Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 31

"Rasanya seperti aku berjalan di atas kaca,

Karena takut semakin jauh darimu"

Stay With Me - Hyolyn

"Akhiri hubungan kalian. Dia laki-laki yang tidak pantas untukmu!" tegas Yuta pada Nana.

Pria itu masih tak habis pikir dengan adiknya yang ternyata mengencani orang yang amat ia benci di bumi. Tampak jelas sekali dari sorot mata Yuta yang tajam menatap Nana.

Tak pernah melihat Jaehyun setelah sekian lamanya, rupanya tak membuat kobar api di dada Yuta padam. Amarah itu masih ada, bahkan masih sama membaranya.

Yuta duduk berhadapan dengan Nana, gadis itu hanya menundukkan kepala seraya memainkan jemarinya—tampak gelisah. Di kepala Nana saat ini hanya memikirkan aehyun. Apakah pria itu sudah sampai apartemen, dan apakah pria itu baik-baik saja saat ini? Hatinya benar-benar tak tenang.

Yuta membuang napasnya kasar. "Aku harap, kau berpikir ulang untuk mengencani pria itu." Yuta mengambil soda yang tadi ia ambil dari lemari pendingin.

"Tapi aku sangat menyukainya. Kami saling mencintai, dan aku diperlakukan baik olehnya," kata Nana. Nana menaikkan alisnya, menandakan betapa percaya diri dan yakin dengan hubungannya bersama Jaehyun—tak seperti yang Yuta kira.

Mendengar Nana yang terlalu bangga dengan hubungannya bersama Jaehyun, membuat Yuta muak sekaligus tak habis pikir. Ternyata masih saja ada orang yang percaya dengan cinta. Mengingat terakhir kali dirinya terluka karena cinta.

Satu sudut bibir Yuta terangkat. "Kau akan terluka, dan jika aku sampai tahu—aku tak segan-segan membawamu pulang," tegas Yuta.

Tidak. Itu tak akan terjadi, ya, 'kan? Pria itu pasti menjagaku ....

Yuta diam memperhatikan Nana yang saat ini menangis sembari menatap layar ponselnya, seolah gadis itu sedang menunggu seseorang meghubunginya. Lama diam-diaman, yang terdengar di ruang tengah itu hanya suara jarum jam.

"Dulu kami memang berteman baik, tapi ... setelah ia melukai kepercayaanku, aku benar-benar membencinya, Nana-ya," ucap Yuta memecah keheningan.

Nana menyeka air mata di pipinya, dan mencoba memberanikan diri menatap kakanya yang saat ini duduk di hadapannya. "Tapi itu sudah lama, dan sudah berlalu," ucap Nana yang masih bersikeras agar Yuta mau mengerti.

Malas berdebat terlalu lama, Yuta pun beranjak dari kursi dan berniat ingin pergi dari apartemen Nana.

Yuta memakai jaketnya. "Nana-ya, kau ingat, 'kan, kalau kita hanya hidup berdua. Aku harap kau mau mengerti, dan bersikap dewasa," ucap Yuta. Kemudian menepuk pelan puncak kepala Nana, dan berjalan meninggalkan apartemen Nana.

Di ruangan yang hening, hanya tersisa Nana yang kini sedang kalut. Dadanya terasa sesak, bernapas pun berat, air mata juga tak dapat wanita itu bendung lagi.

"Sebenarnya siapa yang tidak mau mengerti dan dewasa?" Nana menutup wajahnya sendiri dengan kedua telapak tangannya, lalu menangis kencang. "Aku baru saja menemukan kebahagiaanku," ucap Nana, terisak.

Nana memikirkan hari-harinya yang bahagia dengan Jaehyun, dan sekarang baying-bayang perpisahan harus melintas dan mungkin akan menghantui hari-harinya nanti.

Selagi Nana menuntaskan tangisnya malam ini, tiba-tiba suara telepon masuk membuat Nana teralihkan—apalagi sosok yang menelepon adalah orang yang sejak tadi ia tangisi.

"H-Halo," ucap Nana dengan suara serak akibat menangis.

"Aku sudah sampai di rumah, jangan khawatir ... kita pasti akan baik-baik saja," ucap suara dari sambungan telepon. Siapa lagi kalau bukan Jaehyun.

Mendengar suara Jaehyun saja dapat mengundang tangisnya lagi. "Maafkan aku," ucap Nana.

"Kau tidak bersalah Nana-ku sayang ...."

"Aku sangat takut kehilanganmu," ucap Nana.

"Tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu. Jangan terlalu lama bersedih, cepat tidur agar besok kita dapat bertemu, oke?"

Nana menarik napasnya dalam-dalam, dan mengangguk. "Kau juga harus beristirahat, aku tidak bisa melihatmu sakit seperti tadi," ucap Nana.

"Iya, pasti aku akan beristirahat. Nana-ya ... apa pun keadaannya tolong pegang erat tanganku, ya?"

Perasaan Nana benar-benar campur aduk saat ini, ia benar-benar menahan tangisnya agar tak terdengar oleh Jaehyun.

"Aku tak akan mengecewakanmu," ucap Nana.

"Selamat malam, selamat tidur Nana-ku," ucap Jaehyun sebelum akhirnya memutus sambungan telepon.

Nana meletakan ponselnya di meja, dan menangis lagi. Wanita itu terbayang kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi esok hari dan seterusnya. Nana takut jika di antara dirinya atau Jaehyun tak bisa saling bertahan. Tapi yang jelas, hal yang paling menakutkan saat ini adalah jika ia kehilangan Jaehyun.

**

Di dalam sebuah ruangan terlihat semua orang tampak sangat sibuk bekerja, ada yang tengah membetulkan posisi kamera, ada juga yang sedang saling membantu merapikan kursi dan meja. Tempat itu adalah sebuah studio acara siaran di TV.

Di dalam ruang tunggu bintang tamu, sekaligus ruang make up. Terdapat seorang wanita yang kini sedang sibuk bersolek. Pipinya yang sedikit merah, dipadukan dengan bibir ranum berwarna merah muda, dan rambutnya yang ditata sangat rapi sangat cocok dengan pakaiannya hari ini. Semi formal, dan tak meninggalkan kesan elegan.

"Sepuluh menit lagi, oke?!"

Seseorang kru TV yang sejak tadi berkeliling memeriksa kesiapan acaranya itu berjalan ke ruang tunggu bintang tamu.

"Dokter Lee, sepuluh menit acara akan dimulai, mohon untuk segera bersiap-siap di balik stage. Terima kasih," ucap seorang kru TV pada wanita yang kini sedang duduk menatap dirinya di cermin.

Wanita itu menoleh, dan mengangguk pelan. "Ah, baiklah. Terima kasih, aku akan segera bersiap," jawab wanita itu.

Kemudian wanita itu mengambil jas putih kebanggaannya di meja. Sebelum ke acara TV ini, ia sengaja memasukan jas dokternya ke binatu, agar terlihat lebih bersih dan wangi.

Senyunya tak lepas dari wajahnya ketika menatap pantulan wajahnya di cermin.

"Sempurna," ucapnya, seusai memasangkan jas ditubuhnya.

**

Di dalam studio kini tengah dilangsungkan sebuah siaran langsung. Acara yang mengangkat tema kesehatan dan kini tengah membahas mengenai kesehatan anak dan bagaimana cara mendampingi anak yang tengah sakit.

Terlihat dari arah kursi penonton, terdapat seorang pria yang tengah menyesap latte sembari menyaksikan acara yang tengah berlangsung. Terlihat dari wajahnya tak menunjukkan antusiasme sedikit pun dengan acara yang kini ia tonton.

"Jika bukan karena pekerjaan, aku malas menonton acara ini," ucap pria itu yang kemudian langsung didengar oleh teman yang duduk di sampingnya.

"Cih, kau pikir aku suka? Hanya karena atasan kita penasaran dengan dokter tamu kali ini. Bertahanlah sedikit lagi Lee Taeyong," ucapnya.

Taeyong tersenyum miring, dan melirik sekilas ke rekan kerjanya yang sesama jurnalis itu. "Membosankan. Aku bahkan tidak tahu nama dokter itu," gerutu Taeyong.

"Nama dari dokter itu ... ah aku lupa, tapi yang jelas dia seorang dokter muda, dan sepertinya ada sesuatu yang menarik darinya," ucap pria yang kini duduk di samping Taeyong.

Dengan perasaan tak nyaman, malas, dan juga mengantuk. Taeyong tetap mencoba bertahan karena status pekerjaan. Beberapa kali juga Taeyong menguap, dan mengubah-ubah posisi duduknya jadi lebih nyaman agar bisa fokus memperhatikan acara.

"Baiklah sepertinya kita butuh untuk tahu lebih akurat dari ahlinya ya? Bagaimana kalau kita langsung panggilkan saja Dokter Lee!" ucap pembawa acara tersebut di depan kamera dengan semangat.

Sembari menunggu dokter itu masuk, Taeyeong dan partner jurnalisnya itu turut bersiap-siap dengan mata, telinga, juga catatan dan kamera ponselnya—sebab di dalam studio tak diizinkan membawa kamera dalam bentuk apa pun kecuali ponsel genggam.

Dengan diiringi musik dan tepuk tangan dari penonton, dokter yang sejak tadi ditunggu-tunggu itu pun memasukki studio siaran langsung. Senyum yang hangat, dan langkah kaki yang penuh wibawa itu disambut begitu meriah oleh para penonton. Namun, tidak dengan Taeyong.

Taeyong menepuk tangannya pelan, bahkan sampai tak mengeluarkan suara sama sekali. Pria itu sibuk menatap dokter yang kini ada di depan matanya. Sangat mengejutkan melihat sosok yang telah lama tak ia jumpai, kini berubah menjadi sosok yang tak terduga.

"Annyeong haseyo, perkenalkan nama saya Lee Rose dokter spesialis anak," ucap dokter tamu tersebut saat sebelum menduduki kursinya.

Mendengar dokter itu memperkenalkan diri, sudut bibir Taeyong terangkat. Pria itu menatap Rose seperti telah menemukan tersangka kasus kejahatan.

"Daebak. Aku akan mengambil pekerjaan ini sampai tuntas," ucap Taeyong bersemangat.

Mata yang mengantuk jadi lebih segar, dan jantungnya bergejolak menandakan betapa semangatnya Taeyong dengan pekerjaannya.

Seorangdokter anak yang menelantarkan anak, bukankah menarik jika menjadi headline dipukul sembilan malam?Batin Taeyong.

--
heyhoooo... Ny.Min comeback..
Nungguin Dulcenora nggak nih?
Aku punya kabar baik buat yang selalu nungguin Dulcenora..
Apa itu??

Tunggu yaa

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro