Chapter 14: New Start
Seluruh siswa kelas 1-A duduk di kursi masing-masing. Mereka berbincang-bincang mengenai pemberitaan insiden penyerangan USJ. Kirishima melirik kursi Yukina yang masih kosong, 'Dia belum datang, ya?'
Panjang umur, yang baru dibatin langsung muncul. Yukina menggeser pintu kelas, mempersilakan Aizawa masuk. Sontak semua siswa menoleh.
"Pagi," sapa Aizawa datar.
"AIZAWA-SENSEI, SEMBUHNYA CEPAT AMAT!" sahut siswa 1-A kompak.
"Terlalu pro.." puji Kaminari takjub.
"Sensei! Anda sudah sehat, ya?" tanya Iida sambil mengangkat tangan.
Aizawa berjalan ke depan kelas sambil membungkuk, "Tidak usah pedulikan kesehatanku. Yang lebih penting, pertarungannya belum berakhir," ucapnya datar. Sementara Yukina segera duduk di kursinya.
"Pertarungan?" tanya Bakugo bingung.
Midoriya mulai menebak-nebak, "Jangan-jangan..."
Yukina menyeringai semangat, "Villain?"
"Festival Olahraga U.A sebentar lagi akan digelar."
Ucapan Aizawa itu membuat seisi kelas bersorak semangat -kecuali Yukina yang tidak mengerti.
"Festival.. Olahraga?" gumam Yukina bingung. Wajar saja, dia belum pernah menonton acara tersebut sebelumnya.
"Ini dia acara sekolah normal!" seru Kirishima semangat tetapi dipotong oleh Kaminari yang mendorong wajahnya.
'Jadi sebelumnya sekolah ini tidak normal, ya?' batin Yukina sweatdropped.
"Padahal baru saja kebobolan penjahat, apa tidak apa-apa jika mengadakan festival?" tanya Jiro cemas.
"Bagaimana jika mereka menyerang lagi?" tambah Ojiro.
"Justru sebaliknya, mereka akan berpikir bahwa bagian penanggulangan krisis U.A sangat kompeten. Keamanannya pun diperketat lima kali lipat dari tahun lalu," jawab Aizawa tenang.
"Terlebih lagi, festival olahraga kita merupakan kesempatan besar. Ini bukanlah acara yang bisa dibatalkan hanya karena beberapa penjahat," tambahnya. Aizawa menjelaskan Festival Olahraga secara panjang lebar. Semuanya menyimak dengan saksama, kecuali Yukina yang terantuk-antuk.
"Jika sudah mengerti, maka persiapkan diri kalian!" kata Aizawa menutup penjelasannya.
"Siap!" jawab seluruh siswa -kecuali Yukina.
"Pelajaran pagi selesai."
Bel tanda istirahat makan siang telah berbunyi. Setelah Cementoss keluar kelas, seluruh siswa langsung bersemangat membicarakan festival olahraga, kecuali Yukina tentunya. Dia malah bermain game di PSP-nya dan mengabaikan semua kebisingan tersebut.
'Festival olahraga, ya...' batin Yukina. Dibandingkan dengan teman-temannya, Yukina sama sekali tidak punya antusiasme terhadap acara itu. Mungkin karena tujuan hidupnya hanya untuk mengalahkan ayahnya sendiri sehingga dia tidak tertarik hal lain.
Saking fokusnya pada game, Yukina tidak sadar ditatap Mineta terus-menerus. Si makhluk mesum 1-A itu memang harus diruqyah agar setan dalam dirinya keluar sampai bersih.
"Mineta, kau sedang melihat apa sampai ngiler begitu?" tanya Kaminari bingung. Mineta mengusap air liurnya sambil menunjuk Yukina yang asyik bermain game sendirian.
"Kita beruntung kedatangan Yukina di kelas ini... Wajahnya cantik, penampilannya menarik, dan yang paling penting bodinya itu, lo! Benar-benar Plus Ultra!" bisik Mineta pada Kaminari. Jika Yukina mendengarnya, pasti Mineta tinggal nama dalam cerita ini.
Kaminari pun ikut melihat Yukina dan menelan ludah. "Memang benar, sih. Dia dipenuhi aura erotis," sahutnya pelan.
"Yosh, aku akan mengajaknya jalan, deh!" kata Kaminari sambil menyikut pelan sobat mesumnya.
"Mineta! Kaminari! Tidak sopan melihat Yukina dengan tatapan mesum seperti itu!" tegur Iida keras-keras yang sukses membuat Mineta dan Kaminari terkejut.
Tidak, mereka terkejut bukan karena Iida, melainkan karena Yukina yang melirik tajam.
"K-K-Kami tidak bermaksud m-me-mesum, kok! K-Kami hanya..." Kaminari berusaha mencari alasan. Dia melirik Yukina yang masih berwajah datar, "...ingin menyapa Yukina! Maksudku, kita belum memperkenalkan diri sebelumnya. Ya, kan, Mineta?"
Kaminari berkedip pada Mineta, memberinya kode untuk mengiyakan pertanyaannya. Mineta mengangguk cepat-cepat. Karena Iida orangnya terlalu serius, dia pun menerima alasan tersebut dengan positif. Sementara Yukina hanya diam dan kembali fokus pada gamenya.
Kaminari mendekati Yukina dan mulai melancarkan aksi PDKT-nya. Dia mendehem, mencoba mendapatkan perhatian dari Yukina.
"Mungkin ini agak terlambat untuk memperkenalkan diri, tapi.. Namaku Kaminari Denki. Salam kenal, ya!"
Yukina hanya mengangguk tanpa mengalihkan fokusnya dari game.
"Jadi, Yukina.. Mau ke kantin bersama? Masakan Lunch Rush sangat enak, lo!" ajak Kaminari. Yukina masih diam, tidak menjawab ajakannya. Kaminari semakin canggung, dia kembali mendehem.
"Daaan... Aku punya dua tiket bioskop 'Weathering With You'. Tapi kurasa judulnya akan berganti 'Watching With You' jika kau pergi menonton denganku. Bagaimana?" tambah Kaminari yang semakin menaikkan level karismanya.
Namun, Yukina malah bangkit dari kursi dan berjalan menjauh.
"Yukina, kau mendengarku?!" tanya Kaminari yang diacuhkan sejak tadi.
"Tidak. Tidak. Ya," balas Yukina yang melambaikan tangan dan bergegas keluar kelas sambil tetap bermain PSP-nya. Balasan datar tersebut menjawab semua perkataan Kaminari dalam tiga kata.
Kaminari langsung berwajah suram. Kirishima menepuk pundaknya, "Kau sudah hebat membuat Yukina berbicara tiga kata saat obrolan pertama," hibur Kirishima tetapi sama sekali tidak membuat Kaminari terhibur.
Mineta berlari ke arah Yukina, bermaksud melancarkan PDKTnya juga. Dia melambaikan tangan ala-ala sinetron, "Yuki-"
"Diamlah, Cebol," potong Yukina cepat. Dia paling kesal jika diganggu saat bermain game. Tatapan dinginnya menusuk ke tulang sumsum semua orang yang melihat. Mineta langsung ikut suram seperti Kaminari.
Yukina menggeser pintu kelas dengan satu tangan, sementara tangan yang lain masih memegang PSP. Dia hendak keluar kelas, tapi-
"AKU DATANG DENGAN POSE MEMBUNGKUK!"
Seisi kelas terkejut melihat kedatangan All Might yang tiba-tiba, sementara Yukina masih berwajah datar seperti biasa. Yukina menghela napas, "All Might, bisakah kau datang dengan normal?"
All Might tertawa mendengar respon Yukina. Dia menunjukkan sekotak bento, "Nak Yukina, mau makan siang bersamaku?" ajaknya.
Sontak seisi kelas bagai tersambar petir berjemaah. Bukankah itu suatu kehormatan? Siapa yang tidak mau makan siang bersama Pahlawan No.1, All Mi-
"Tidak, terima kasih," tolak Yukina datar. Kelas A langsung kompak menggubrak.
'All Might saja ditolak, apalagi aku...' batin Kaminari merana.
"Hahaha.. Sudah kuduga kau akan menolaknya. Tapi, jika itu bukan makan siang biasa, kau takkan menolaknya, 'kan?" tawar All Might sekali lagi.
Yukina menyipitkan matanya, berusaha menangkap maksud ucapan itu. Dia menghela napas dan mematikan PSPnya.
"Baiklah."
Di Ruang Istirahat..
"Aku benar-benar berterima kasih padamu karena telah menyelamatkanku dan Nak Midoriya saat di USJ," kata All Might sambil menuangkan teh hijau ke gelas kecil. Dia menyuguhkannya untuk Yukina bersama sekotak wagashi.
"Wujud berototku sepertinya hanya bisa bertahan paling lama satu setengah jam. Batasan waktu pengunaan kekuatanku sekitar 50 menitan. Aku selalu memaksakan diri," jelas All Might serius. Dia menatap Yukina, "Karena itu, aku-"
"Tambah," kata Yukina sambil menyodorkan kotak wagashi yang telah kosong. All Might langsung suram karena penjelasan seriusnya tidak ditanggapi serius oleh Yukina.
[Kelemahan Yukina No. 14: Selain tidur, urusan perut juga prioritas utama.]
"Nak Yukina, apa kau mendengarkanku?! Padahal aku sudah menjelaskannya dengan serius!" ucap All Might frustrasi.
"Aku mendengarkan. Lalu apa masalahnya?" tanya Yukina santai.
"Lihat, kau benar-benar tidak mendengarkanku, ya.." ucap All Might pasrah.
Yukina menyeruput teh hijaunya dengan tenang, "Seorang pahlawan hebat sepertimu tidak sepantasnya berterima kasih pada mantan penjahat sepertiku, All Might."
"Kenapa kau terus menganggap dirimu sendiri sebagai penjahat begitu?" tanya All Might serius.
"Karena aku memang penja-"
"Tidak! Kau salah!" potong All Might cepat.
Yukina tertegun. Baru kali ini All Might menaikkan intonasi bicaranya. Yukina sedikit mengernyitkan alis heran saat All Might meletakkan berkas kepolisian di meja. Nampak foto Yukina di sana, menandakan berkas tersebut berisi informasi dirinya saat menjadi penjahat.
"Tsukauchi memberikannya kepadaku. Semua korbanmu adalah para kriminal berbahaya dan pejabat pemerintah yang bermasalah, bukan?"
Yukina mengangguk, mengiyakan pertanyaan All Might.
"Keadilanmu mungkin berbeda dengan keadilan orang lain. Maa, harus kuakui kau ini memang benar-benar berbeda dengan orang lain, sih.." komentar All Might yang menimbulkan perempatan di belakang kepala Yukina, tanda tersinggung.
"Langsung saja ke intinya," kata Yukina kesal.
"Tapi, kau tetap manusia -makhluk yang mustahil tidak melakukan kesalahan selama hidupnya," lanjut All Might.
"Nak Yukina, menurutmu apa yang kupikirkan saat pertama kali bertemu denganmu?"
Yukina terdiam. Antara tidak tahu harus menjawab apa atau ingin tahu jawabannya. Atau mungkin dua-duanya.
"Kau benar-benar kosong," ucap All Might menjawab pertanyaannya sendiri.
Mata Yukina langsung menggelap setelah mendengar ucapan itu. Dia menggenggam gelas teh kuat-kuat dengan tangannya yang sedikit bergetar.
"Nama 'Shigaraki' bukan sekadar kata yang tertulis di akta kelahiran saja, All Might. Apa kau pikir aku masih bisa hidup normal dengan menyandang nama itu? Setelah semua yang kualami?" tanya Yukina pelan.
"Tentu saja bisa!" jawab All Might cepat. "Lupakan masa lalumu, maafkan dirimu, dan mulai lagi dari sekarang. Tidak peduli betapa sulitnya masa lalu, kau selalu dapat memulai lagi."
Mata Yukina mulai bercahaya meski ekspresi datar masih bertahan di wajahnya. Dia sempat tidak berkedip karena takjub dengan All Might.
Sedetik kemudian, Yukina tersadar dan menunduk, "Kau... Mengatakannya seolah-olah mudah dilakukan."
"Nak Yukina, melakukan kesalahan itu wajar saja. Aku tumbuh dengan membuat kesalahan. Tapi bukan itu masalahnya, yang penting adalah belajar dari setiap kesalahan itu dan mau memperbaikinya," jelas All Might.
"Kuyakin kau bisa melakukan itu. Karena kau adalah orang yang berlatih untuk mengalahkanku, 'kan?"
Yukina yang menunduk pun sedikit menyeringai. Dia mengangkat wajahnya dan sedikit memiringkan kepala. Matanya menatap lurus All Might, "Tentu saja. Kau pikir aku ini siapa?"
'Tatapannya sudah terlihat berbeda..' All Might mengangguk senang melihat perubahan ekspresi Yukina. "Selain itu, mengenai festival olahraga. Apa kau sudah mengerti?"
"Ya, Shota-san sudah menjelaskannya di kelas," jawab Yukina. "Intinya, festival olahraga adalah latihan bersama semua orang untuk mengalahkan lawan yang kuat sampai hancur."
"Tidak, bukan seperti itu.." sahut All Might suram. "Acara itu ditayangkan di TV. Semua orang pasti menontonnya, termasuk dia. Apa yang akan kau lakukan?"
Yukina nyaris tersedak teh yang dia minum, "D-Ditayangkan di TV? Itu artinya.. Aku masuk TV?"
All Might mengangguk, "Kau ditonton semua orang di penjuru negeri. Acara itu juga diadakan pada siang hari. Makanya-"
Yukina seketika berubah putih pucat dengan aura suram. "Aku ingin pulang.." ucapnya penuh keputusasaan.
All Might seperti melambungkan semangatnya ke langit tinggi-tinggi lalu menghempaskannya hingga ke dasar bumi keras-keras.
Yukina memijit pelipisnya, berharap itu dapat mengurangi rasa pusing di kepala. "Mendokusai. Pak Tua itu pasti akan tertawa ngakak jika aku kalah dengan menyedihkan. Membayangkannya saja sudah menyebalkan."
'Aku malah tidak bisa membayangkan All For One tertawa ngakak,' batin All Might sweatdropped. Pasti akan hancur imej penjahatnya.
"Yah, mengeluh tidak akan menyelesaikan apapun. Meski merepotkan, aku akan mencari cara untuk mengatasinya," kata Yukina sambil bangkit. Dia sedikit membungkuk pada All Might, "Terima kasih atas makan siangnya yang tidak biasa ini."
"Ya. Berjuanglah, Nak Yukina," ucap All Might memberikan semangat.
Yukina menyeringai, "Kalau aku berjuang dengan serius, aku bisa saja melengserkanmu dari posisi satu sekarang juga," balasnya sambil keluar dari ruang istirahat.
"Seperti biasa dia sangat angkuh, ya.." komentar All Might. "Tapi itulah yang membuatku tidak sabar untuk melihat kemampuannya nanti."
Saat perjalanan kembali ke kelas, Yukina mengambil ponsel dan menulis memo di sana. Setelah selesai, dia tersenyum tipis sembari menatap layar ponselnya.
"Yosh, aku akan memulainya dari sini."
QUEST:
[✓] Keluar League of Villain
[✓] Masuk U.A.
[ ] Memenangkan Festival Olahraga
Mungkin Author harus meralat tulisan di atas yang mengatakan bahwa Yukina sama sekali tidak punya antusiasme terhadap festival olahraga. Meski bertentangan dengan sikapnya di luar, Yukina yang sekarang benar-benar bersemangat. Saking membaranya, dia tidak peduli lagi panasnya sinar matahari saat festival olahraga nanti.
#14
Forget your past, forgive yourself, and begin again right now.
No matter how hard the past was, you can always begin again.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro