Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DYEZRA 37 - Keseruan Camp



Baik Fero maupun Dyezra sekarang sudah tak peduli lagi dengan rasa lelah mereka. Ya, setelah tiba di tempat tujuan, keduanya langsung berlarian mengambil makanan untuk mengisi perut mereka yang keroncongan. Bahkan yang lain saja langsung tepar di tempat karena kelelahan. Namun keduanya sepertinya masih mempunyai sisa tenaga untuk dikeluarkan.

Lihat saja sekarang. Di mana Dyezra yang tengah mencicipi semua makanan, sementara Fero yang bertugas membawa piring untuk membawa jajanan mereka.

"Stamina mereka ada berapa, sih?" tanya Mira sembari menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

"Gatau ah, gue capek," sahut Viona yang sudah tiduran di atas rumput dengan napas yang ngos-ngosan.

Devina mendesah malas, gadis itu tengah bersandar pada tanah yang sedikit tinggi di belakangnya sembari mengipasi lehernya. Tidak jauh berbeda dengan keadaan Nindi dan Aretta yang ikutan tepar.

Dyezra yang melihat teman-temannya nampak kelelahan, berinisiatif mengambilkan mereka makanan dan minuman. Tentunya dibantu oleh Fero yang sedari tadi terus mengekorinya layaknya anak ayam.

"Udah?" tanya Fero.

Dyezra mengangguk singkat. "Udah, keknya udah cukup. Biar gue yang bawa makanannya, lo bawain minumannya ya." Fero menurut, dengan cekatan langsung mengambil beberapa gelas dan mengisinya dengan es teh yang tersedia di sana. Sementara Dyezra sudah berjalan terlebih dahulu menghampiri teman-temannya.

"Nih makan, gue gatau selera kalian, jadi gue ambil aja yang menurut gue enak."

"Widihh, enak nih kayaknya," ujar Fikri yang langsung mencomot satu bakwan.

"Makasih ya Ra," kata Mira sembari mengambil makanan yang diinginkannya.

Dyezra hanya mengangguk dan tersenyum. Ia meletakkan piring itu di tengah-tengah mereka. Tidak lama kemudian, Fero datang membawa es teh yang langsung jadi rebutan. "Pelan-pelan, woy! Ntar tumpah kaga mau tanggung jawab gue," serunya.

Viona terkekeh. "Lo cocok jadi pelayan cafe, Fer. Nganterin minuman ke pelanggan," ujarnya tanpa dosa.

Fero mendelik tidak terima. "Enak aja lo! Ganteng gini dibilang pelayan cafe. Gue tuh cocoknya jadi pangeran atau raja," katanya dengan bangga.

"Prett! Pangeran kodok kali," cibir Devina. Yang lain auto menertawakan Fero. Sementara sang empunya hanya terdiam dengan bibir mengerucut sebal.

"Bully aja terooss. Berdosa lo pada sama gue."

"Udah-udah, habis ini kita kan harus turun lagi. Balik ke basecamp sebelum malam," tukas Dyezra.

Mira mendesah malas. "Auto sengklek kaki gue. Zenius Camp apanya, bukannya makin jenius, makin bego iya gue." Viona auto ngakak mendengar gerutuan Mira yang memang ada benarnya itu.

"Ya udah sih, kan ini juga program sekolah. Kalian butuh nilai, 'kan? Ya lakuin aja dengan sukarela," sahut Devina dengan bijak. Di antara yang lain, gadis itu memang yang paling dewasa.

"Perhatian semuanya! Sebentar lagi kita akan turun kembali menuju basecamp. Yang belum makan, segera makan. Yang belum minum, segera minum. Yang ingin ke kamar mandi juga segera."

Dyezra dan kawan-kawan hanya pasrah, padahal bisa dibilang baru sebentar mereka beristirahat. Mereka hanya satu jam di sana, dan setelahnya harus kembali turun. Benar-benar menyiksa fisik dan batin.

"Yok, bangun yok."

"Yok, jalan lagi yok."

"Semangat kita!"

Dyezra, Viona, dan Devina saling bersahutan untuk menghidupkan semangat teman-temannya yang suram itu. Ketiga sahabat itu sangat tahu bagaimana untuk menghidupkan suasana.

"Rek ayo rek, mlaku-mlaku nang tunjungan," ujar Viona mulai bernyanyi.

"Rek ayo rek, rame-rame bebarengan," sahut Mira.

"Asekk! Lanjut, Mang!" seru Fikri.

"Cak ayo cak, sopo gelem melu aku," lanjut Mira sembari menggoyangkan pinggulnya.

"Mantap! Goyang dong!" sahut Fero.

"Cak ayo cak, golek kenalan cah ayu," ujar para anak cewek bersamaan. Setelahnya mereka tertawa kencang. Menertawakan kekonyolan yang mereka buat. Sungguh, ada-ada saja kelakukan mereka.

⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°

Malam sudah tiba, para rombongan siswa pun sudah sampai kembali di basecamp, tidak ada agenda untuk dua jam ke depan. Jadilah sekarang mereka sedang bebas bersantai ria. Para guru juga tidak terlihat, mungkin semuanya berada di basecamp. Jika dihitung, sudah dua hari mereka berada di sana. Sangat menyenangkan rasanya belajar di luar bersama teman-teman dan sahabat.

Di sudut hutan di sekitar area camp, terlihat Aretta tengah berbicara dengan seseorang di seberang ponselnya. Beberapa kali gadis itu berdecak pelan dengan ekspresi wajah marah dan kesal yang terlihat jelas.

"Iya gue ngerti, nggak usah gertak gue ya! Gue udah paham sama tugas gue!"

Tangan Aretta mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Orang yang tengah berbicara dengannya di seberang sana begitu menjengkelkan dan seenaknya. Seorang Margaretta Anetta harus terpaksa mengiyakannya jika tidak ingin terjadi hal buruk pada perusahaan keluarganya. Gadis itu tidak mau perusahaan orang tuanya bangkrut dan jatuh miskin. Citranya bisa hancur seketika jika hal itu terjadi.

"Iya, gue paham. Dah ya, gue tutup. Gue gamau ada yang curiga karena gue kelamaan di luar basecamp."

Setelah mendengar persetujuan dari sang lawan bicara, Aretta langsung mematikan panggilan tersebut. Masih dengan alis yang menukik tajam karena kesal, gadis itu langsung kembali ke basecamp.

⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°

Saat ini di basecamp anak cewek, Nindi berusaha mengajak Dyezra berbicara. Ia ingin dekat dengan saudara tirinya itu.

"Ra, kamu mau roti nggak?" Nindi menawarkan roti isi coklat yang dia bawa dari rumah ke pada Dyezra. Gadis itu hanya melirik ke arah Nindi sekilas.

"Nggak perlu."

Nindi langsung menunduk dengan lesu. Mira yang melihat kelakuan Dyezra dengan reflek menabok lengan gadis itu. "Lo tuh ya! Nindi tuh udah baik nawarin lo, respon lo malah kayak gitu."

Dyezra mendelik sembari mengusap-usap tangannya yang panas karena tabokan maut Mira. "Kan gue udah bilang nggak mau, ishh!" Tanpa sengaja Dyezra melihat ke arah Devina yang menatapnya seolah memperingatkan. "Oke, gue terima," ralat Dyezra yang langsung mengambil roti dari Nindi yang tadi di tolaknya itu.

Nindi langsung sumringah dengan senyuman lebar yang terbit dari bibirnya. "Kalo mau lagi, bilang aja ya! Aku beli agak banyak nih!" ujar Nindi dengan antusias. Dyezra hanya mengangguk mengiyakan tanpa minat. Gadis itu langsung memakan roti pemberian Nindi dengan pelan.

Senyum manis tidak lepas dari bibir Nindi saat melihat Dyezra memakan sampai habis roti pemberiannya. Ia sangat bahagia, sungguh. Dengan perasaan gembira, ia mengambil roti lagi dari tasnya dan memakannya dengan lahap. Mira yang melihat itu tersenyum teduh. Bisa ia rasakan kebahagiaan Nindi yang meletup-letup itu. Ia harus berterima kasih pada Devina karena membantunya menyampaikan hal yang seharusnya soal Nindi pada Dyezra.

"Eh, agenda kita nanti malam apa ya?" celetuk Viona yang membuat semua sahabatnya terdiam.

"Iya juga ya, coba lihat di jadwal," usul Dyezra.

Dengan cekatan Viona langsung mengambil lipatan kertas jadwal miliknya dan membukanya. "Nanti malam ... Ah, ini dia! Mini games!"

"Waw, kayaknya seru tuh!" seru Mira menggebu-gebu.

Nindi terkikik geli. "Semoga aja," gumamnya disertai senyuman manis miliknya.

Setelahnya mereka kembali tertawa dan bercanda bersama. Nindi juga sudah berani ikut nimbrung bersama mereka. Terlepas dari adanya Dyezra di sana. Hal itu mereka lakukan hingga satu jam kemudian, mini games dimulai.

⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°

Ya, ini memang mini games, namun disertai dengan cerdas cermat. Peraturannya, siapa yang bisa menjawab akan mendapatkan poin. Yang tidak bisa menjawab atau jawabannya salah, akan mendapatkan hukuman. Hukumannya adalah menggendong satu per satu teman setimnya sembari berteriak 'hu! ha!'.
Satu tim terdiri dari tiga orang.

Peserta pertama yang mengajukan diri dari tim cewek ada Dyezra, Viona, dan Devina. Sementara peserta dari tim cowok ada Fero, Deon, dan Fikri. Ya, mereka jadi rival dalam permainan ini sekarang.

"Baik, saya bacakan soalnya. Sungai apa yang terpanjang di Benua Amerika?"

Tim cowok menjawab, "Sungai Amazon," yang diwakilkan oleh Fero.

"Betull! Oke, pertanyaan selanjutnya. Buku yang berisi peta Bumi adalah?"

Tim cewek dengan cepat menjawab, "Atlas!" Devina yang menjawab tanpa ragu.

"Benar lagi! Pertanyaan berikutnya. Buah kesukaan monyet adalah?"

"Pisang!" jawab Fikri dengan lantang.

"Wahh Fik, kok lo tau? Temennya monyet, ya?" celetuk Mira yang mengundang tawa anak-anak yang lain. Fikri mendengkus sebal.

"Jangan ramai, oke jawabannya benar lagi. Tim cewek harus gercep nih biar nggak ketinggalan. Pertanyaan selanjutnya, apa nama kerajaan terbesar di Nusantara?"

Dengan percaya dirinya Viona menjawab, "Sriwijaya!"

"Salah! Jawabannya adalah Majapahit. Silakan laksanakan hukuman."

"Yahh, kok salah sih?" gerutu Viona.

Dyezra berdecak kesal. "Makanya jangan buru-buru!"

Dengan terpaksa Viona harus menggendong kedua sahabatnya itu sembari berteriak hu, ha. Dia menggendong Devina dulu, baru Dyezra. Setelahnya, hanya terdengar suara napas Viona yang ngos-ngosan di sana.

Permainan cerdas cermat itu terus berlanjut hingga soal kesepuluh. Dengan skor akhir, 70 dan 90. Unggul untuk tim cowok. Jadi pemenang pertamanya adalah tim Fero dan kawan-kawan.

"Haha, nggak nyangka kita menang. Baru kali ini gue ngerasa paling pinter," ujar Fikri yang tidak bisa menyembunyikan perasaan senangnya.

"Yaelah, mini games doang juga. Bangga amat," cibir Viona yang sepertinya masih tidak terima karena sedari tadi dia lah yang paling banyak salah dalam menjawab.

"Bodo amat, penting tim gue menang. Wlee!" ledek Fikri sembari menjulurkan lidahnya. Bibir Viona berkedut kesal. Ingin sekali dia menabok wajah songong Fikri sekarang.

Mini games itu terus berlanjut hingga pukul 10 malam. Setelahnya para siswa kembali ke basecamp untuk beristirahat, karena agenda mereka untuk besok masih padat. Begitupun dengan para tokoh utama kita. Mereka tidur dengan lelap setelah seharian ini terus beraktifitas. Semoga semuanya besok tetap berjalan lancar.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro