Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

DYEZRA 34 - Hati Berbunga



"Huaaa, akhirnya nyampe juga kita." Viona merentangkan tangannya menghirup udara malam di puncak. Mereka baru saja turun dari bus by the way, dan sekarang baru jam delapan malam. "Uhuk uhuk, sialan. Keselek angin gue," ujar Viona kemudian sembari memegang lehernya.

Dyezra terbahak. "Makanya nggak usah kebanyakan gaya," ledek Dyezra.

"DYEZRAA! VIONAAA!"

Kedua gadis tersebut langsung menoleh ke asal suara, ternyata itu Devina dan yang lainnya. Devina, Fero, Deon, Fikri, dan di belakang mereka ada Mira juga Nindi. Dyezra langsung melunturkan senyumannya begitu melihat Nindi ada di antara para sahabatnya.

"Gimana perjalanannya tadi?" tanya Devina setelah tiba di tempat Dyezra dan Devina berdiri.

"Seru banget, dong! Iya kan, Ra?" jawab Viona antusias sembari menatap Dyezra.

Dyezra tersenyum tipis dan mengangguk. "Iya, nih anak banyak ngoceh sampe gue nggak bisa tidur," ujarnya kelewat jujur. Devina mendelik pada Viona, sementara Viona malah mengerucutkan bibirnya.

Mira tertawa hingga membuat ketiga gadis tersebut menoleh. "Haha, astaga kalian ini. Ayok, ke sana! Udah disuruh baris, tuh!" ajaknya sembari menunjuk pada teman-teman sekelas mereka yang mulai berbaris di satu tempat.

Dengan kecepatan seribu, para remaja itu langsung berlarian dan berbaris sesuai urutan kelas mereka masing-masing.

"Selamat malam semuanya." Okey, suara kepala sekolah kembali terdengar. Dyezra menajamkan pendengarannya agar tidak salah info. "Malam ini, kalian akan tidur di basecamp yang sudah disediakan. Karena perkiraan cuaca yang tidak mendukung, jadi sementara kita tidak akan mendirikan tenda. Jadi semuanya tidur di basecamp."

Ya, dapat Dyezra dengar suara kekecewaan teman-temannya. Ia pun merasa sedikit kecewa karena tidak bisa tidur di tenda malam ini. Jiwa survivenya merasa sangat kecewa akan hal itu.

"Saya paham, kalian pasti sangat kecewa. Namun, kami para guru tidak ingin mengambil risiko. Tenang saja, kan kita seminggu di sini. Semoga saja besok cuaca berpihak pada kalian."

Ucapan terakhir sang kepala sekolah seketika membangkitkan semangat teman-temannya. Mereka bersorak senang karena ada banyak hal yang akan mereka lakukan selama seminggu ke depan di camp kali ini.

"Baik, sekarang silakan untuk para cewek ikuti Bu Retno dan Bu Auliya ke basecamp kalian. Untuk para cowok, kalian ikut Pak Safi dan Pak Abdu ya!"

Setelah mendengar instruksi tersebut, Dyezra langsung menggandeng tangan Viona dan berjalan mengikuti Bu Retno dan Bu Auliya yang tengah memimpin di depan.

"Dengar anak-anak! Di basecamp nanti, kalian dibebaskan tidur dekat siapa saja. Beda angkatan pun tidak apa. Karena saya tahu, kalian pasti ingin tidur di samping teman dekat atau sahabat kalian bukan?" ujar Bu Auliya yang langsung membuat para ciwi-ciwi bersorak gembira.

Dyezra dan Viona langsung saja mencari keberadaan Devina dan yang lainnya. Beruntungnya karena jarak barisan kelas mereka tidak terlalu jauh, jadi dengan mudah mereka dapat menemukan sahabatnya itu di antara barisan.

"WOY, DEVINA! SINI LO!"

Dyezra menutup telinganya saat Viona berteriak tepat di samping telinganya. "Jangan keras-keras!"

Viona meringis meminta maaf. "Kalo nggak keras, nggak bakal denger dia."

Devina yang mendengar suara menggelegar dari Viona langsung berjalan ke asal suara. Ia menarik Mira untuk ikut bersamanya, kemudian Mira menarik Nindi. Jadilah mereka bertiga tarik-tarikan, jalan sambil bergandengan tangan.

Sesampainya di tempat Dyezra dan Viona, mereka berlima langsung saja masuk ke dalam basecamp. Meletakkan tas yang sudah terasa sangat menyiksa itu di lantai. Malam ini mereka free, semua siswa diharapkan segera beristirahat karena hari sudah semakin malam dan cuaca di luar sedang tidak mendukung.

"Lagian gue pengen langsung tidur," ungkap Mira sembari mengoleskan lotion pada tangannya.

Devina dan Viona mengangguk setuju, sementara Nindi hanya diam dan kembali fokus membaca thread di ponselnya. Sepertinya gadis itu merasa tidak enak karena ada Dyezra, dan Dyezra sangat sadar akan hal itu.

"Girls, gue mau ke kamar mandi sebentar. Kalian langsung istirahat aja," kata Dyezra sembari mengambil jaket dan ponselnya.

"Lohh? Mau ke mana, Ra? Gue temenin," sahut Devina.

Dyezra menggeleng cepat. "Nggak usah, gue bisa sendiri, udah kebelet nih." Dyezra langsung buru-buru memakai sendalnya dan keluar dari basecamp agar Devina tidak mengejarnya. Soal ke kamar mandi, ia hanya beralasan. Sesungguhnya ia hanya ingin sendiri sebentar, karena suasana malam di puncak adalah favoritnya.

Saat Dyezra keluar, terlihat sebagian guru masih bercengkrama di dekat aula basecamp mereka. Dyezra menoleh ke sana kemari dan mengendap-endap pergi agar tidak ketahuan guru. Ia tidak ingin dimarahi karena keluar tanpa izin begini.

Setelah agak jauh dari basecamp, Dyezra mencari spot yang sekiranya bagus untuk berdiam diri dan merenung. Suasana begitu sepi, yang terlihat hanya kegelapan dan pohon-pohon besar di mana-mana. Juga langit mendung di atas sana penambah suasana. Sepertinya memang benar kalau perkiraan cuaca buruk malam ini. Karena tidak lama setelahnya, gemuruh petir terdengar bersahutan di langit.

Dyezra merapatkan jaket yang dipakainya saat angin yang tadinya tenang, tiba-tiba berhembus kencang. Ia merogoh ponselnya dan mencari kontak seseorang di sana. Ya, kalian pasti sudah menduganya.

"Semoga aja Fero belum tidur," gumam Dyezra tersenyum kecil. Ia mengetikkan beberapa pesan pada pemuda tersebut. Bertanya, apa yang tengah dilakukan pemuda itu sekarang.

Beberapa menit setelahnya, terdapat balasan dari Fero. Dengan cepat, Dyezra langsung membuka pesannya.

⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°

Fero:
Ini, gue sama anak-anak yang lain habis beresin basecamp. Soalnya basecamp cowok berdebu banget. Jadilah kita kerja bakti dulu. Huh, padahal gue udah pengen banget rebahan.

Lo sendiri gimana?

Me:
Gue lagi cari angin di luar.

Fero:
Sama siapa?

Me:
Sendiri '-'

⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°

Di tempatnya, Fero langsung menatap layar ponselnya dengan horor. Fikri yang melihat gelagat aneh dari Fero sontak bertanya.

"Ada apa?"

Fero menoleh pada Fikri dan menunjukkan chatnya dengan Dyezra barusan pada cowok tersebut. Setelah membacanya, reaksinya sama dengan Fero. "Ngapain dia di luar sendirian?!" serunya heboh.

Deon yang awalnya ingin menutup mata jadi terusik. "Kenapa, sih?" tanyanya kesal.

"Itu-"

"Gue susulin Dyezra dulu!" ujar Fero memotong perkatan Fikri dan langsung buru-buru keluar basecamp.

Deon yang mendengar nama Dyezra disebut, menatap Fikri dengan tajam. "Kenapa sama Dyezra?" desaknya.

"Dyezra di luar sendirian, makanya Fero susulin. Udah lo di sini aja, nggak usah ikut-ikutan." Fikri menepuk bahu Deon sebelum kembali merebahkan badannya. Sementara Deon hanya menghela napasnya dan memilih menurut. Meskipun sebagian hatinya merasa cemas dan penasaran.

⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°

Fero celingukan ke sana kemari sembari mengendap-endap layaknya pencuri. Ia begitu khawatir pada Dyezra sekarang. Padahal di sisi lain, ia tahu Dyezra bisa menjaga dirinya sendiri. Namun tetap saja, perasaan khawatir itu ada.

Fero bergegas kembali membuka ponselnya, ia mengetik pesan pada Dyezra, menanyakan posisi gadis itu berada di mana sekarang. Setelah mendapat jawaban, ia bergegas ke lokasi.

Tidak begitu jauh, hanya beberapa ratus meter dari basecamp, ia bisa melihat gadis pujaannya itu tengah duduk sembari memeluk kedua kakinya dan menatap langit.

Dyezra yang melihat kedatangan Fero langsung menampilkan senyuman manisnya. Fero sempat tertegun, namun dengan cepat ia berhasil menetralkan ekspresinya kembali.

"Ngapain di luar, sih?! Udah tau udara malam nggak baik. Lo juga harus jaga suhu badan, jangan sampe kedinginan!" kesal Fero. Bagaimana tidak kesal jika Dyezra sering membuat dirinya kalang kabut dan khawatir?

Dyezra mengerucutkan bibirnya. "Iya maaf, gue lagi pengen sendiri aja tadi," ujarnya pelan. Dyezra meletakkan kepalanya pada lipatan lututnya sembari menoleh ke kanan, di mana Fero baru saja mendudukkan dirinya di samping gadis itu.

Fero menghela napas dan mendongak menatap langit mendung yang masih bergemuruh. Ia melirik Dyezra yang masih menatapnya dengan lekat. "Kenapa lihatin gue sampe segitunya? Gue ganteng banget ya? Sampe lo terpesona gitu."

Dyezra auto melotot karena mendengar kalimat penuh percaya diri keluar begitu saja dari pemuda di sampingnya ini. "Jangan kegeeran, deh!" gerutunya sebal.

Fero terkekeh, ia mengisyaratkan Dyezra agar mendekat ke arahnya. Gadis itu menurut, ia duduk persis di samping Fero yang langsung merentangkan tangannya dan merengkuh Dyezra ke dalam pelukannya.

Dyezra berjengit kaget dan berusaha berontak.

"Diem, biarin aja dulu kek gini. Lo kedinginan, 'kan? Gue peluk biar badan lo hangat," ujarnya sembari menggoda Dyezra.

Dyezra dengan pipi bersemu hanya mampu terdiam. Di situasi seperti ini, ia tidak bisa berkata apa-apa lagi selain menurut. Lagipula, sejak dulu pelukan Fero memang selalu membuatnya nyaman dan merasa aman. Tanpa Dyezra sadari, ia selalu bergantung pada sahabatnya ini.

Mungkin kalau tidak ada Fero, ia tidak tahu ke mana harus bersandar jika kelelahan. Ke mana harus menangis ketika sedang bersedih. Ke mana harus meraung-raung jika sedang marah. Ke mana dia akan curhat jika tidak ada Fero di hidupnya?

"Thank you."

Fero menatap Dyezra dengan kening mengerut. "Buat apa?" tanyanya.

"Karena udah hadir di hidup gue."

Fero tidak menyangka Dyezra akan mengatakan hal seperti itu. Ia sontak menatap pada gadis di sampingnya yang fokus menatap ke depan. Senyuman yang begitu tulus terbit di bibir Dyezra. Ya, Fero juga melihatnya.

"Gue yang harusnya bilang gitu Ra, thanks karena udah hadir dalam hidup gue." Fero semakin mempererat rangkulannya pada bahu Dyezra. Mencoba memberikan gadis itu sedikit kehangatan dari badan dan jaketnya. Mendapat perlakuan seperti itu membuat Dyezra semakin merapatkan badannya dalam kungkungan lengan Fero.

"Habis ini kita balik ke basecamp, ya? Udah mau hujan, lo juga harus istirahat. Tadi di bus nggak tidur, 'kan?"

Dyezra mengangguk pelan. "Iya, nggak bisa tidur tadi pas di bus. Viona tuh abisnya, ngajakin cerita terus. Jadinya kan nggak jadi tidur," ujar Dyezra dengan netra yang sudah berkilat-kilat karena kesal.

Fero terkekeh dan menggelengkan kepalanya tak habis pikir.

Ada-ada saja.

"Ayo kita balik ke basecamp."

Dyezra mengangguk. Ia meraih uluran tangan Fero dan berdiri. "Devina sama Viona pasti bingung nyari gue," gumam Dyezra.

"Lo emangnya nggak bilang sama mereka?"

Dyezra menggeleng sembari menampilkan cengiran lebarnya. "Gue cuma bilang mau ke kamar mandi sih, hehe."

Fero memberikan tatapan datarnya pada gadis yang lebih pendek darinya itu. Sungguh, tingkah Dyezra membuatnya pusing. "Gue anterin sampe ke basecamp lo," finalnya.

Netra Dyezra membulat sempurna. Gadis itu langsung menggelengkan kepalanya cepat. "Jangan! Kalo ketahuan kita bisa dihukum! Ada Bu Retno loh di basecamp gue."

Fero auto bergidik ngeri mendengar nama guru BK-nya tersebut. Ia akhirnya membiarkan Dyezra kembali ke basecamp para cewek sendiri, tentunya dengan sedikit paksaan dari gadis itu.

⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°

"Dyezra Wijaya Alengka, dari mana kamu hah? Bukannya istirahat, malah keluyuran."

Dyezra mengumpat dalam hati. Kenapa Bu Retno harus memergokinya, sih?

"Saya dari kamar mandi Bu," alibinya.

"Alasan. Saya baru saja dari kamar mandi dan tidak ada siapa-siapa di sana. Jangan bohong kamu! Jawab dengan jujur!"

Dyezra menatap ke arah seluruh teman-temannya yang menatap iba padanya. Dyezra mendengkus kesal. "Saya habis jalan-jalan di sekitar sini."

Bu Retno memicingkan matanya mencari kebohongan di mata gadis itu. Ya, Dyezra memang tidak sepenuhnya jujur. Mana mungkin dia bilang kalau ada Fero juga, bisa dapat hukuman double dia.

"Oke, Ibu percaya. Sebagai hukuman, kamu tidak boleh ikut senam pagi besok. Kamu akan membantu ibu-ibu yang tinggal di daerah sini memasak untuk sarapan kita di dapur umum."

"What? Seriously?" Dyezra menatap Bu Retno tidak percaya. Hukumannya sungguh membuat dirinya mengumpat berkali-kali di dalam hati.

"Apa? Mau protes?"

Dyezra menggeleng, ia mengangguk pasrah. Daripada hukumannya makin berat. Jalanin aja dulu ya kan.

"Ya sudah, sana kembali ke tempat kamu. Tidur, jangan keluyuran!" Bu Retno langsung keluar dari basecamp cewek setelah memberikan hukuman pada muridnya yang bandel itu.

Setelah kepergian Bu Retno, Dyezra mengerang frustasi. Ia melangkah gontai ke arah sahabatnya. "Makanya, jangan bandel. Kena karma kan lo!" ledek Viona sesampainya Dyezra di sana. Gadis itu mendelik kesal dan langsung menjatuhkan badannya pada matras.

"Padahal tadi bilangnya mau ke kamar mandi, ya?" sindir Devina.

"Taunya keluyuran," sahut Mira yang diakhiri dengan tawa khasnya.

"Diem, woy! Kalian bukannya kasihan sama gue, malah diledekin. Mana hukumannya nggak tanggung-tanggung lagi!"

Tawa Viona dan Mira seketika pecah. Ya, menertawakan nasib Dyezra yang kurang beruntung. Sementara Devina hanya terkekeh sembari menepuk-nepuk bahu Dyezra yang tengah menenggelamkan wajahnya di bantal itu.

"Udah, mending kita tidur sekarang. Besok kegiatan masih panjang," ujar Devina. Viona dan Mira mengangguk setuju, sementara Nindi hanya menampilkan senyum tipisnya. Gadis itu jadi diam sejak kedatangan Dyezra. Padahal sebelumnya dia ikut berceloteh bersama yang lain tadi, saat Dyezra pamit ke kamar mandi. Setidaknya itu yang ada di pikiran Mira sekarang.

Pasti masalah perselingkuhan orang tua mereka itu, ya? Nindi masih merasa tidak enak pada Dyezra yang terlihat sangat tidak suka akan keberadaannya.

Ah, apa gue harus turun tangan?

Tidak mungkin keduanya akan terus berdiam diri seperti itu jika saling bertemu. Bagaimanapun, keduanya adalah saudara sekarang.

Hm, mungkin emang gue harus bantu dikit. Besok aja deh, gue coba ngomong sama Dyezra.




Aaaaa, gemess banget lihat Dyezra sama Fero:(

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro