Possessive Boyfriend
Author : MuniaKim
Tittle : Possessive BoyFriend (OneShoot)
Cast : You, Lee Seyoung, Shin Wonho, Other.
Pairing : Seyoung x Readers x Shin Wonho
Genre : Mistery/Thriller
Rate : T-M
Discalimer : Cross gene milik keluarganya dan Amuse Ent. Lee seyoung suami saya. Dan karya ini milik saya seutuhnya. No copas! No plagiat!
A/N : Sebenarnya saya gasuka bikin/baca ff imajine tapi karena saya bingung mau jodohin cross gene sama siapa, jadi ya sama readers ajalah ya. Hehehe. Bingung sama cast. Mwehehe. Yaudah baca ajalah ya. Saya bikin ini itung-itung hiburan buat anda yang nunggu karya bobrok saya. Mwehehe
Don't Like, Don't Read!
Happy Reading
.
.
.
.
"Hei, sendirian aja." Seseorang menyapaku, membuatku berbalik badan. Dan menemukan Shin Wonho sedang tersenyum sambil duduk diatas motor sport merahnya. Dia adalah teman sekelasku. Dia orang yang baik pada semua orang. Termasuk aku, makanya dia menyapaku.
Dia tersenyum, membuatku ikut tersenyum. Ahh dia manis sekali. Bibir tebal itu menakjubkan.
"Ia nih, tadinya nunggu jemputan tapi yang jemput ngga jadi dateng. Jadi nunggu bus, deh." Dia memandangku lantas mengangguk tanda mengerti. Kini aku sedang berdiri di trotoar. Beberapa langkah lagi aku akan sampai di halte tempatku menunggu bus. Dikarenakan ada yang menyapaku, akhirnya aku menunggu di sini. Di trotoar.
"Daripada naik bus, mendingan aku anter. Gimana? Mau ga? Hemat ongkos, lho," ucapnya. Kemudian dia menunjukan senyum lebar yang mengakibatkan matanya tenggelam.
Aku berpikir sejenak. Jika diingat-ingat, ongkos naik bus lumayan juga. Cukup untuk satu porsi ramen. Jika aku diantar oleh Shin, maka aku tidak akan mengeluarkan uang untuk ongkos pulang. Uangku utuh. Aku bisa berhemat. Dan uangnya bisa dipakai untuk keperluan lainnya. Ah ide bagus!
"Rumah kita sejalur, kok," ucapnya. Merasa tak kunjung mendapatkan jawaban akhirnya dia mengatakan itu. Mungkin dia berfikiran jika diamku adalah sedang memikirkan hal itu.
"Yaudah, kajja!" Aku naik keboncengan dibelakangnya. Aku sedikit kesusahan karena motornya agak tinggi. Dan permukaannya tidak datar. Membuat badanku jatuh ke punggungnya dengan tidak sengaja. "Mi-mianhae."
"Gwaenchanayo." Aku berusaha untuk menegakan badanku. Tetapi aku merasa tidak nyaman. "Tidak usah kaku begitu. Duduklah dengan nyaman. Lingkarkan tanganmu diperutku." Dia membawa tanganku yang berada dibelakang punggungnya untuk dilingkarkan ke perutnya. "Agar kau tidak jatuh."
Dengan terpaksa aku mengikuti perintahnya. Tidak lama kemudian motornya mulai menerjang kota Seoul.
Aku merasakan laju motornya yang semakin kencang. Mau tidak mau, aku semakin mengeratkan pelukanku pada perutnya.
"Dimana rumahmu?"
"Di depan ada pertigaan, belok kanan. Nanti ada rumah berwarna abu-abu. Itu rumahku." Dia mengangguk.
Aku merasakan motor yang kutunggangi berhenti. Perlahan aku melepaskan pelukannya. Kemudian turun.
Aku membungkuk, "Gomawo Wonho-shi."
"Ne, cheonmaneyo. Aku pulang dulu, ne. Annyeong!"
***
Aku membuka pintu rumah. Terkejut karena aku mendapati kekasihku tengah memperhatikan dikursi ruang tamu. Dengan tangan menyilang didepan dada dan tatapan tajam, dia melihatku. Membuatku bergidik ngeri. Kekasihku bernama Lee Seyoung, pria tampan setengah cantik.
"Oppa, sudah pulang? Katanya lembur?" tanyaku mencoba menghalau kegugupan. Dia tidak berkedip.
"Oppa!" Dia masih bergeming.
"Siapa dia?" tanyanya tiba-tiba membuatku terbelalak kaget. Dan aku tahu siapa yang dia maksud.
"Teman."
Lantas dia berlalu menuju kamarnya.
Blam
Suara pintu dibanting itu membuat jantungnya berhenti berdetak seketika. Aku kaget. Lantas aku menghela nafas.
***
Aku takut kejadian serupa menimpaku dihari berikutnya. Akhirnya, aku berbohong pada Wonho selama beberapa hari. Aku mengatakan padanya, bahwa aku akan dijemput seseorang. Walaupun nyatanya, aku hanya ditunggu oleh Taxi. Harganya memang jauh lebih mahal dari bus. Jika aku naik bus, aku pasti ketahuan bohong oleh Wonho. Sebenarnya aku sedang menjaga jarak dengannya. Juga menjaga hati untuk kekasihku. Mianhae Wonho.
***
Merasa bosan dengan perlakuanku yang seolah menghindarinya, Wonho menarik tanganku dengan kasar. Saat sampai diparkiran kampus, dia melepaskan genggamannya. Lantas melingkarkan kedua tangannya kepinggangku. Aku berjengit kaget atas perlakuannya.
Aku menatap mata bulatnya yang menyiratkan kekesalan. Aku tahu ini salahku. Salahku yang menerima ajakannya untuk pulang bersama saat beberapa hari lalu. Membuatnya merasa aku sedang memberinya kesempatan dan harapan. Dan ini adalah konsekuensi yang harus aku dapatkan.
"Kau menghindariku?" Aku menggeleng. Aku sungguh takut dengan nada bicaranya.
"Lalu?"
"A-aku. Hanya tidak ingin merepotkanmu saja." Aku gugup, sungguh.
"Omong kosong." Dia melepaskan rengkuhannya. Dan menyeretku kembali mendekati motornya. Ia menaiki motornya dan memakai helm. Lantas melirikku, "naik!"
Dengan tangan bergetar aku mencoba untuk menaiki motornya. Aku mengedarkan pandangan ke kanan dan kiri. Berharap 'dia' tidak melihatku pulang bareng dengan pria lagi.
Setelah dirasa aman, aku memegang ujung jaketnya. Setelahnya motor melaju sangat kencang membuatku hampir terjengkang. Dan dengan sangat terpaksa -lagi. Aku melingkarkan tanganku diperutnya.
"Tidak mengajakku masuk?" Tanyanya setelah aku turun dari motornya.
"Mi-mianhae. Orang tuaku ada di Rumah. Aku takut mereka marah jika aku membawa pria ke rumah." Maaf, aku berbohong lagi. Sebenarnya aku hanya tinggal dengan kekasihku, yang sebentar lagi akan menjadi suamiku. Aku bukan takut kau bertemu orangtuaku, karena mereka tidak satu rumah denganku. Aku takut dia bertemu dengan kekasihku. Dia pasti akan mencecarnya dengan ribuan pertanyaan. Dan memandangnya dengan penuh kebencian. Aku takut terjadi sesuatu pada Wonho.
Dia mengangguk," Annyeong!"
Lantas motornya berlalu. Aku membalik badanku dan mendapati seorang pria tengah memandangku dengan kilatan amarah. Membuatku bergidik ngeri akan apa yang mungkin terjadi selanjutnya.
"Oppa, ini tidak seperti yang kau lihat." Aku mencoba menjelaskan. Tapi kata-kataku terpotong.
"DIAM!" Sentaknya lantas dia berlalu masuk ke dalam. Aku tahu dia marah. Aku tahu dia cemburu. Mataku tiba-tiba terasa panas. Perlahan bulir bening mengalir dari mataku.
***
Srak srak srak
Suara itu membuatku terbangun. Aku mengerjapkan mata. Melihat ke jendela kamarku. Lantas menatap langit. Gelap. Ini masih malam.
Lalu aku melihat jam yang bergeming di meja nakas. Jam 00.04. Ini tengah malam. Dan suara apa tadi? Seperti suara besi yang bersentuhan dengan benda seperti batu(?) Mungkin. Aku tidak tahu pasti.
Aku turun ke lantai dasar. Menuju asal suara.
Srak srak srak
Suara itu kembali terdengar. Aku kembali menajamkan pendengaranku. Dan suara itu aku yakini berasal dari dekat dapur, tepatnya ruangan gelap yang setahuku itu adalah gudang.
Perlahan aku melangkah menuju tempat itu. Sedikit lagi aku akan menggapai kenop pintu itu. Tetapi tanganku terhenti diudara saat aku mendengar langkah kaki dari dalam. Aku cepat-cepat bersembunyi dibalik dinding yang berada disebelah pintu. Nafasku memburu, takut ketahuan akan keberadaanku.
Setelah dirasa orang itu telah berlalu, aku keluar dari persembunyianku. Melihat ke kanan dan kiri, takut ada orang yang melihatku. Merasa telah aman, akupun memutar kenop pintu dan menyembulkan kepala ke dalam. Di sana, hanya ada sebuah kapak yang tergeletak dilantai.
Ah sepertinya kekasihku itu akan melaksanakan hobinya. Berburu serangga. Aku bernapas lega. Lantas menutup kembali pintu itu. Kemudian berjalan menuju kamarku.
Aku masuk ke dalam selimutku. Memejamkan mata untuk melanjutkan tidurku.
Kriet
Aku mendengar suara pintu terbuka. Dan langkah kaki yang mendekat ke ranjangku. Aku mencoba untuk tidak membuka mata. Pura-pura tidur.
Aku merasakan ada tangan mengelus kepalaku dan menyibak helaian rambut yang menutupi keningku. Kemudian aku merasakan daging basah dan hangat menyentuh keningku.
"Kau milikku!" Suara serak itu mengalun indah terdengar di telingaku. Aku tahu itu suara siapa. Aku tahu. Tanpa membuka matapun aku tahu.
Dan kemudian aku merasakan daging basah itu menyentuhku lagi. Bukan di kening. Melainkan di bibir. Tapi bukan sekedar sentuhan yang kurasa. Ada sedikit lumatan-lumatan yang membuat hatiku berdesir hangat.
Bagai sebuah mantra, sentuhannya membuatku mataku kian berat. Dan perlahan aku benar-benar tertidur.
***
Hari ini aku tidak melihat Shin. Padahal aku ingin meminta maaf padanya atas kejadian kemarin. Tapi hingga jam perkuliahan telah usai, dia tidak menunjukan batang hidungnya.
Aku berjalan menyusuri koridor kampus sendirian. Hingga sampai di depan mahasiswa yang sedang mengerumuni mading. Aku penasaran dengan kerumunan itu. Mereka sedang melihat apa? Info ? Ada info apakah hari ini ?
Aku mendekat ke arah kerumunan itu. Aku memaksa masuk untuk sampai di depan mading. Berdesakan dengan mahasiswa lainpun tak mengapa. Aku benar-benar penasaran.
Hingga akhirnya aku berhasil melewati, dan kini di depanku ada sebuah artikel yang membuat nafasku tercekat.
Ditemukan seorang pemuda tewas mengenaskan di salah satu lorong gang kota Seoul. Diduga ini adalah kasus pembunuhan. Kondisi korban sangat memperihatinkan. Dengan mata tercongkel dan kedua tangan yang hilang tanpa jejak. Sampai saat ini belum diketahui siapa pelaku pembunuhan sadis itu. Korban diduga bernama Shin Won Ho (23) Mahasiswa Clouds Universitas.
Aku diam membatu setelah membaca berita itu. Tubuhku rasanya lemas dan tanpa tenaga. Hingga orang-orang yang berdesakan tidak sengaja mendorongku kebelakang. Dan berakhir dengan aku yang sudah keluar dari kerumunan itu.
Aku tidak percaya. Bagaimana bisa Shin mati mengenaskan seperti itu? Siapa yang tega melakukan hal sekeji ini padanya?
Aku tenggelam dari fikiranku hingga sebuah tangan kokoh melingkar dipinggangku membuatku tersentak. Aku menoleh dan mendapati kekasihku sedang merangkulku dengan possesif. Dia tersenyum.
Tanpa aba-aba dia menarikku menjauh dari kerumunan itu. Dan berhenti di depan gerbang kampus. Kemudian menarikku kedalam pelukannya.
"Kau hanya milikku. Tidak ada yang boleh melihatmu selain aku."
"Kau hanya milikku. Tanganmu hanya boleh memelukku."
"Kau hanya milikku. Tidak ada yang boleh menyentuhmu selain aku."
Sedetik kemudian dia mendekatkan wajahnya ke arahku. Menciumku dengan penuh cinta. Sesekali melumat. Dan rasanya begitu memabukan.
Tetapi aku sadar, ini masih di area kampus. Aku cepat-cepat memukul dadanya agar ciuman kami terlepas. "Wae?"
"Ini masih di area kampus, Oppa." Aku melirik kiri-kanan. Banyak mata memandang kami. Itu membuat pipiku memanas. Aku malu.
"Aku tidak peduli. Jika ada yang cemburu. Akan kubunuh dia."
Sontak aku membulatkan mata. Dan menatapnya. Kini kulihat ia sedang menyeringai. Oh dia benar-benar mengerikan.
END
horee ending. Hehehee. Gimana aneh ya?? Ff ini terinspirasi dari adegan seyoung yang kemaren pas jumat wkwkw. Terus MV BOW. Pengen banget saya tuh bikin cerita pembunuhan kek gitu. Tapi baru kesampaian. Hahaha. Semoga tidak mengecewakan ya.
Udah tau kan ya siapa pembunuhnya? Baca ulang aja kalau masih bingung. Hehehee.
Btw, happy birthday selirkuh Nadalaurant ciee menua. Ciee kita sama-sama tua. Semoga apa yang disemogakan tersemogakan. AAMIIN 🎉🎊🎊🎁🎁🎁
22 / 07 / 2018
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro