THE LOST SPRING [Kisah Yang Sesungguhnya]
PROMPT
4. Suatu hari, pohon-pohon Sakura mulai berbisik dan berbicara padamu.
5. Akan ada festival/piknik/acara musim semi lainnya yang ingin kamu lewati dengan orang yang kamu sayangi, dan kamu tidak ingin acara tersebut gagal/berantakan.
Yubin, gadis manis yang belum genap tujuhbelas tahun itu berlari kecil menjauhi pemukiman dengan membawa keranjang yang biasanya ia gunakan untuk membawa makanan ataupun bunga yang ia kumpulkan untuk Lady Yoohyeon.
Senyum riang terpatri di bibirnya seiring langkahnya yang mendekati Pohon Kehidupan, pohon raksasa yang menjadi pembatas antara dua lembah, sekaligus menjadi pohon yang di agungkan. Karena dari sana mereka bisa memiliki keturunan tanpa harus melibatkan laki-laki, begitupun sebaliknya.
Memandang ke sekeliling, Yubin mencari letak pintu rahasia yang menyatu dengan Pohon Kehidupan dan masuk setelah memastikan bahwa semuanya aman. Berjalan dengan hati-hati dan sesekali melompati akar belukar yang mencuat keluar di ruangan kosong itu, ia lantas mendudukkan diri di sebuah batu yang cukup besar namun tak terlalu tinggi lalu menaruh keranjang itu di sisinya. Sekali lagi, pandangannya menelisik sekitar. Mencari teman yang telah membuat janji di hari sebelumnya.
"Jungkook ... kau belum datang?"
Tak menemukan siapapun, gadis itu memainkan kakinya. Menunggu hingga teman yang ia kenal sekitar enam bulan lalu datang memenuhi janji.
Seorang pemuda datang dengan cara mengendap-endap dan bersembunyi di balik kayu pipih yang menjadi bagian dalam dari Pohon Kehidupan. Senyum itu mengembang di wajah pemuda itu hingga memperlihatkan gigi kelincinya.
Merunduk. Pemuda itu mengambil batu kecil yang kemudian ia gunakan untuk melempar Yubin dari samping, lalu bersembunyi setelahnya.
Yubin memandang, "keluarlah, aku tahu kau di sana."
Pemuda itu menampakkan diri dengan senyum lebarnya dan berjalan mendekat. Jungkook, remaja 17 tahun dari Lembah Kematian. Bertemu dengan Yubin setelah nekat memasuki Lembah Kehidupan yang terlarang untuk di masuki kaumnya.
Jungkook duduk di akar besar yang mencuat tepat di hadapan Yubin dan membuatnya sedikit mendongak untuk bisa melihat wajah gadis itu.
"Aku pikir kau tidak datang."
"Aku harus mengelabuhi kakak ke tiga dulu baru bisa kemari. Apa yang kau bawa?"
Yubin menurunkan pakaian dari keranjangnya dan mengambil sebuah bingkisan kecil yang kemudian dia berikan pada Jungkook.
"Kue beras."
Jungkook menerimanya dengan antusias dan memang setiap kali bertemu, Yubin selalu datang membawa makanan. Gadis itu memperhatikan Jungkook yang memakan kue yang ia ambil secara diam-diam. Terlihat menggemaskan.
"Jungkook," Yubin terdengar ragu.
Jungkook hanya memandang tanpa berkomentar.
"Kau jadi, kan pergi melihat musim semi denganku?"
Jungkook tersedak. Yubin yang melihatnya langsung berdiri, memukul punggung Jungkook dengan keras dan nyatanya itu sangat membantu karena Jungkook segera berhenti terbatuk, namun segera memandang Yubin dengan tatapan menuntut ketika bahkan gadis itu tak peduli.
"Jika ketahuan bagaimana?"
"Untuk itu, kau harus menyamar sebagai wanita agar tidak ketahuan."
Jungkook tersenyum konyol. "Bagaimana caranya? Bahkan mereka akan segera mengenaliku meski aku memakai baju perempuan sekalipun."
"Untuk itu, serahkan padaku?" Yubin mengambil gunting dari keranjang dan menarik perhatian Jungkook.
"Apa yang ingin kau lakukan?"
"Aku akan memberikan rambutku padamu."
Jungkook terkejut. "Tidak, apa yang kau lakukan?"
Tanpa ragu Yubin memotong rambutnya yang panjang hingga menyisakan sebatas di bawah bahu.
"Meski kau memotongnya, rambutmu tidak akan bisa menempel di kepalaku."
"Stttt ... kau diam saja."
"Tapi sayang sekali ... rambutmu sudah panjang."
Yubin memberikan pakaian yang sebelumnya ia ambil dari keranjang pada Jungkook. "Kau pakai ini dulu."
"Apa ini?"
"Itu milik Lady Jiu, aku mengambilnya secara diam-diam."
Jungkook menatap tak percaya. "Kau, benar-benar ingin aku memakai ini?"
Yubin mengangguk antusias, sedangkan Jungkook menelan ludahnya paksa ketika memandang pakaian wanita yang berada di tangannya.
"Sudah cepat pakai."
Jungkook menggaruk kepalanya, bingung. Pada akhirnya ia memakai gaun yang hampir menutupi kakinya tanpa melepaskan pakaiannya sendiri terlebih dulu, sedangkan Yubin tampak sibuk dengan rambutnya dan juga beberapa bunga yang ia bawa di keranjang.
Jungkook kembali duduk dengan menyangga dagunya. Memperhatikan apa yang di lakukan gadis manis di hadapannya itu. Beberapa menit kemudian, senyum Yubin mengembang ketika ia berhasil merangkai rambutnya sehingga bisa menutupi rambut pendek Jungkook.
"Mendekatlah."
Jungkook berlutut di hadapan Yubin. Menumpukan kedua tangannya di kedua sisi batu yang di duduki oleh Yubin. Yubin kemudian memakaikan rambut yang sudah ia rangkai menggunakan bunga dan juga rumput liar di kepala Jungkook hingga terdengar tawa geli dari pemuda itu.
"Aku tidak bisa melihat."
Yubin menyibakkan rambut yang menutupi wajah Jungkook dan berdecak kagum, "owh ... cantiknya ..."
"Aku laki-laki."
"Tunggu sebentar." Yubin tak peduli dan malah mengambil sesuatu dari keranjangnya. "Kau perlu sedikit riasan."
Jungkook tersenyum tak percaya, namun ia tak menolak ketika Yubin mulai merias wajahnya. Pandangan Jungkook tak lepas dari mata bulat Yubin yang menurutnya sangat lucu. Dan Jungkook, telah menaruh hati pada gadis itu sejak pertemuan pertama mereka.
"Sudah selesai," seru Yubin. Ia mengambil cermin dan memberikannya pada Jungkook.
"Heol!" Jungkook terkejut melihat wajahnya sendiri. "Ini aku?"
"Kau bahkan terlihat lebih cantik dariku ..."
"Tidak, Yubin yang paling cantik."
Satu pukulan mendarat di kepala Jungkook. Yubin merampas cermin di tangan Jungkook dan mengembalikannya. Dia bangkit dan menarik tangan Jungkook hingga pemuda itu turut bangkit.
"Ayo!" Yubin menarik tangan Jungkook. Dengan waswas mereka keluar dari Pohon Kehidupan dan berlari bersama.
Untuk kali pertama, Jungkook benar-benar memasuki Lembah Kehidupan. Dan untuk kali pertama dalam hidupnya, ia melihat bunga Sakura yang bermekaran di sepanjang mata memandang. Menatap kagum tanpa bisa mengatakan apapun.
"Kapan bunganya akan mekar?" gumam Jungkook setelah melihat bahwa semua bunga tampak menguncup.
Yubin yang berjalan di belakangnya menyahut, "besok, saat festival musim semi di adakan."
"Daebak! Tempat ini seperti Negeri dongeng."
Yubin berlari kecil dan berhenti di depan Jungkook dengan kedua tangannya yang bertahutan di belakang tubuhnya.
"Ada apa?"
"Besok, kau mau datang ke festival musim semi denganku."
"Ah ... bagaimana jika ketahuan? Mereka semua bisa membunuhku ..."
"Kau tidak akan ketahuan jika kau tidak bicara ... kau lihat orang-orang yang kita lewati barusan? Mereka sama sekali tidak mengira jika kau adalah laki-laki."
"Tapi tetap saja ..."
"Jika tidak mau, ya sudah. Aku akan pergi sendiri." Yubin merajuk. Berbalik dan meninggalkan Jungkook.
Jungkook hampir saja berteriak, namun ia segera menyusul Yubin dan menahan tangan gadis itu hingga berbalik.
"Baiklah, kita pergi bersama."
"Janji?"
Jungkook mengangguk dan senyum lebar itu terlihat di wajah Yubin. Gadis itu lantas menarik tangan Jungkook. Membawa pemuda itu untuk menjelajahi desa.
Jungkook tak henti-henti terkagum-kagum pada kecantikan tempat itu. Di mana tempat itu hanya di penuhi oleh bunga-bunga yang masih menguncup dan juga rumput hijau yang membentang di sepanjang mata memandang. Sungguh, tempat itu seperti Surga bagi Jungkook. Namun sayangnya tempat itu tak di izinkan di singgahi oleh laki-laki.
Jungkook kembali ke rumah dengan senyum yang mengembang di wajahnya dan menarik perhatian dari Taehyung yang saat itu berjalan ke arahnya.
"Apa yang membuat sudut bibirmu terangkat seperti itu, saudaraku?" tegur Taehyung ketika keduanya berhadapan.
"Tidak ada apa-apa."
Netra Taehyung memicing, melihat sesuatu yang berbeda dengan wajah Jungkook. "Ada apa dengan wajahmu?"
"Apa ada sesuatu?"
Taehyung mengusap singkat wajah Jungkook dan melihat ujung jarinya di mana terlihat sesuatu yang menyerupai bubuk namun berwarna dan sedikit lengket.
"Kau memakai riasan?"
Netra Jungkook membulat. Dengan cepat ia mengusap wajahnya. Lupa membersihkan wajahnya sebelum pulang.
"Kenapa kau memakai riasan?"
Jungkook menggeleng. "Itu bukan riasan."
"Lalu?"
"Aku pergi ke dapur untuk membantu mengangkat tepung."
"Apa tepung berwarna merah?"
"Eh?"
"Apa itu merah-merah di bibirmu?"
Jungkook tak berkutik. Menggigit bibir bawahnya, tangannya dengan cepat mengusap bibirnya.
"Aku memetik buah dan memakannya." Jungkook lantas pergi sembari merutuki kebodohannya.
Taehyung berbalik. Menatap heran pada pemuda itu. Dia bergumam, "aneh."
"Siapa yang aneh?" teguran dari samping.
Taehyung menoleh dan mendapati Seokjin yang datang mendekat.
"Anak itu."
Seokjin turut memandang punggung Jungkook yang semakin menjauh.
Taehyung melanjutkan, "dia memakai riasan."
"Riasan? Untuk apa?"
Taehyung mengendikkan bahunya.
"Mungkin dia hanya bermain-main, jangan terlalu di pikirkan."
Taehyung mengangguk, meski dalam hati ia sangat penasaran.
Yubin kembali ke Kastil yang ia tinggali bersama dengan para petinggi Lembah Kehidupan. Hendak berjalan ke kamarnya, pandangannya menangkap sosok Lady Sua dan Lady Jiu berjalan ke arahnya. Hingga dalam waktu beberapa detik, ketiganya sudah berhadapan.
Tatapan heran di lontarkan oleh Lady Jiu dan Lady Sua ketika mereka mendapati Yubin memotong rambutnya.
Lady Jiu menegur, "Yubin, kenapa kau memotong rambutmu?"
"Ah ... tadi saat bermain rambutku tersangkut di semak-semak, jadi aku terpaksa memotongnya."
Lady Sua menyahut, "itulah kenapa anak perempuan tidak boleh bermain di semak-semak."
Lady Jiu tersenyum lebar. "Itu tidak ada hubungannya, Saudariku ..."
Lady Jiu tampak tak peduli. "Sebaiknya kau berhenti bermain-main dan persiapkan dirimu untuk festival besok."
"Baik." Yubin menundukkan kepalanya dan segera meninggalkan keduanya.
"Anak itu terlalu sering bermain-main," Lady Sua.
"Dia masih kecil, itu sebabnya dia bermain."
"Jangan terlalu memanjakannya atau dia tidak akan pernah dewasa."
"Aku mengerti ... untuk sekarang, biarkan saja dia melakukan apa yang dia mau."
"Kau memang selalu seperti itu, Kakak."
Lady Jiu tertawa ringan dan keduanya kembali melanjutkan langkah mereka.
Musim dingin pergi, membawa musim semi kembali pada Lembah Kehidupan. Pemukulan gong pertanda festival musim semi resmi di buka telah terdengar di seluruh Lembah Kehidupan.
Riuh penduduk yang berpesta menyambut bunga Sakura yang kembali bermekaran. Pesta rakyat yang benar-benar meriah dengan suguhan musik serta para penari yang menghibur Rakyat di depan Kastil yang di tinggali oleh Lady Yoohyeon.
Jungkook menjadi salah satu dari mereka. Namun sayangnya ia harus menjelma menjadi seorang gadis untuk bisa menikmati semua pemandangan di sana.
Baru berdiri beberapa detik untuk menyaksikan pertunjukan musik. Yubin langsung menarik tangannya kesana kemari, hingga pada akhirnya ia tak bisa menikmati festival itu dengan baik.
Tengah hari, keduanya mengasingkan diri dari keramaian. Duduk berdampingan di bawah pohon Sakura dengan hembusan angin yang menenangkan.
Jungkook menjatuhkan pandangannya. Memperhatikan wajah manis Yubin hingga seulas senyum terlihat di wajahnya. Angin di sekitar tiba-tiba berhembus, menggoyangkan pohon Sakura hingga bunga yang tak pernah lepas dari tangkainya pada akhirnya terjatuh dan mengenai punggung tangan Jungkook.
Jungkook mengambil bunga itu. Memperhatikannya sekilas sebelum memandang ribuan bunga yang bermekaran di atas mereka. Angin kembali, dan saat itu Jungkook merasa bahwa ribuan kelopak Sakura itu seakan ingin membisikkan sesuatu padanya.
"Apa lagi yang kau tunggu? Tidak ada siapapun di sana. Inilah waktu yang tepat ..." kiranya itulah yang Jungkook tangkap dari ribuan Sakura yang bergerak di atas mereka.
Jungkook kembali memandang bunga kecil di tangannya. Tersenyum lembut, ia kembali membawa pandangannya pada Yubin. Tanpa ragu ia pun menyelipkan bunga itu di telinga Yubin dan sempat membuat Yubin kaget.
"Apa ini?" Yubin meraba bunga itu.
"Kau cantik dengan itu."
"Kau memetiknya?"
Jungkook menggeleng. "Bunganya jatuh sendiri."
"Tidak mungkin, bunga di sini tidak akan pernah jatuh."
Jungkook mengendikkan bahunya dan keduanya kembali sibuk dengan pemikiran masing-masing. Beberapa menit berdiam diri. Jungkook melucuti pakaian wanita yang ia kenakan dan menyisakan pakaiannya sendiri. Dia kemudian berdiri.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa di lepas?"
Jungkook berdiri di hadapan Yubin sebelum menjatuhkan satu lututnya di hadapan gadis yang menatapnya dengan bingung.
"Apa yang ingin kau lakukan?"
Jungkook menyingkirkan rambut yang menutupi kepalanya. Dia kemudian meraih tangan Yubin dan membuat Yubin mengerjap.
"Katakan sekarang!" suara bisikan itu kembali terdengar.
Senyum Jungkook mengembang dengan lembut. Lisannya lantas berucap, "sepertinya, aku menyukaimu sejak pertemuan pertama kita."
Yubin terkejut. "A-apa, yang sedang kau bicarakan?" terdengar gugup.
"Sepertinya ... aku sudah jatuh cinta padamu. Maukah, kau menerima hatiku?"
Yubin bingung. Pandangan gadis itu terjatuh hingga kembali teralihkan oleh Jungkook.
"Yubin ... kau tidak menyukaiku?"
Yubin memberanikan diri untuk memandang. Wajahnya kini sudah bersemu merah, harusnya Jungkook tahu apa maksudnya.
"Kau tidak mau hatiku? Jika kau tidak mau, akan kubawa pulang lagi dan aku akan menguburnya di Lembah Kematian."
"Jangan ..."
"Jadi?"
"Aku ... aku akan menerimanya, jadi jangan di bawa pulang."
"Kau menerimaku?"
"Ya," satu kata sederhana yang kemudian membimbing milyaran kelopak Sakura yang baru saja bersemi melepaskan diri dari tangkainya.
Kala itu, Lembah Kehidupan di hujani oleh milyaran kelopak Sakura dalam waktu bersamaan dan pesta rakyat yang tengah di selenggarakan, terhenti. Tawa itu mulai tergantikan oleh suara tangisan yang terdengar di setiap penjuru ketika semua rakyat bersujud.
Sedangkan senyum kedua remaja itu mengembang dengan sempurna ketika ribuan kelopak Sakura menghujani tempat mereka. Sebuah perasaan tersampaikan dan terbalaskan.
Untuk kali kedua, Kelopak bunga Pohon Kehidupan berguguran. Dan untuk kali kedua pula, Pohon Kehidupan di bagian Lembah Kematian berbunga. Mengundang para petinggi dari kedua wilayah Dystopia itu untuk menyaksikan apa yang kini tengah di tangisi oleh rakyat mereka.
Hari itu, dua hati kembali bersatu di bawah ribuan kelopak Sakura. Namun saat itu pula, musim semi meninggalkan Lembah Kehidupan dan tak akan kembali sebelum kelaparan melanda kedua bagian dari Dystopia.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro