, aku terus melatih quirkku hingga dapat kukendalikan sepenuhnya,” jelas Yukina. Ia mengepalkan tangan kirinya.
Tsukauchi menulis poin-poin penting dari ucapan Yukina. “Kurasa hubunganmu dengan All For One sudah cukup jelas –kalian tidak berada di pihak yang sama. Sekarang kita berganti pada Maut Hitam. Apa kau yang menyebabkan Maut Hitam di distrik Atsuta, Black Death?” tanyanya sambil menatap tajam Yukina.
Yukina menelan ludahnya. Ia menghela napas panjang, “Ya, itu aku,” ungkapnya jujur. Terdengar nada penyesalan di ucapannya tersebut.
“Lalu kau bilang ingin menjadi hero setelah menyebabkan insiden itu?” tanya Eraser Head yang menusuk hati Yukina. Yukina hanya menunduk dan menyembunyikan wajahnya.
Tidak ada yang membuka suara setelah Eraser Head mengungkapkan pertanyaannya. Bahkan Tsukauchi sekalipun. Mereka seakan menunggu konfirmasi dari Yukina.
Yukina berusaha membela diri, “All For One menyuruhku untuk melenyapkan distrik itu. Dan memang benar aku hampir menghancurkan distrik Atsuta tetapi aku tidak membunuh siapapun. Selain itu, aku juga telah menarik semua kabut hitam di sana..” jelas Yukina. “Walau bangunan di sana menjadi rusak, sih..” lanjutnya pelan sambil mengalihkan pandangan.
Tsukauchi mengangguk, “Dia mengatakan yang sebenarnya. Menurut hasil penyelidikan polisi, tidak ada korban jiwa dari maut hitam tersebut.”
“Tetap saja itu aksi kejahatan, bukan?” tanya Present Mic.
Yukina menunduk, menyesali apa yang telah ia perbuat. Walau tidak ada nyawa melayang, kejahatan tetap saja kejahatan. Seharusnya ia menolak perintah dari All For One sejak awal lalu kabur.
Kini dia pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya. Mungkin ditahan polisi lebih baik daripada harus kembali pada League of Villain.
Tidak ada yang membuka suara. Tsukauchi menutup catatan kecilnya lalu memakai topi detektifnya kembali. Introgasi ini sudah mencapai akhir. Saatnya Tsukauchi mengambil keputusan.
“Tadi kau bilang ingin menjadi hero dan menghentikan All For One?”
Suara kepala sekolah U.A. High School, Nezu terdengar. Ia duduk di sebelah Eraser Head. Semua orang di dalam ruang konferensi menoleh padanya, terutama Yukina yang segera mengangkat wajahnya kembali.
“Benar,” jawab Yukina tegas. “Tekadku sudah bulat.”
“Kalau begitu, masuklah ke U.A dan belajar menjadi hero di sini.”
Mata Yukina bersinar-sinar. Wajahnya kembali cerah. Siapa yang tidak tahu U.A High School? Bahkan dirinya yang ada di League of Villain mengenal sekolah yang banyak mencetak pahlawan itu. Sekolah yang sangat ingin ia masuki.
Berbeda dengan wajah Yukina yang bersemangat, para guru U.A justru terkejut dengan ucapan sang kepala sekolah.
“Tunggu sebentar, kepala sekolah! Anda yakin memasukkan villain ke U.A?!” seru Present Mic tidak percaya.
“Kemungkinan besar hal itu dapat membahayakan siswa lain karena League of Villain akan menargetkan mereka,” No. 13 ikut menanggapi.
“Selain itu, kita tidak tahu apakah dia benar-benar ingin menjadi hero atau sekadar alibi saja,” kata Eraser Head yang masih tidak percaya dengan Yukina.
“Bukankah lebih baik jika kita menyerahkannya pada pihak kepolisian?” saran Midnight.
Nezu melipat tangannya, jujur saja keputusannya sudah bulat untuk menawarkan Yukina masuk ke U.A. Ia tidak ingin Yukina kembali ke tangan League of Villain karena itu pasti akan jauh lebih merepotkan mereka.
Selain itu, Yukina sudah bilang bahwa ia tidak berada di kubu yang sama dengan All For One. Nezu ingin memanfaatkan hal tersebut.
“Lalu apa langkah pihak kepolisian tentang masalah ini?” tanya Nezu pada Tsukauchi.
“Tentu saja kami akan menahannya,” jawab Tsukauchi. “Kami akan mencegah dia berbuat kerusakan lagi.”
Eraser Head menoleh, menatap Nezu yang ada di sampingnya. Di antara guru-guru lain, Eraser Head adalah yang paling tenang dan tidak buru-buru dalam menerima informasi. “Kepala sekolah, apa maksud Anda?” tanyanya datar.
“Musuh kemarin adalah teman hari ini,” jawab Nezu tenang. Semua orang menatapnya. “Kupikir dengan ini, kita selangkah lebih maju untuk dapat mengalahkan para penjahat, bukankah begitu All Might?” tanya Nezu pada All Might.
“Eh, itu memang benar tapi..” All Might terdengar menggantung ucapannya.
“Selain itu, gadis ini telah mengatakan semuanya. Untuk menjadi hero, kita harus membimbing dia agar kekuatannya tidak disalahgunakan..” kata Nezu pada akhirnya.
Ucapan itu cukup jelas untuk dimengerti para U.A. Staff. Mereka tersenyum dan mengangguk, sepenuhnya telah menerima rencana dari Nezu.
“Itu jika pihak kepolisian mengizinkan kami untuk mengambil alih Yukina,” Nezu menatap Tsukauchi.
Tsukauchi sedikit terkejut namun akhirnya tersenyum, “Tidak masalah. Kami mempercayakannya pada Anda, para Hero..” ujarnya sambil sedikit membungkukkan badan.
Dan telah diputuskan, Yukina kini berafiliasi dengan U.A High School. Yukina mengeratkan tangannya kuat, tidak menyangka setelah mengalami banyak hal akhirnya ia sampai sejauh ini. Tidak, perjalanannya baru saja dimulai.
#2
I want to be a HERO!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro