一 | ICHI
〈2025年 02月 01日〉
「DAY 1」
Buat cerita dengan awalan, "Aku tidak percaya kalau ...."
◉◉◉
「17+ | Supranatural-Dark」
"Aku tidak percaya kalau ada yang bilang jimat itu adalah pelindung," ujarku di depan orang-orang yang menatapku seperti mereka tengah menatap seorang motivator, "Oh, tentu saja jimat bisa melindungimu. HANYA jika kau bisa menggunakannya.
"Coba pikir seperti ini, ibaratkan jimat adalah sebuah pisau lipat. Kau membawa pisau itu ke mana-mana. Saat kau bertemu bahaya, bagaimana cara pisau itu melindungimu? Dengan melemparnya dan berharap bahaya itu lari ketakutan? Atau menodongkannya ke depan seperti sebuah perisai?
"Tentu tidak! Kau menggenggam pisau itu dan mengayunkannya untuk melukai bahaya yang mengancammu. Kau menggunakannya sebagai senjata yang bisa melindungimu. Jimat juga sama." Aku mengeluarkan ofuda¹ dengan huruf kanji tertulis di atasnya. "Benda ini tidak semerta-merta melindungimu seperti tameng transparan. Heh, bahkan dikatakan tameng transparan saja tidak bisa. Lapisannya terlalu tipis dan rapuh, roh jahat akan dengan mudah merusaknya seperti kita yang bisa dengan mudah merobek dinding shoji³."
Semua orang saling lirik, ini pertama kalinya mereka mendengar jimat pelindung yang selama ini melindungi mereka ternyata salah cara pemakaiannya. Ekspresi mereka jelas mengatakan, uh orang ini tidak sedang bercanda, kan? Aku tidak peduli dengan keraguan mereka, hal ini tidak terjadi sekali dua kali saja.
Aku sudah membuka kelas ini ratusan kali, sebagian besar muridku adalah orang dengan warna aura indigo. Ada juga orang biasa yang memang antusias dengan hal-hal supranatural. Pemahaman mereka terhadap dunia supranatural dan sensitivitas terhadap makhluk astral berbeda-beda.
Karena pada dasarnya, semua orang memiliki warna aura indigo. Intensitasnya saja yang berbeda. Seorang Indigo memiliki warna aura indigo yang lebih pekat daripada orang biasa. Tapi, di antara semua orang-orang ini, hanya satu dari seratus yang berada di levelku. Aku kebetulan menemukan satu di dalam kelasku sekarang.
Masih dengan postur yang sama, aku mengambil pisau lipat dari balik haori²-ku. Sambil tersenyum tipis aku menyayat jempolku dengan santai, lalu menempelkannya pada ofuda. Orang-orang yang melihat itu terkesiap melebarkan mata.
"Aku akan mempraktikkan langsung satu dari tiga cara yang kutahu. Tentu, kalian tidak perlu persis mengikuti caraku ini. Darah di tubuh kita sangatlah krusial dalam dunia supranatural. Kau bisa terbunuh tanpa tahu alasannya jika seseorang mengakses darahmu meski hanya setetes."
Sambil berbicara, aura di tubuhku perlahan-lahan menjadi semakin gelap. Orang-orang dengan sensitivitas rendah tidak bisa melihatnya secara langsung, tapi bisa merasakan suatu perubahan dalam diriku. Tapi, satu anak itu menatapku penuh teror. Ia sepertinya orang Jepang dengan darah campuran yang kental, karena wajahnya terlalu kebaratan untuk orang Jepang.
Kulitnya putih pucat, ekspresinya terlihat lelah dengan kantung mata menghiasi wajahnya. Rambut pirangnya sepunuk, agak keriting di bagian ujungnya, membuatnya terkesan berantakan. Mata biru cerahnya melotot tak percaya, rasa takut tapi takjub terpancar dari sana.
Ya, anak itu berada di level yang sama denganku, dia bisa melihat jelas detail perubahan dalam diriku. Saat ini, auraku sudah bukan manusia lagi, melainkan seperti iblis yang kuat. Tapi, bukan berarti aku menjadi iblis--hanya saja energi yang mengalir dalam darahku memang energi gelap seperti milik iblis, alias sihir hitam.
"Aku yakin kalian bisa merasakan perubahan dalam diriku. Aku menggunakan ofuda sebagai pembuka segel energiku dan memperkuatnya berkali-lipat. Ini adalah cara pertama dan yang paling ekstrim untuk menggunakan ofuda sebagai jimat pelindung. Cara keduanya lebih mudah. Kalian cukup mentransfer energi lalu merobek ofuda kalian saat bahaya datang. Efeknya akan membuat tubuh kalian imun terhadap serangan supranatural apa pun, tetapi hanya bertahan tidak lebih dari satu jam.
"Cara ketiga paling aman tapi paling tidak efektif, kalian hanya bisa menggunakan cara ini untuk menahan, bukan menangkal serangan. Orang biasa pun bisa melakukan cara ketiga dengan efektif. Kalian hanya perlu meneteskan darah hewan pada kertas ini, tapi diharuskan hewan dengan energi supranatural yang tinggi seperti; ular, tikus, kucing hitam, gagak hitam, serigala, dan lain-lain. Kemudian ...."
Setelah menjelaskan segalanya, aku mengakhiri pembelajaran dan membubarkan kelas. Tetapi anak itu tidak pergi, dia masih terduduk menatapku yang tengah membereskan peralatan. Aku tidak menghiraukannya dan hendak beranjak pergi.
"Tunggu! Sekino-san--"
"Percuma."
"E-eh?"
Anak lelaki yang masih berusia remaja itu menatapku kebingungan. Aku meliriknya tanpa ekspresi. "Kau ingin memintaku untuk menyegel kemampuanmu, bukan? Atau memberitahumu cara untuk menghilangkan kemampuan itu? Percuma, semakin kau menyegelnya kemampuanmu malah akan semakin kuat."
"A-ah ...."
Remaja berkulit pucat itu terdiam, mulutnya sedikit terbuka seakan hendak mengatakan sesuatu, tetapi kembali tertutup lalu menunduk. Kedua tangannya mencengkeram celana sekolahnya yang belum ia ganti. Dalam hati aku akhirnya yakin bahwa anak ini memang sepenuhnya terlahir sebagai orang Jepang, kepribadian dan sikapnya sangat amat melokal.
Setelah jeda beberapa detik, ia akhirnya kembali bersuara, "Lalu, a-apa yang harus kulakukan dengan kondisiku ...? A-aku tidak mau begini terus sampai mati ...."
Aku menatap remaja itu sedikit jengkel, ia mengingatkanku pada diriku saat seumuran dengannya. Dengan nada dingin aku membalas, "Heh, lalu selama ini kau pikir dengan ignorant dan denial akan membuat kondisimu jadi lebih baik?"
Remaja itu kembali terdiam. Aku menatapnya sejenak kemudian menghela napas berat. "Aku tidak bisa membantumu kalau kau menolak kemampuanmu. Aku hanya bisa bilang semoga beruntung. Tapi, kalau kau mau menerima kemampuanmu, aku bisa membantumu untuk mengendalikannya agar ia tidak berbalik menggerogotimu."
Remaja itu masih terdiam, membuatku kembali melanjutkan, "Kau tidak perlu langsung menjawabnya sekarang. Yang perlu kau tahu hanya satu hal ini; kita terlahir dengan kutukan. Satu-satunya cara untuk memisahkan kita dengan kutukan hanyalah kematian, atau melahirkan bagi perempuan.
"Dunia ini sudah kejam. Dan di dunia supranatural lebih kejam lagi, karena masih memakai hukum rimba, yang lemah akan selalu ditindas oleh yang kuat."
END OF DAY 1
◉◉◉
Ofuda¹ : jimat yang berbentuk seutas kertas persegi panjang biasanya bertuliskan nama-nama Dewa.
Haori² : pakaian luar tradisional Jepang yang menyerupai mantel dan panjangnya sampai ke lutut.
Shoji³ : dinding panel kayu yang dilapisi kertas washi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro