bab 5
*
*
*
*
Sudah lebih dari 10 tahun, tepatnya 13 tahun Naruto menetap di Iwa. Ia memulai bisnisnya di sana, sebuah bisnis rumah makan. Ia juga mendirikan sebuah panti asuhan dan sebagai donatur tetap di beberapa panti asuhan disana. Hari ini dia akan menghadiri sebuah acara kelahiran putra kedua sahabatnya di sebuah hotel.
Matanya tak lepas memandang pemandangan kota Iwa pada malam hari. Sudah lama ia tinggal di sini, merintis usahanya dari nol, hingga sekarang dia sudah sukses.
Ia juga tak habis fikir, kenapa sahabatnya itu sampai ikut pindah ke sini, setahun setelah gadis itu lulus kuliah. Gadis Inuzuka itu juga merintis karir modelnya di sini.
Kota Iwa tak kalah besar dan maju seperti Tokyo dan Konoha. Walau Tokyo berada di ibu kota. Disini penduduknya juga sangat modern, walau masih memegang teguh adat.
" kita sudah sampai nyonya "
Naruto yang tersadar dari lamunannya bergumam. Ia kemudian keluar dan berjalan memasuki ballroom hotel.
Kaki berbalut sepatu hak tingi itu melangkah menuju sang pemilik acara.
" Hai "
Pria berkuncir nanas itu berbalik dan menatap Naruto yang cantik dengan balutan dress berwarna peach. Walau umur wanita itu sudah lebih dari 30an, tapi gadis itu tetap seperti Naruto yang ia kenal saat berusia 20an.
" kau lama "
Pria itu memberikam pelukan selamat datang.
" dimana istrimu ? "
Tanya Naruto setelah melepaskan pelikan Shikamaru.
" sebentar lagi datang... Itu dia "
Naruto menatap kearah dimana seorang wanita berambut coklat, yang tengah berjalan dengan menggendong bayi di tanannya. Bibirnya tersenyum lebar, saat sosok pria kecil tengah berlari kearahnya.
Ia meraih tubuh gembul duplikat Shikamaru itu ke gendongannya dan menghujaninya dengan ciuman.
" cepat menikah dan punya anak "
" dan kau lupa jika aku mandul "
Dentan tanpa beban Naruto menjawab omongan kiba, yang sekarang meringis karena tatapan tajam sang suami.
*
*
Naruto memutar bola matanya malas, melihat remaja disepannya yang hanya duduk dan menatapnya dengan lekat. Ia gerah juga mendapati tatapan tajam dari pemuda bersurai gelap itu.
" sebenarnya apa maumu, anak muda?..... Jika tidak ada yang penting, aku akan pergi "
Tentu saja dia kesal, saat ia barusaja keluar dari gedung US Corp, dia di hadang oleh sosok bocah yang sekarang malah diam. Bahkan bocah itu juga yang menyeratnya ke kantin kantor besar itu.
" ck.... kau mendengar aku bicara tidak sih? "
" kau tidak mengenaliku? "
Naruto menaikkan alisnya tak mengerti.
" ini aku mama ..... Menma "
Naruto tersedak kopi yang ia minum. Dia masih ingat riwayat kesehatannya kok. Walau seberapa banyak dia melakukan hubungan badan dengan pria, dia tak akan pernah bisa hamil. Walau sperma mereka memasuki miss Vnya, karena dia mandul. Dia tak memiliki rahim.
" otakmu miring yaa.... Mana mungkin aku punya anak "
Pemuda itu mengusak rambutnya kasar. Tangannya gatal ingin mengguncang tubuh mungil wanita di depannya. Umur sudah lebih dari 1/4 abad, tapi otak dan kelakuan masih sama saja saat wanita itu berumur 20an. Mulutnya ceplas-ceplos, seperti bibi Kiba.
" aku Uchiha Menma.... Pemuda tampan yang lahir dari rahimmu "
Naruto membulatkan mulutnya dan mengangguk. Ah.... Dia ingat pernah menjadi guru les pemuda di depannya.
" tapi ralat... Aku tidak pernah melahirkanmu "
" kau jahat sekali sih... Masak anak sendiri tidak diakui!! "
" yah... Tutup mulutmu "
Naruto mendelik. Ia menatap kesekelilingnya, dimana selurung orang yang ada di kantin melihat mereka. Ia bisa melihat banyak orang yang iba kepada Menma.
Pasalnya pemuda itu memasang wajah seperti barusaja dianiaya.
Naruto berbalik, menatap pada seluruh orang yang ada di sana. Memasang wajah bak kucing minta dipungut.
" apa kalian percaya jika wanita sepertiku sudah punya anak sebesar itu?...... Usiaku bahkan baru 33 tahun "
Seluruh wajah pria yang ada disana langsung memerah, bahkan beberapa sudah menjedukkan kepalanya pada apa saja yang terdekat agar mereka sadar, jika makhluk manis nan menggemaskan disana adalah salah satu bidadari tuhan yang nyasar di bumi.
Menma mendelik kearah seluruh pria yang ada di sana. Ya tuhan... Rahangnya bahkan hampir jatuh, melihat kelakuan Naruto.
" see... Mereka tidak percaya, begitupun juga aku "
" pokoknya yang penting aku adalah putramu.... Aku lahir dari rahimmu, walau bukan kau yang melahirkanku "
Pemuda itu menatap sendu kearah manik safire yang senada dengannya itu, sebelum kembali menunduk.
" bagiku... Kau adalah ibuku. Ma'afkan ke egoisan keluarga papa dan mama.... Karena permintaan konyol mama, kau.... Menderita "
Naruto menghela nafas, tangannya terulur mengusap surai gelap Menma.
" semuanya sudah berlalu... Jadi, jangan ingatkan aku. Aku sudah cukup berhasil membuang kenangan burukku dulu "
Menma mendongak dan membalas senyum Naruto dengan senyum lebar. Pemuda itu kemudian mengangguk.
" lalu, bagaimana kau ada di Iwa. Bahkan ini bukan hari libur atau tanggal merah. Ini juga masih jam sekolah "
Menma memalingkan wajahnya, setidaknya tidak menatap wanita di depannya. Jika dia ketahuan bolos dan menyelinap ke mobil sang papa yang ada urusan di cabang perusahaan di Iwa, bisa habis dia. Tangan Naruto turun dan menarik telinga pemuda didepannya.
" kau bolos.... Dasar anak nakal "
" Aakhh.... Sakit sakit "
*
*
Naruto mengusap wajahnya kasar. Ia barusaja bangun tudur saat bel apartemennya berbunyi. Ia kembali menutup pintu apartemennya, saat matanya melihat sosok pria yang berdiri di depan pintu.
" aish... Kemarin ketemu anaknya, sekarang bapaknya... Sebenarnya apa maumu sih... Aku kan sudah menjadi hamba yang baik, kenapa kau membuatku berurusan dengan mereka lagi "
Ia melihat kearah layar monitor yang berada di samping pintu. Dia masih bisa melihat sosok tampan bermarga Uchiha itu tengah memasukkan kedua tangannya ke saku jas yang pria itu pakai.
" tuh kan.... Kau kenapa membawanya kemari "
Ia kembali mendumel.
Ia merapikan rambut dan piyamanya yang acak-acakan, sebelum berbalik dan kembali membuka pintu apartemennya.
Ceklek ~
" ck... Lama sekali "
" kenapa kau kemari? "
Tanyanya ketus.
" ekhem.... Apa kau tidak akan menyuruhku masuk? Udara pagi terlalu dingin untuk ku "
Naruto mendengus.
" lalu kenapa kau datang pagi buta begini.... Masuklah " pasalnya ini masih pukul 5.00 a.m pagi.
Sasuke menatap datar kearah Naruto. Telinganya dengan jelas menangkap mata tidak senang di sana.
" jika tidak ikhlas, tidak usah "
Naruto menaikkan alisnya.
" ya sudah "
Saat pintu akan kembali di tutup, tangan Sasuke menahanna.
" jangan jangan... Aku masuk "
Akhirnya diapun masuk. Mengganti sepatunya dengan sandal rumah dan mengikuti langkah Naruto.
Apartemen itu tak terlalu besar atau terlalu kecil, dengan design simpel dan tata letak barang yang tepat.
" duduklah... Kopi? "
Sasuke menatap kesamping, dimana Naruto tengah menggelung rambut panjangnya. Memperlihatkan leher jenjang dan tengkuk halus berwarna tan. Shit.... Jakunnya naik turun. Pemandangan di depannya sungguh menggoda, apalagi dia sudah lama tidak melampiaskan hasrat biologisnya.
Srreett ~
" YAH !! "
Sasuke menarik tangan gadis itu, hingga tubuh depan gadis itu membentur dada bidangnya. Tatapan tajamnya menusuk menyelami manik safire di depannya. Sebelah tangannya merengkuh erat pinggang ramping itu.
" kau menghilang "
Naruto berdecih dan memalingkan wajahnya kesamping. Kedua tangannya berada di dada bidang Sasuke untuk memberi jarak antara tubuh depan mereka.
" itu bukan urusanmu "
" aku hampir gila karenamu "
Nuro menaikkan alis tak mengerti. Ia kembali menatap wajah Sasuke yang berjarak begitu dekat dengannya.
" kau membiarkan aku merasakannya sendiri "
Sasuke menurunkan kepalanya, hingga dahinya menumpu di pundak sempit Naruto.
" rasanya sakit.... Aku tertekan- "
" kau kenapa sih "
Tangan tan itu kembali mencoba mendorong tubuh besar itu. Tapi Sasuke malah merengkuh pinggang ramping itu semakin erat dengan kedua lengannya.
" ma'afkan aku..... Karena tangan ini kau terluka "
" yah,, Sasuke "
" ya... Terus panggil namaku, agar aku tau jika kau selalu ada di setiap waktuku "
" aish... Kau kenapa sih?"
" agar aku tau jika kau selalu memikirkanku "
" kau sudah tidak waras "
" kau merasakannya kan.... Jantung ini selalu berdetak tak karuan jika memikirkanmu "
Naruto terdiam saat tak sengaja tangannya merasakan detak jantung Sasuke yang berdetak cepat.
" aku merasakan itu sejak belasan tahun yang lalu.... Aku sekarat... Sendirian.... Tanpamu.... Aku menyesal "
" Sa- "
Tas
" aku mencintaimu.... Mencintaimu.... Aku mencintaimu Naruto "
Naruto terpaku saat pundaknya terasa basah. Apa pria itu menangis? Ditambah dengan pengakuan itu, itu membuat otak Naruto blank.
Sasuke mengangkat kepalanya. Bibirnya kembali mengutarakan cinta pada Naruto. Dengan senyum teduh dan mata yang menatapnya penuh cinta yang lembut. Saat itu juga bibirnya merasakan bibir Sasuke.
" menikahlah denganku "
Setelah 5 menit berbagi ciuman, Sasuke mengutarakan keinginannya. Ia menatap wajah wanita di depannya yang bersemu merah dengan nafas tersenggal.
" kau tau jika... Kau tak akan pernah punya anak jika kau menikah denganku "
Dengan kepala tertunduk Naruto mengatakan itu.
" aku tak perduli "
Kepala bersurai pirang itu terangkat menatap wajah tampan Sasuke yang tengah tersenyum lembut kearahnya.
" lagi pula kita sudah memiliki Menma... Dia putramu "
Naruto tertaqa miris. Menma memang tumbuh didalam rahimnya, tapi bukan dia yang melahirkannya.
" dia putramu "
" ya... Dia putraku dan dirimu "
Naruto kembali tertawa.
" kau- "
" itu yang kuyakini "
Tangan pria itu kembali membawa Naruto kedalam pelukannya.
" ma'afkan semua kesalahanku... Kesalahan keluargaku dan keluargamu "
" jangan bahas itu.... Aku muak "
Ia menciumi puncak kepala Naruto bertubi-tubi. Dia tau kesalahan keluarganya dan keluarga mendiang istrinya sangat besar, dan sepertinya itu sangat membekas di hati Naruto.
" lalu... Apa kau menerima lamaranku ?"
" hanya kau... Menma dan paman Fugaku "
Manik kelam itu menatap sendu sosok Minato yang berdiri terpaku dengan Menma di belakangnya. Keduanya tengah berdiri di pintu masuk apartemen Naruto yang terbuka separo.
Sebelum pintu itu tertutup oleh Naruto tadi, dia sempat melempar kunci apartemen Naruto keluar dan ditangkap oleh sang putra.
" ya "
Dan perkataan Naruto jelas mengatakan jika, wanita itu tak ingin mengenal kembali masalalunya.
" ya.... Kita akan di sini... Selamanya "
Dengan tegas dia mengambil keputusan. Dia akan mempertahankan cintanya. Dia akan menemaninya, mungkin perlahan-lahan dia akan memberi Naruto pengertian kembali. Agar wanita itu sedikit demi sedikit menghitangkan kemarahannya dengan keluarganya. Agar mereka bisa berkumpul kembali.
Dia akan berusaha.
*
*
" ma'af kakek.... Kita harus pergi dari sini "
" a-ah... Y-ya, kita harus pergi "
Pria bersurai pirang itu menutup pelan pintu di depannya dan berbalik pergi.
' ma'afkan ayah.... Naruto '
Punggung itu berguncanh pelan karena tangis, dan Menma hanya menatap datar kearah punggung kakeknya.
*
*
.
.
.
.
.
.
.
.
.
End
Nah ni no edit lagi.. Ma'af typo bertebaran...
Jangan tanya epilog, extra, atau sequel yaa... Dadah...
Bay... Bay ... Bow
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro