Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02 | Mata Tuhan


-

Dia mengubah nasib dengan jarinya menyentuh Patung Sang Tujuh.

Walau disebut 'mengubah nasib' sekalipun, Lumine akan selalu menerawang selepas ia menyentuh patung menjulang itu tiap kali ia berjalan di muka Teyvat. Vision memang bisa disebut mata Tuhan, salah satu dari Tujuh bahkan dengan baik menghadiahinya kekuatan yang melebihi Mata Tuhan yang dielu-elukan di Teyvat. Kekuatan elemen yang dibawanya pergi tanpa adanya Mata Tuhan menjadikannya anomali di antara bifurkasi, menjadi yang mencolok lagi yang paling polos di gelintir manusia-manusia yang menghidupi Teyvat.

Tidak, tidak. Lumine bukanlah penduduk Teyvat. Ia adalah pengembara dari dunia lain. Ia bukan warga Mondstadt walaupun dengan gelar Prajurit Kehormatan-nya. Ia juga bukan pahlawan berdarah Liyue yang telah membantu memukul mundur Osial kembali lagi ke dasar laut.

Lumine akan selalu menengadah selepas menyentuh patung menjulang itu. Yang menatapnya kali ini adalah Barbatos, dewa angin yang senantiasa tersenyum. Terkadang, senyum itu akan memudar dengan sorot tajam Morax, dewa tanah yang senantiasa mengkalkulasi peluang.

Lumine akan selalu menengadah, tidak pernah ia melulu menghabiskan waktu untuk menunduk. Ia akan mengangguk penuh hormat, namun tidak akan larut dalam kehormatan.

Lumine akan selalu menengadah, menatap patung itu dengan tatapan lurus lagi nanar, terkadang rintik hujan dari langit yang akan membalas tatapan matanya, terkadang terik matahari yang akan mengusik sukmanya.

Lumine akan selalu menengadah, diam, bibirnya mengucap sesuatu - sebuah kalimat tanya yang panjang. Lagi, tidak ada satu pun dari Tujuh yang pernah membalasnya.

("Kalau memang Celestia memberiku kekuatan yang dapat mengubah nasib dunia, kekuatan yang melebihi 'Tuhan', mengapa aku tidak bisa melihat di mana gerangan saudara kembarku sekarang?") [ ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro