Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DYEZRA 45 - She's Safe



"Kita hanya bisa membawa helikopter saat ini, pulau itu cukup terpencil dan berada di tengah-tengah laut. Tidak mungkin jika kita menggunakan pesawat, itu akan sangat memakan tempat."

Harvey Leovin berujar dengan penuh wibawanya di depan seorang sahabat dan tiga orang pemuda yang saat ini menatapnya penuh keseriusan. Arkabima, Harvey, Diorza, Fero, dan Narega saat ini tengah berada di ruangan pribadi Arkabima. Setelah menemukan lokasi Dyezra, mereka tidak bisa gegabah begitu saja. Jadi mereka memutuskan untuk membahas rencana itu di ruang pribadi Arkabima.

"Lantas, apa rencana kita selanjutnya, Om?" tanya Fero.

Harvey menatap pada pemuda tampan dengan pakaian sederhana itu. Celana jeans hitam dan kaos oblong abu-abu. "Aku semakin tidak yakin kalau Dyezra berpacaran denganmu," ujarnya yang entah kenapa jadi keluar topik. Fero sendiri merasa tertohok dengan perkataan Om Harvey padanya.

Narega dan Diorza tertawa, keduanya ber-tos ria karena berhasil membalas perkataan Fero tempo waktu. Ya, tentang pribadi Om Harvey yang bermulut pedas dan blak-blakan. Fero menertawakan keduanya karena mereka sering kena tegur Om Harvey dengan lidah tajamnya itu, dan kini ia merasakannya sendiri.

"Jangan begitu, Harvey. Putriku sendiri yang memilihnya. Itu berarti Dyezra tau mana yang terbaik untuk dirinya," sela Arkabima. Fero seketika langsung menatap pada Om Bima dengan penuh haru, tentunya karena masih ada yang membelanya. Fero beralih pada Bang Ega dan Diorza yang menatapnya tidak suka. Ia menyeringai dan mengangkat dagunya dengan angkuh.

"Baiklah, aku juga tidak bisa apa-apa kalau Dyezra sudah memilihnya. Masalahnya, kenapa bocah itu juga harus ada di sini?" Harvey Leovin mengerling jengah ke arah Viona yang duduk di pojok sana sembari menatap dirinya tanpa berkedip.

Sejak pertemuan pertama mereka, sahabat dari keponakannya itu memang selalu mengagumi dirinya secara terang-terangan. Bahkan tak ayal Viona akan mengatakan 'cinta' padanya secara blak-blakan.

Arkabima yang mengerti maksud dari Harvey hanya terkekeh geli. "Biarkan saja, katanya dia ingin ikut berpetualang." Viona berbinar kala mendengar pembelaan Om Bima untuk dirinya.

Harvey berdecak. "Ini bukan main-main, Viona! Bukan juga petualangan yang ada dipikiran kekanakan kamu itu!" bentaknya.

Viona tersentak. Kenapa Om Harvey membentaknya seperti itu? "Tapi Om, aku juga ingin menyelamatkan Dyezra. Aku juga ingin berbicara dengan Devina," sanggahnya. Meskipun Om Harvey melarangnya, ia akan tetap ikut.

"Tidak, Viona! Kau tidak bisa ikut!"

"Aku tidak butuh persetujuan Om untuk ikut menyelamatkan sahabatku!"

Kedua sejoli berbeda gender itu saling pandang dengan tatapan tajam. Saling melemparkan aura dominan masing-masing. Namun, tentunya Viona akan kalah kalau lomba tatap-tatapan dengan Om Harvey. Gadis itu langsung menunduk dengan bibir mengerucut lucu.

"Sudahlah, kalian ini kenapa?" Arkabima melerai keduanya saat suasana terasa semakin panas.

Harvey menghela napasnya, ia dan keempat pria lainnya kembali membahas soal rencana penyelamatan Dyezra yang akan dilaksanakan keesokan harinya, mengabaikan Viona yang bahkan sudah tertidur di atas sofa.

⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°

Fajar bahkan belum menampakkan dirinya, tapi dua pria paruh baya, tiga pemuda, dan seorang gadis sudah berkumpul di atas rooftop apartemen beserta helikopter yang siap ditumpangi.

"Bukankah sudah kubilang, kau tidak boleh ikut?" tekan Harvey saat menyadari ada Viona di antara mereka.

"Aku akan tetap ikut!" tegas Viona tak mau dibantah.

"Kamu berani-"

"Sudahlah Harvey, biarkan Viona ikut." Arkabima menggelengkan kepalanya heran karena Harvey yang mempermasalahkan hal kecil seperti itu.

Harvey berdecak kesal. Baiklah, dia akan membiarkan Viona ikut kali ini. Tidak ada pilihan lain, dan ia juga tidak ingin membuang-buang waktunya karena masalah ini.

"Ayo berangkat!" seru Narega menginterupsi.

"Tunggu, pilotnya mana Bang?" tanya Fero saat tak melihat tanda-tanda adanya pilot di antara mereka.

"Pilot? Untuk apa? Om Bima dan Om Harvey bisa melakukannya," jawab Narega.

"Are you seriously?!" Fero benar-benar dibuat terperangah sekarang. Kenapa Dyezra tidak pernah memberitahunya kalau calon mertuanya sehebat ini?!

Narega mengangguk-anggukkan kepalanya dengan bangga. Ia merasa bangga bisa memamerkan hal itu pada Fero. Om Harvey menatap keduanya dengan jengah. "Sudahlah, kita harus segera ke lokasi. Kasian Dyezra," ujarnya.

Setelah perdebatan tidak penting lainnya, mereka kini sudah siap terbang. Dengan Arkabima dan Harvey sebagai pilotnya, mereka berangkat ke lokasi. Tepatnya sebuah pulau, di mana Dyezra disembunyikan oleh Duo Blanc itu di sana.

Saat melakukan penyelidikan kemarin, ternyata kedua orang tua Devano dan Devina tidak mengetahui perbuatan kedua anaknya tersebut. Lantas Arkabima langsung menelepon rekan bisnisnya itu dan memberitahukan kelakuan kedua anak mereka.

Awalnya mereka memang tidak percaya, tapi setelah mendengar pengakuan Nindi sebagai saksi, dan foto-foto Dyezra yang ternyata berada di pulau pribadi mereka. Akhirnya mereka percaya dan mengizinkan Arkabima untuk menghukum kedua putra-putrinya tersebut.

"Sudah siap?" tanya Arkabima menginterupsi.

Narega, Diorza, Fero, dan Viona mengangguk serempak.

"Oke, kita berangkat sekarang."

Di antara heningnya pagi itu, hanya suara helikopter yang memecahkan keheningan di atas rooftop apartemen tersebut. Viona dan Fero tak henti-hentinya berdecak kagum melihat pemandangan dari atas sana. "Kapan lagi naik helikopter gratis, ye nggak?" kata Fero yang mendapat anggukan antusias dari Viona.

Diorza hanya menatap dua teman kakaknya itu dengan jengah. "Kalian kayak nggak pernah naik helikopter aja," komentarnya.

"Emang nggak pernah," sahut Fero.

"Ini pertama kalinya," timpal Viona.

Narega terbahak. "Kalian ini ada-ada saja," ujarnya sembari menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Setelahnya, mereka menikmati berbincang-bincang selama perjalanan sembari membahas rencana mereka selanjutnya. Mereka memang sesekali bercanda, tapi sebenarnya mereka sedang gelisah perihal Dyezra.

Terutama Viona, gadis itu takut perihal apa yang akan mereka hadapi saat sampai di sana. Ia tidak terlalu bisa bela diri, apalagi memegang senjata api.

Hah, pokoknya gue nggak boleh merepotkan siapapun di sana.

⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°

Dor, dor, dor!

Dyezra sontak terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ribut dari luar. Dengan tergesa-gesa gadis itu membuka jendela dan melongokkan kepalanya. Dyezra langsung menutup mulutnya saat netranya menangkap aksi tembak-tembakan yang terjadi di bawah sana.

"Ada apa sebenarnya?"

Panik. Ya, itu yang Dyezra rasakan sekarang. Gadis itu mondar-mandir di dalam kamar tersebut sembari menggigiti kuku jarinya.

Brak!

Dyezra menoleh ke arah pintu.

"SIAPA?!"

Tidak ada sahutan dari luar sana. Suara tembakan dan pukulan kembali terdengar bertubi-tubi. Dyezra meringkuk di dekat ranjang sembari menutup kedua telinganya dan memejamkan matanya lantaran merasa takut.

Brak!

Dyezra semakin menutup matanya erat-erat saat suara dobrakan itu kembali terdengar oleh telinganya.

BRAKK!

"DYEZRA!"

"Fero?"

Dyezra sontak membuka matanya dan mendongak sepenuhnya ke arah pemuda yang tampak berantakan itu. Fero langsung menghampiri Dyezra dan memeluk gadisnya dengan erat. "Syukurlah lo baik-baik aja Ra," ujarnya.

Mata Dyezra berkaca-kaca, gadis itu tidak sanggup menahan air matanya saat tahu kalau Fero datang untuk menyelamatkannya, membawanya pulang bersama pemuda itu.

"Sstt, cup cup cup. Udah ah, jangan nangis. Gue masih harus bantuin yang lain, gue anter lo ke Viona."

"Viona juga ikut?"

Fero mengangguk singkat. "Dia ikut, ada di luar anaknya."

Dyezra mengangguk paham.

Kedua sejoli itupun langsung keluar dari kamar, lalu berjalan melewati pertarungan para anak buah papanya dan anak buah Devano. Dapat Dyezra lihat, tidak hanya papanya dan adiknya. Namun Bang Ega, Om Harvey, dan juga Viona yang menunggunya di luar, datang untuk menyelamatkannya. Ah, betapa beruntung dirinya memiliki mereka. Orang-orang yang begitu menyayanginya.

"FERO, AWAS!"

Dor!

"Akh!"

"DYEZRA!"

Kejadiannya begitu cepat saat peluru tersebut berhasil menembus punggung Dyezra yang melindungi Fero dari tembakan tersebut. Arkabima langsung menembaki para musuh yang tersisa dengan cepat saat melihat putrinya tumbang di pelukan Fero.

Setelah semua musuh berhasil dilumpuhkan, berikut juga Devano─orang yang berusaha menembak Fero, tapi malah terkena Dyezra─berhasil dilumpuhkan. Pemuda itu masih hidup dan sedang diurus oleh Om Harvey saat ini. Sementara Devina, gadis itu sama sekali tidak menunjukkan keberadaannya di rumah tersebut.

Viona yang menunggu di dalam helikopter sangat terkejut, lantaran Dyezra berhasil diselamatkan tapi dalam keadaan pakaian penuh darah karena luka tembak. "Dyezra? Kenapa bisa?" tanyanya.

"Tidak ada waktu untuk membahasnya, Vio. Kita harus segera membawanya ke rumah sakit," jawab Narega.

"Lantas Om Harvey mana?" tanya Viona lagi.

"Om Harvey masih di sana untuk mengurus para penjahat itu, nanti dia akan menyusul."

Viona mengangguk mengerti.

Akhirnya mereka kembali pulang tanpa Om Harvey, mereka harus segera membawa Dyezra ke rumah sakit dan mengobati diri mereka sendiri yang terluka di beberapa bagian. Seperti Om Bima yang terkena tusukan pisau di lengan kirinya, Bang Ega yang juga terkena sayatan di bagian perutnya. Juga Diorza dan Fero yang mendapat banyak lebam-lebam di wajahnya.

Beruntung karena di antara mereka tidak ada yang terkena tembakan dari senjata api sama sekali. Ya, siapa juga yang mau terkena tembakan dari timah panas itu.

Semoga Om Harvey baik-baik aja.

⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°

Suara ambulans dan suara gesekan roda brankar dengan lantai menjadi sorotan di tengah hiruk pikuk rumah sakit yang berada di pusat kota itu. Pasiennya yang tidak lain dan tidak bukan adalah Dyezra itu tengah dibawa ke ruang ICU sekarang.

"Tolong semuanya tunggu di luar ya, saya dan tim akan berusaha mengeluarkan pelurunya."

Mereka hanya bisa mengangguk dan menunggu di luar. Arkabima sudah menghubungi mantan istrinya soal keadaan Dyezra. Ibu kandung dari kedua putra-putrinya itu sebentar lagi sampai.

"Om, sebaiknya obatin dulu lukanya. Bang Ega, Diorza sama Fero juga. Biar Dyezra aku yang tungguin di sini," ujar Viona menginterupsi.

Arkabima menoleh ke arah Narega seolah berbicara lewat tatapan mata. Kemudian Arkabima mengangguk. "Baiklah, kalau begitu Om titip Dyezra."

Viona mengangguk mengerti.

Setelah mendapat anggukan dari Viona, Arkabima langsung mengajak ketiga pemuda itu pergi untuk mendapatkan perawatan pada luka-luka mereka.

Beberapa menit setelah kepergian para cowok, Viona duduk di kursi tunggu dengan perasaan gelisah yang entah dari mana datangnya. Gadis itu benar-benar tidak bisa diam. Sebentar duduk, sebentar berdiri, kemudian duduk lagi, berdiri lagi, terus seperti itu berulang-ulang.

"Argh, gue kenapa sih?"

"Ah, Om Harvey! Iya, pasti gue gelisah karena belum tau keadaan Om Harvey. Gue harus menghubungi dan bertanya bagaimana keadaannya."

Dengan cepat, Viona mencari ponselnya di dalam tas kecil yang dibawanya. Setelah menemukannya, ia cepat-cepat mengirim pesan pada nomor Om Harvey.

Viona:
Apakah Om baik-baik saja?

Centang dua abu-abu, Viona menunggu balasan dengan tidak sabar. Lima menit kemudian, masih belum ada balasan. Oke, Viona mulai kesal sekarang. Ia berniat kembali memasukkan ponselnya, tapi bunyi notifikasi pesan masuk mengurungkan niatnya.

Om Harvey:
Saya baik-baik saja, tidak perlu mengkhawatirkan saya.

"Ugh, udah gue duga jawaban dia bakal kayak gitu." Viona tertunduk lemas. "Dasar, mentang-mentang ganteng." Bibirnya mencebik lantaran merasa kesal. Kemudian untuk menghapus rasa kesalnya, Viona memutuskan untuk memesan makanan untuk dirinya dan yang lainnya.

"Ntar tinggal minta Om Bima buat bayar, hahaha."

Tap, tap, tap!

Viona langsung mengalihkan perhatiannya ke asal suara. "Tante Bella?" Ya, suara langkah kaki yang terdengar menggema tadi berasal dari sepatu Abella Syafa. Ibunda dari Dyezra dan Diorza.

"Viona, gimana keadaan Dyezra?" tanyanya yang tidak bisa menyembunyikan nada cemas dalam perkataannya.

"Dokter lagi berusaha mengeluarkan pelurunya Tante," jawab Viona apa adanya.

Tante Bella menghela napasnya dan mengambil duduk di samping Viona. Viona memerhatikan ibu dari sahabatnya tersebut. Dengan gamis dan kerudung syar'i yang selalu dipakainya itu membuat Tante Bella terlihat sangat cantik. Ia saja sering merasa insecure jika berdampingan dengan Tante Bella seperti ini.

"Sebenarnya apa yang terjadi? Bukannya kalian sedang camping harusnya?"

Viona menghela napasnya. Dengan berat hati ia menceritakan semuanya, tentang masalah penculikan Nindi dan Dyezra. Ia tidak berani bohong jika pada Tante Bella, karena ibunda Dyezra itu selalu tahu jikalau dirinya sedang jujur atau bohong. Benar-benar tipe orang yang tidak bisa dibohongi.

"Ya ampun, serius kamu? Devina juga terlibat?"

Viona mengangguk pelan. Sudah dia duga kalau reaksi Tante Bella akan seperti ini. Ia pun saat pertama kali mendapatkan kabar waktu itu juga sangat tidak percaya. Bisa dibilang, mustahil untuk percaya.

"Tante benar-benar tidak menyangka," ujar Tante Bella.

"Begitupun Viona, Tante. Kita sahabatan udah lumayan lama, tapi kenapa Devina bisa ngelakuin hal kayak gitu?" timpal Viona.

Tante Bella menggeleng. "Tante juga tidak mengerti, mungkin kita harus menunggu sampai Dyezra sadar dan bertanya padanya."

Ya, Viona setuju dengan hal itu.

Setidaknya untuk sekarang mereka akan fokus pada kesembuhan Dyezra dulu.



Part ini bikin deg-degan sumpah, tapi aing jadi gemes sama Viona sama Om Harvey(⌒▽⌒)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro