DYEZRA 07 - Getaran Rasa
•
•
•
"FISIKAAA!" Dyezra merentangkan tangannya hendak memeluk gadis kecil yang masih berada di gendongan Diorza itu. Sementara Orza yang merasa terancam langsung beralih minggir, membuat Dyezra mencebik kesal karena gagal memeluk adik sepupu menggemaskannya.
"Eh, ada kalian."
Diorza menoleh, ia segera menyalimi tangan bundanya. Begitupun sang tante yang ikut memberi salam (cipika-cipiki). Ia menurunkan Fisika dari gendongannya. Gadis kecil itu berlari ke arah Dyezra, meminta gendong. Dyezra dengan senang hati menggendong adik sepupunya tersebut.
"Rania, kamu ada perlu sama Kakak ya? Tumben ngajak Fisika juga, Faskal mana?" tanya bunda pada Tante Rania.
"Ah, gini Kak. Kebetulan aku mau nemenin Mas Raka perjalanan bisnis. Rencananya aku mau nitip anak-anak bentar. Nggak lama kok, cuma 3 harian aja."
"Aduhh, gimana ya. Jadwal Kakak lagi padet banget. Emang kalian berangkatnya kapan?"
"Besok pagi, Mas Raka beli tiket dengan jadwal penerbangan tercepat soalnya."
Dyezra dan Diorza sedari tadi hanya menyimak percakapan kedua wanita dewasa tersebut. Fisika yang berada di gendongan Dyezra, memainkan rambutnya.
Bunda tampak berpikir, dan menimbang-nimbang. Pandangannya seketika tertuju pada kedua anaknya. Ia menyeringai lebar. Perasaan Dyezra dan Diorza mulai tidak enak saat melihat tatapan bunda mereka.
"Titipin ke mereka berdua aja."
"NO!" seru keduanya bersamaan. Nah kan. Pasti begini akhirnya.
Bunda mendelik tajam seraya berkacak pinggang. "Gaada penolakan ya, lagian sama sepupu sendiri juga."
"Tapi Bun-"
"Gaada tapi-tapian!"
Diorza yang hendak protes tidak jadi. Dyezra menghela napas pasrah. Sepertinya mereka berdua tidak bisa hidup tenang selama 3 hari ke depan.
⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°
Diorza mengendarai mobil dengan raut wajah lelah yang sangat kentara di wajah tampannya. Di sampingnya terdapat bocah SD yang sedari tadi mengoceh tidak jelas. "Terus tau nggak, Bang? Gue hajar itu anak SMP habis-habisan! Percaya nggak?"
"Nggak. Lo kan cemen."
"Enak aja! Gue tuh berani, ya! Buktinya tuh anak SMP takut sama gue. Wuu ...."
Mengabaikan ocehan Faskal, Diorza melirik Dyezra dari kaca mobil. Kakaknya itu sudah terkantuk-kantuk di kursi belakang, dengan Fisika yang sudah tertidur di pangkuannya.
Tadi setelah makan siang bersama, mereka menjemput Faskal dulu di rumah tantenya. Sekalian ngambil keperluan kedua bocah itu untuk 3 hari ke depan. Mereka tidak bisa pakai motor, jadi mereka meminjam mobil tantenya dan meninggalkan motor keduanya di sana.
Setelah sampai di kediaman Wijaya, seharusnya Dyezra-Diorza sudah bisa beristirahat dengan tenang. Namun si kecil Fisika malah minta jalan-jalan. Ya sudah, mereka berempat akhirnya pergi ke timezone dan baru pulang sekarang. Sudah hampir jam 9 malam. Kedua bocah itu suka sekali jika sudah bermain, hingga lupa waktu.
Diorza menekan klakson saat tiba di depan pagar rumah, satpam yang ada di sana langsung membuka gerbangnya. Ia segera masuk dan memarkirkan mobil tantenya itu di garasi. "Kak, dah nyampe rumah nih."
Dyezra yang hampir saja terlelap segera membuka matanya. "Hoamm
..." Ia menguap dan sedikit mengucek matanya. Dyezra melirik Fisika yang masih tidur, ia segera mengangkat gadis itu dan menggendongnya. Ketiganya segera masuk ke dalam rumah. Sementara Faskal sudah berlari masuk beberapa saat yang lalu.
"Bang, gue tidur sama lo ya?" pinta Faskal pada Diorza yang baru saja menutup pintu.
"Serah lo," jawab Diorza.
Faskal tersenyum girang, ia segera berlari ke kamar Diorza. Sementara Dyezra sudah membawa Fisika tidur di kamarnya.
⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°
Paginya setelah perjuangan yang sangat keras dari Dyezra dan Diorza dalam mengurus dua bocil di rumah mereka, keempat saudara itupun berangkat sekolah bersama-sama. Diorza langsung tancap gas ke sekolah setelah mengantar kedua adik sepupunya tersebut.
Sesampainya di sekolah, ia segera memarkirkan mobilnya dan keluar. Begitupun dengan Dyezra yang sedari tadi sudah kepanasan di dalam, meskipun mobil itu ada AC-nya.
"Ntar pulang sekolah lo duluan aja, gue mau hangout sama temen-temen gue. Jangan lupa jemput Fisika sama Faskal ye. Byeee ..."
Dyezra berlalu pergi setelah menepuk-nepuk bahu Diorza. Meninggalkan sang empunya yang masih terperangah tidak percaya.
Jadi ini dibebanin ke dia gitu?
Kakak laknat emang! Untung gue baik.
⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°
Dyezra berjalan ke kelasnya dengan lesu, ia berjalan sambil menunduk. Perutnya sedikit sakit sejak tadi pagi, ini hari pertamanya. Dyezra memegangi perutnya, lalu meremasnya kuat.
"Shh nyeri banget," gumamnya.
BRUK!
Karena tak melihat depan dan fokus dengan perutnya. Ia menabrak punggung seseorang. "Eh sorry-sorry, gue nggak sengaja." Dyezra memundurkan dirinya kemudian mendongak. Matanya membulat, ternyata yang ditabraknya adalah Deon.
Deon menatapnya tajam, tapi tak berkata apa-apa. Dyezra tersenyum kikuk, lantas menggaruk tengkuknya.
"Muka lo pucet," ujar Deon setelah beberapa saat.
"Hah?" Dyezra memegang kedua pipinya. Mengambil ponselnya di saku dan membuka aplikasi kamera.
"Iya ya, kenapa wajah gue jadi pucet gini," gumamnya sambil menatap pantulan dirinya di kamera.
Deon mengangkat alisnya. "Lo sakit?" tanyanya.
"Enggak, tuh."
"Kalo sakit mending ke UKS aja, nggak usah masuk kelas. Ntar yang ada ngerepotin."
"Apaan, sih? Orang gue baik-baik aja. Nggak usah sok tau deh." Dyezra jadi sebal sendiri. Ia melenggang pergi begitu saja meninggalkan Deon yang masih terdiam di tempat sambil menatap punggung gadis itu.
⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°
"Yoo gaes! Good morning, kawan!" Dyezra datang dengan ceria menyapa teman-teman sekelasnya.
"Pagi, Ra."
"Pagi juga."
"Waalaikumsalam."
"Eh iya lupa, assalamualaikum."
Dyezra menyengir lebar. Ia langsung duduk di tempatnya, kemudian melirik bangku sebelahnya yang masih kosong.
Tumben tuh anak belum nyampe.
"Miraaaa! Fero belum dateng?" Dyezra bertanya pada Mira yang sedang memeriksa jurnal kelas di depan.
Mira menggeleng sebagai jawaban. "Dia nggak masuk hari ini. Nih surat ijinnya," jawab Mira sambil mengangkat sebuah amplop putih.
Lahh tumbenan? Kok dia gaada bilang apa-apa ke gue?
Pikiran Dyezra berkecamuk, ia berdiri menghampiri Mira lantas membuka isi amplop tersebut. Benar, ini surat izin Fero. Tapi ini ...
Apa-apaan, sih?! Masa surat izinnya begini?!
Yth. Bapak/Ibu Guru
di Kelas XI MIPA-2
Assalamualaikum Wr.Wb
Saya atas nama Fero, penghuni bangku sebelah kiri Dyezra, meminta izin tidak masuk sekolah dikarenakan sakit perut yang berkepanjangan. Sekian dari saya, terima kasih. Mohon di maklumi Bapak/Ibu Guru sekalian.
Tertanda:
Afferozan G
Mira terkikik geli melihat reaksi Dyezra, dia sudah tidak heran lagi kalau orangnya Fero. Dyezra meremas amplop surat itu sampai tak terbentuk, napasnya memburu. "Minta dihajar ya nih anak?" Mira tertawa kencang.
Nindi yang sedari tadi memerhatikan jadi ikut penasaran. "Kenapa, sih?" tanyanya menghampiri.
"Lihat, nih!" Dyezra menyodorkan surat itu kepada Nindi. Nindi membuka dan membacanya dengan cepat. Ia menahan tawanya, lalu menggeleng. Ia juga jadi tak habis pikir dengan salah satu teman sekelasnya itu.
Dyezra memijit pelipisnya lelah. Ia pun kembali ke tempat duduknya, begitupun Nindi dan Mira. Karena jam pelajaran pertama sudah dimulai.
⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°
Di tengah jam pelajaran, Devina membuka ponselnya dan mengecek grup sahabatnya. Ia mengetikkan sesuatu disana. 'Nanti jadi hangout?'
Beberapa detik setelahnya ponselnya bergetar, ada notif dari Viona. 'Jadi dong, udah semangat nih gue.' Devina tersenyum, sepertinya dia akan izin pulang telat nanti.
Fikri yang duduk di belakang Devina, tidak sengaja melihat percakapan itu. "Sstt! Vin, gue sama Deon boleh ikut kaga?" bisiknya.
Devina terkejut. "Hah? Lo mau ikut? Sama Deon?"
Fikri mengangguk semangat.
"Gimana ya, gue tanya temen-temen gue dulu deh."
Fikri menyetujui. "Ntar gue juga bilang sendiri ke Dyezra."
Devina mengangguk setuju, ia mengetikkan pesan lagi ke grup.
'Deon sama Fikri mau ikut katanya, gimana?' -Devina.
'Kok tiba-tiba?' -Viona.
'Tadi Fikri nggak sengaja ngelihat chat kita.' -Devina.
'Hadehh, tuh anak emang bener-bener ya. Gimana, Ra? @Dyezra' -Viona.
'Ya udah ajak aja, biar rame. Ntar gue ajakin Nindi sama Mira sekalian.' -Dyezra.
Viona di tempatnya mendengkus. Nambah lagi personil. It's ok gapapa, kali ini aja gue bakal bersikap baik sama mereka. Ia tersenyum miring sambil memutar-mutar bolpoinnya lalu kembali fokus mengerjakan soal di depannya.
⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°
Di kelasnya, Dyezra menyobek selembar kertas pada note kecilnya. Ia menuliskan sesuatu di sana. 'Nanti pulang sekolah, gue sama yang lain mau hangout bareng. Lo sama Nindi mau ikut nggak?'
Ia langsung melipat kertas tersebut, memberikannya pada teman di sampingnya dan mengkode mereka untuk memberikannya pada Mira.
Mira menoleh ke belakang saat kertas itu sudah di tangannya. Dyezra mengangkat bolpoinnya sedikit dan tersenyum. Mira yang mengerti pun segera membukanya. Ia memperlihatkan itu juga pada Nindi.
"Gimana, Nin? Kemarin lo bilang mau jalan-jalan, 'kan? Sekalian aja bareng sama Dyezra 'kan."
Nindi tampak berpikir. "Eum, ya udah deh. Aku mau chat Mama dulu kalau pulang telat."
Mira mengangguk setuju, ia pun melakukan hal yang sama. Memberitahukan orang tuanya kalau akan pulang terlambat siang nanti. Setelahnya ia menoleh ke belakang, ke arah Dyezra. Ia mengacungkan jempolnya tanda mereka berdua akan ikut hangout.
Dyezra tersenyum lebar, harapannya semoga kali ini mereka bisa berteman baik. Terutama Viona, semoga dia bisa melihat dari sudut pandang yang lain. Memang benar, kan? Lebih banyak berteman, lebih baik.
⋆.◌°⋆.◌°⋆.✯✯✯°⋆.◌°⋆.◌°
Skip jam pulang sekolah. Ketujuh remaja yang terdiri dari 5 cewek dan 2 cowok itu saat ini tengah berada di parkiran sekolah.
Deon berbisik pada Fikri. "Ngapa gue jadi ikut beginian, sih?"
Fikri menyikutnya. "Udah nikmatin aja."
Deon mendengkus, untung temen. Kalau nggak, udah dia tinggal pulang dari tadi. Sebenarnya dia males banget sih, mending di rumah tidur.
"Btw, si Fero mana?" Suara Viona menginterupsi.
"Nggak masuk, sakit katanya. Ntar rencananya sepulang dari hangout gue mau jenguk dia, sih. Kalian kalo mau ikut, ayo aja," jawab Dyezra sambil melirik jam tangannya.
Viona mengangguk-angguk. "Ya udah, kuy berangkat. Biar pulangnya nggak kemaleman. Btw lo beneran gamau bareng mobil gue, Ra?" lanjut Viona.
Dyezra menatapnya malas. "Terus gue duduk di mana, pinter."
Viona sontak menoleh ke belakang, di sana ada Nindi dan Mira. Sementara di sebelah kanannya Devina. Ia seketika nyengir. "Hehe, iya juga ya." Viona baru sadar kalau mobilnya cuma muat empat orang.
"Udah ah, gue mah gampang entar."
"Emang motor lo ke mana, sih? Tumben kaga bawa motor," tanya Mira.
"Motor gue ada di rumah Tante, gue tadi berangkat bareng Diorza pake mobil. Ya mobilnya pasti dipake tuh anak lah ntar."
"Ya udah lo bareng Deon aja Ra," sahut Fikri yang sedari tadi diam memperhatikan interaksi anak cewek.
Sementara yang namanya disebut melotot tak terima. "Kok gue?!" seru Deon.
"Yakan kalo gue yang boncengin, sayang ntar. Dyezra terlalu cantik buat duduk di motor butut gue. Mendingan sama lo 'kan, jadi ntar cantiknya berkali-kali lipat kalo diboncengin sama lo," jawab Fikri sambil terkikik geli.
"Apaan, sih?!"
Deon dan Dyezra kompak menoleh dan memalingkan muka.
"Ciee barengan," goda Fikri.
"Sekali lagi lo gitu, gue tonjok lo." Deon yang kesal auto geram. Fikri meringis meminta maaf.
"Halah, kebanyakan bacot! Udah Ra, lo bareng Deon aja. Heh, lo! Jagain sahabat gue, ya! Jangan sampe lecet, awas lo!" Viona mengakhiri kalimatnya dengan ancaman. Deon mendengkus, ia memasang helmnya.
"Kalo lo gamau boncengin gue gapapa, gue bisa berangkat pake taksi." Dyezra bersuara yang membuat Deon menoleh ke arahnya. Pemuda itu menyalakan motornya dan mulai menarik gas.
"Ikut atau gue tinggal."
Dyezra kelabakan, ia segera naik ke motor Deon dengan bahu cowok itu sebagai tumpuan. Deon segera menjalankan motornya ketika dirasa Dyezra sudah duduk dengan sempurna. Motor Fikri dan Deon mengikuti mobil Viona dari belakang. Ntah ke mana mereka akan hangout hari ini. Yang jelas, nantikan di part berikutnya.
•
•
•
Hai! Udah sampai sini aja.
Btw konfliknya belum terlihat banget ya, gue emang mau nunjukin sisi yang seneng-senengnya dulu sih.
Jangan lupa tinggalkan jejak ya!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro