Chapter 24
"My feelings get better as I look at you"
SHINee - Stand By Me
Nana melihat jam di tangannya, sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Benar-benar hari yang panjang, karena sejak pagi hingga kini Nana masih di kantor demi menyelesaikan pekerjaan. Kali ini ada rapat pemegang saham tahunan, dan semua divisi di kantor, terutama keuangan harus bekerja keras mengejar laporan tahunan.
Karyawan yang saat ini berada di satu ruangan dengan Nana pun mengalah, memilih beristirahat makan di dalam kantor agar tidak terlalu lama menghabiskan waktu. Termasuk Nana, yang biasanya lebih suka membeli kopi di luar kantor, kali ini ia memilih untuk membuat kopinya sendiri. Walau tak segar seperti kopi buatan barista, tapi kopi siap saji yang kini di tangannya cukup mampu menahan kantuknya.
"Sedang beristirahat Nana-si?" tanya Yeji, yang baru saja memasuki pantry.
Nana mengangguk, dan meletakkan cangkir kopinya di meja. "Hari yang sangat melelahkan, betul, 'kan,Yeji-si?" Nana menyandarkan punggungnya di dinding. "Ah cobalah kopi yang itu, rasanya enak sekali," ucap Nana seraya menunjuk tempat kopi di ujung meja.
Yeji pun menuruti saran Nana, dan mulai menyeduh kopi dengan air panas. "Wakil direktur mungkin akan di kantor hingga larut malam, jadi ada kemungkinan juga aku pasti ikut pulang malam," ucap Yeji, kemudian menghela napasnya panjang. Wajah dari sekretaris itu memang terlihat lebih lesu hari ini. "Rasanya aku ingin mandi pakai air panas." Yeji melirik Nana, kemudian dua wanita itu saling bertukar senyum.
"Air panas memang pilihan yang tepat untuk membuat tubuh lebih tenang. Aku jadi ingin mandi air panas juga," balas Nana.
Nana meminum habis kopinya, kemudian meletakkan cangkir bekas kopi di tempat cuci piring. "Aku harus kembali bekerja," ucap Nana.
"Semangat Nana-si," ucap Yeji sembari mengaduk kopinya. "Ah aku kasihan dengan anak wakil direktur, harus ikut ke sini—pasti dia bosan."
Mendengar itu niat Nana kembali ke ruangannya jadi batal. Wanita itu berjalan menghampiri Yeji, dan berdiri di samping sekretaris wakil direkturnya. "Apa aku tidak salah dengar kalau anak wakil direktur di sini?" tanya Nana memastikan.
"Anak itu di ruangan ayahnya sejak tadi sore. Hal yang jadi pertanyaan, apakah wakil direktur tidak merasa terganggu?" Yeji melirik Nana yang kini berdiri di sampingnya. "Ah aku merasa kasihan," ucap Yeji.
Nana terdiam, dan sedang berpikir mencari-cari cara agar dapat membantu Jaehyun. "Pasti sepertinya sulit bekerja tapi juga harus mengawasi anak," ucap Nana. "Ah, Yeji-si, apa menurutmu aku boleh membantu wakil direktur untuk menemani putrinya?"
Yeji menimbang-nimbang usulan Nana, menurut Yeji boleh saja dan tidak ada yang salah asal pekerjaan Nana tidak terganggu atau sudah selesai. Tapi mengingat anak wakil direkturnya itu sangat sulit untuk ditemui orang asing, justru ini membuatnya ragu.
"Tapi, Nora itu—"
"Tenang saja, aku dan Nora sudah sangat bersahabat," potong Nana. "Kau tahu, kami pernah makan es krim bersama." Nana berusaha meyakinkan Yeji, bahwa menemani Nora bukanlah hal yang sulit.
Yeji menatap bola mata Nana, apakah wanita itu berbohong atau bicara jujur. "Begitu ya?" tanya Yeji memastikan.
Tangan Nana menepuk pundak Yeji. "Kau lupa ya? Dulu aku pernah memberikan kue saat hari valentine." Nana terkekeh seraya merangkul Yeji—mencoba meyakinkan wanita itu.
"Baik, silakan dicoba saja," ucap Yeji,
Tiba-tiba saja tubuh Nana kembali bersemangat dan segar setelah mendengar bahwa gadis kecil itu ada di kantor ayahnya. Nana menepuk pundak Yeji lalu tersenyum lebar. "Terima kasih Yeji-si, semangatlah!" ucap Nana lalu bergegas meninggalkan pantry.
Nana menuju meja kerjanya kemudian mengambil camilan keripik kentang, wanita itu berencana ingin membujuk Nora dengan makanan kesukaannya. Wakil direkturnya pasti sulit berkonsentrasi karena bekerja tapi juga harus mengawasi anak, dan itu pasti melelahkan.
Dengan langkah yakin dan semangat Nana menuju ruangan Jaehyun yang sekarang sedang tertutup rapat. Kemudian Nana mengetuk tiga kali daun pintu di hadapannya, dan membuka pintu tersebut.
"Permisi, Wakil Direktur." Nana mengucap salam ketika kakinya berhasil melangkah ke ruangan Jaehyun.
Nora yang sudah cukup hafal dengan pemilik suara itu langsung berdiri dari tempat duduknya. "Nana!" seru Nora sampai-sampai bertepuk tangan karena terlalu senangnya melihat Nana.
Jaehyun sedikit terkejut melihat reaksi Nora yang bertemu Nana, sampai-sampai pria itu geleng-geleng. "Nora jangan panggil seperti itu." Lalu Jaehyun beralih menatap Nana. "Ada apa Nana-si?" tanya Jaehyun,
Bibir Nana tersungging. "Aku mau mengajak Nora berkeliling kantor, kebetulan pekerjaanku sudah selesai," ucap Nana.
Mendengar itu Jaehyun langsung mengangguk, menyetujui ajakan Nana. Berhubung sebenarnya Jaehyun juga kasihan jika melihat Nora di ruangannya diam aja dan terlihat sangat bosan. Karena itu Jaehyun jadi kurang fokus dengan pekerjaannya.
"Bagaimana Wakil Direktur? Boleh?" tanya Nana.
Jaehyun mengangguk lagi. "Boleh. Begini saja, ini kartu kreditku kau bawa saja, dan ajak Nora untuk membeli sesuatu, dan kau bisa beli sesuatu juga pakai itu," ucap Jaehyun, lalu mengeluarkan dompet dari saku jasnya. "Aku menitipkan Nora padamu Nana-si. Ingat jangan ke tempat ramai hingga berdesak-desakan dan berisik. Oke?" Jaehyun menyodorkan kartu kreditnya ke Nana.
Nana mendengarkan Jaehyun dengan antusias. Wanita itu justru sudah bisa menemukan bayangan ke mana ia akan membawa Nora. "Siap Wakil Direktur!" balas Nana dengan semangat, lalu menerima kartu kredit Jaehyun.
"Ah iya, kau bisa menyetir bukan? Pakai mobilku daripada jalan kaki." Jaehyun buru-buru mengeluarkan kunci mobilnya dari saku celananya.
Diberi kartu kredit, dibawakan mobil. Nana sukses dibuat terpesona lagi, bukan karena uang atau kendaraan—tapi karena usaha Jaehyun untuk menjamin putrinya tetap aman dan terjamin . Nana terlena dengan sikap Jaehyun yang sangat bertanggung jawab itu.
"Apakah tidak apa-apa Wakil Direktur?" tanya Nana ketika sudah menerima kunci mobil Jaehyun.
"Tidak apa-apa, justru aku sangat berterima kasih. Aku bisa fokus menyelesaikan pekerjaanku, dan menitipkan anakku ke orang yang kupercaya. Maaf aku merepotkanmu, ini karena pengasuh Nora sedang sakit, aku tidak bisa sembarang menitipkan anakku. Jadi aku mengajaknya ke sini," ucap Jaehyun.
Nora memakai sepatu dan mengikat tali sepatunya sendiri. Gadis kecil itu tersenyum bangga ketika berhasil mengikat tali sepatu sendiri. "Ayah! Lihat!" Nora mengangkat kakinya ke depan, agar Jaehyun bisa melihat sepatu Nora.
Jaehyun mengacungkan ibu jarinya. "Pintar sekali, Sayang." Jaehyun tersenyum melihat Nora bisa mengikat tali sepatu sendiri, karena sebelumnya mengikat sepatu adalah hal yang paling rumit untuk dilakukan Nora. "Nora setelah ini pergi jalan-jalan dengan Nana ya? Ingat perkataan Ayah untuk tidak berlari sendiri, jangan jauh-jauh dari Nana, oke?"
"Baik Ayah!" Nora mengangguk dengan semangat lalu berlari mendekat ke arah Nana.
Melihat anaknya kembali semangat lagi, Jaehyun merasa lebih lega, dan kini ia bisa menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat. "Nana-si, terima kasih banyak," ucap Jaehyun.
"Ah, bukan apa-apa, Wakil Direktur. Aku akan menjaga Nora saat kau tidak ada," balas Nana, lalu menggandeng tangan Nora. "Kami pergi jalan-jalan dulu Wakil Direktur—Nora ayo bilang, bye-bye Ayah selamat bekerja!"
"Bye-bye Ayah selamat bekerja!" ucap Nora sambil melambaikan tangannya ke Jaehyun dengan riang.
Jaehyun membalas lambaian tangan Nora, dan tersenyum lebar. "Bye-bye!"
Nana melihat Jaehyun yang sedang melambaikan tangan ke Nora dengan perasaan campur aduk. Ada rasa senang, terharu, juga sedikit sedih. Melihat Jaehyun yang bekerja keras banting tulang sampai seperti ini, hingga membawa putrinya ke kantor padahal pekerjaannya sangat banyak.
Selamat bekerja, Jung Jaehyun ..., batin Nana.
***
Ny.Min Notes:
Gimana dengan chapter ini?
Makin meresahkan yaaa Papah Muda..
Jadi pengen cepet-cepet disahkan jadi Ibu Tiri..
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro