Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

16. Satu Langkah

Kara serius menatap layar laptop barunya yang dibelikan Rangga untuk mendukung pekerjaannya sebagai penulis. Sebenarnya Kara tak enak hati, ia tak ingin Rangga memberikan banyak hadiah, terlebih hubungan mereka belum sah terikat pernikahan. Namun, Rangga memaksa. Laki-laki itu beralasan ingin mendukung Kara dengan segenap yang ia bisa.

Kara semakin bersemangat menuliskan ide demi ide dan menuangkan dalam sebuah cerita. Ia sadar diri karyanya masih jauh dari sempurna, tapi ia tak menyerah untuk terus meningkatkan kemampuannya. Ia mengikuti kelas menulis online dan banyak belajar dari penulis-penulis senior yang lebih berpengalaman.

Kara memutuskan untuk menekuni pekerjaannya sebagai penulis di platform online. Ia merasa platform menulis lebih bersahabat dan mau memberikan kesempatan untuk penulis amatir sepertinya. Ya, Kara selalu merasa amatiran meski karya-karyanya sebenarnya sudah bagus dan layak untuk bersaing.

Maemunah bangga melihat perubahan Kara yang semakin hari semakin baik. Gadis itu tak lagi banyak rebahan dan bermain ponsel. Ia sibukkan diri dengan menulis bahkan cukup sering ia meminta diajari memasak. Maemumah tersenyum puas, Rangga adalah pria tepat yang mampu mengarahkan Kara untuk menjadi seseorang yang lebih baik.

Kara menghentikan aktivitasnya kala ada notifikasi email masuk ke inbox. Ia cek pesan itu. Berapa terkejut dirinya kala nama dan salah satu karyanya memenangkan penghargaan sebagai karya terbaik kedua di kategori romance. Yang membuatnya bertambah terkejut adalah ada nama "Mentari Senja", nama pena dari Salsabila. Meski tak menjadi pemenang pertama, Kara sangat bersyukur karena berhasil menjadi pemenang kedua. Di antara sekian banyak judul, judulnya terpilih, hal ini adalah anugerah luar biasa untuknya.

Kata terkejut saat Salsabila mengirimkan inbox di akun platform miliknya.

Selamat ya Kara, kamu menjadi pemenang kedua. Beruntung sekali, ya. Aku pemenang pertama dan kamu kedua.

Belakangan ini, Salsabila memang sering singgah ke karya-karyanya dan meninggalkan jejak komentar. Komentar-komentar Salsabila selalu berisi kritik dan Kara mampu menerimanya sebagai kritik membangun. Namun, ada beberapa komentar yang Kara pikir, itu sangat mengganggunya, semisal komentar-komentar yang mempermasalahkan cara Kara menggambarkan karakter tokoh. Ketika Kara menceritakan tokoh karakter yang lemah dan mudah down, Salsabila akan memprotes jika karakter tokoh itu harus tangguh dan menginspirasi. Padahal ini adalah bagian dari pengembangan karakter yang Kara ciptakan, dari gadis lemah bertransformasi menjadi gadis tangguh dan semua itu butuh proses. Banyak hal lain yang sebenarnya sepele juga diperdebatkan panjang oleh Salsabila, misal ketika Kara menceritakan tokoh cerita yang tengah memasak dengan menambahkan kemangi pada masakannya, Salsabila berkomentar jika memasukkan kemangi tidak cocok untuk balado disertai sederet pengalaman memasaknya.

Lebih jauh, Salsabila memulai masuk ke ranah media sosial. Ia mengomentari foto Kara yang tengah makan siang bersama Rangga dan Maemunah. Menurut Salsabila, Kara perlu belajar make up minimalis untuk mengimbangi Rangga yang tampak gagah. Sampai di sini, Kara merasa Salsabila aktif mengkritisi bukan hanya soal penulisan, tapi juga hal lainnya. Hal ini membuat Kara tak nyaman.

Entah, Kara merasakan aroma persaingan yang diembuskan Salsabila. Ia seakan bisa membaca jika Salsabila memang menyukai Rangga. Kara tak memikirkan lebih jauh. Yang terpenting hati Rangga benar-benar untuknya.

Hubungan Kara dan orang tua Rangga juga belum begitu baik. Mereka masih enggan memberikan restu. Satu lagi proses perjuangan yang harus Rangga dan Kara lalui. Tak mudah bagi Kara mengambil hati Irma. Segala pencapaiannya seolah tak dihargai. Bagi wanita itu, Salsabila tetaplah calon menantu terbaik.

Kara mendapatkan inbox kembali dari platform tempat ia menulis. Ia diundang untuk menghadiri acara Meet & Greet antar penulis di platform. Ia mendapatkan undangan spesial karena ia masuk dalam daftar pemenang lomba.

Di saat yang sama panggilan telepon dari Rangga mengagetkannya. Kara menerima telepon itu.

"Assalamu'alaikum, Mas."

"Wa'alaikumussalam, Kara. Kamu lagi apa?"

"Lagi ngetik aja, Mas. Mas Rangga lagi di mana?"

"Masih di kantor. Sebentar lagi ada meeting. Oya, nanti malam kita dinner, ya."

Kara terdiam beberapa saat, memikirkan gaun apa yang akan ia kenakan nanti.

"Kara, kamu mau, 'kan?"

Kara sedikit terkesiap. "Iya, Mas."

"Ya, udah nanti malam aku jemput, ya."

"Iya, Mas."

"I love you ...."

Entah kenapa setiap kali mendengar Rangga mengucap "I love you" ketika akan mengakhiri teleponnya, Kara selalu merasa bergetar. Pria itu begitu memperhatikannya. Sesibuk apa pun selalu memberi kabar, memanjakannya, perhatian dengan keluarganya. Hanya satu yang masih mengganjal, restu dari orang tua Rangga yang juga belum didapat.

"I love you, too, Mas."

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Kara kini bingung menentukan gaun apa yang akan ia kenakan. Sampai-sampai, Maemunah ikut membantu mencari dress Manda yang muat di badan Kara.

"Nah, dress ini kayaknya cocok. Elu pakai ini aja, ya. Nanti biar Emak yang dandanin. Gini-gini Emak ngerti cara make up minimalis tapi elegan dan segar." Maemunah meletakkan satu dress berwarna marun dengan rok sepanjang lutut. Bagian atas dress itu juga tertutup.

Kara memerhatikan dress itu baik-baik. Ia rasa pilihan emaknya tidak salah. Dress itu memang bagus, sesuai seleranya.

"Satu lagi pesan Emak. Selesai makan malam, Elu langsung minta diantar pulang, jangan mampir ke mana-mana. Terus kalau si duda itu nyosor minta nyium, elu kagak usah mau. Rugi kalau cewek belum sah dinikahin mau digrepe-grepe." Seperti biasa, Maemunah kerap nyerocos dengan nada pedas dan makjleb.

Kara menyipitkan matanya. "Nyosor minta cium? Pikiran Emak negatif mulu, Nih. Mas Rangga laki-laki yang baik, Mak. Dia bukan tipe laki-laki yang suka memanfaatkan kesempatan."

"Ya, kali aja. Soalnya dia duda udah menahun, udah lama. Takutnya ngebet. Emak pinginnya kalian cepat halal, biar ke mana-mana juga bebas. Sayang orang tua Rangga kok susah bener mau kasih restu. Kalau Emak kagak lihat keseriusan Rangga, Emak juga ogah besanan sama mereka. Bagi mereka, keluarga kita kagak lepel. Emak sebenarnya masih kesel sama kelakuan mereka. Tapi karena Elu cinta sama Rangga, ya Emak bisa ape?"

Kara mengembuskan napas. Suaranya tertahan. Kata-kata yang hendak keluar seakan terasa berat, sama beratnya ketika pikirannya terbelenggu pada satu kata "restu".

"Ya, sabar dulu, Mak. Semua butuh waktu. Nggak semudah itu memperjuangkan restu. Kara sama Rangga masih terus berjuang sampai detik ini."

"Ya memang harus sabar, tapi namanya hubungan harus ada kepastian mau berujung di mana." Maemunah kembali berceloteh. Rasanya ia butuh kepastian dan ketegasan dari calon menantunya. Ia tak mau jika hubungan yang dijalani Kara dan Rangga pada ujungnya akan berakhir tanpa kepastian.

"Nanti Kara akan coba bicara lagi sama Mas Rangga." Cuma itu yang bisa Kara katakan setiap kali Maemunah membahas rencana masa depannya bersama Rangga.

******

Malam ini Rangga mengajak Kara di salah satu restoran langganan keluarga Rangga. Kara tampil cantik dengan dress yang dipinjam dari Amanda dan bahkan kakaknya ini membantu memoles wajahnya dengan sapuan make up minimalis yang terlihat simple tapi tetap cantik dan elegan.

Rangga memesan beef steak dilengkapi dengan desert favorit Kara, puding buah. Makanan-makanan lezat itu menjadi pengiring perbincangan keduanya yang kian serius membahas masa depan hubungan mereka.

"Kara, aku sudah mencoba lagi bicara sama orang tuaku untuk segera melamarmu. Ayah Ibu bilang, mereka ingin berkenalan lebih dulu dengan keluargamu. Rencananya kami ingin mengundang kalian makan malam di rumah kami. Aku akan bicara dengan orang tuamu."

Kara terdiam sejenak. Momen ini yang ia tunggu, di mana keluarga Rangga bertemu langsung dengan keluarganya. Ia harap akan ada titik temu.

"Alhamdulillah kalau gitu, Mas. Ini yang aku harapkan, dua keluarga bertemu dan membicarakan hubungan kita ke depan."

Rangga menyunggingkan segaris senyum. Keluarganya ingin bertemu keluarga Kara dan mengundang mereka makan malam merupakan satu kemajuan untuk kelanjutan hubungan Rangga dan Kara. Rangga harap acara makan malam nanti berjalan lancar.

Bersambung

******

Hmm, gimana acara makan malam nanti ya? Keluarga Rangga bertemu dengan keluarga Kara.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro