Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

bab 4


*

*

Menma menangis keras saat tidak mendapati Naruto datang. Dia sudah mnunggu selama dua jam, tapi gurunya itu tak kunjung datang. Neneknya Mikoto bahkan kualahan menenangkannya,  bahkan nenek dari pihak ibunya pun sama.

" Mikoto, telfon Sasuke agar cepat pulang... Aku takut Menma kenapa-napa "

Ia menatap sang cucu yang duduk di atas sofa tengah di tenangkan oleh Minato yang berjongkok di depan sofa, dimana sang cucu duduk.

Fugaku menghela nafas berat. Ia meraih tubuh sang cucu ke gendongannya dan membawanya keluar. Cari angin katanya.

" kita tunggu papamu datang, hn? "

" Naru-nee... Menma mau nee-chan..  Hiks "

Fugaku meringis... Mana mungkin Naruto bisa datang kemari, jika orangnya saja sudah pergi jauh.

Ia membawa sang cucu ke depan kolam ikan miliknya. Tangannya tak henti-hentinya mengelus punggung sempit sang cucu.

*

*

Sasuke berlari tergopoh-gopoh memasuki kediamannya. Ia mendapat panggilan dari sang ibu jika putranya tengah menangis hebat, saat ia sedang ada pertemuan penting dan orang rumah tidak ada yang bisa menenangkannya.

" ibu? "

" dia ada di samping rumah dengan ayahmu "

Ia kemudin menggeser pintu kaca samping rumah dekat ruang keluarga. Ia bisa melihat punggung sang ayah, tangan renta itu tengah mengayun-ayun tubuh putranya. Bahkan isak tangis Menma sudah terdengar serak dan tersenggal.

Ya tuhan... Berapa lama anaknya menangis.

" Menma? "

Menma yang sejak tadi menangis dengan kepala yang di cerukkan ke pundak sang kakek, mendongak. Ia menatap sayu kearah sang ayah.

" papa ~ "

Sasuke yang tak tega, meraih tubuh sang putra ke gendongannya. Fugaku yang merasa sudah tidak di butuhkan lagi, berbalik pergi, setelah memberikan tepukan di bahu sang putra.

Fugaku yang barusaja kembali masuk, mendapati istri dan besannya yang menatapnya ingin tau.

" jangan ganggu mereka dulu "

Pria paruh baya itu merebahkan punggungnya pada sandaran sofa di samping sang istri.

" anata ?"

" hn ?"

" bagaimana jika kita.... Kita hubungi Naru-chan ?"

Manik tajam yang semula tertutup itu terbuka, dan melirik kearah sang istri yang memandangnya dengan gugub.

" jangan ganggu dia.... Ini urusan keluarga kita dan itu tak ada sangkut pautnya dengan Naruto "

Ia menatap ke sofa di seberang, dimana sang besan berada. Tatapan datar itu menusuk kearah keduanya.

" kalian ingat.... Dia bukanlah keluarga kita..  Kalian sudah membuangnya, jadi jangan ganggu dia "

Ia kembali memejamkan matanya. Mengabaikan semua orang yang tengah tertunduh sedih di sana.

*

*

Sasuke mengelus punggung sempit sang putra yang tengah tertidur karena lelah menangis. Wajah itu masih memerah dengan mata bengkak, saat ia memindahkan tubuh gembul itu berbaring di kasurnya.

Ya tuhan.... Apa yang harus dia lakukan. Untuk saat ini da bisa menenangkan sang putra dengan membohonginya akan Naruto. Tapi bagaimana dengan esok, lusa, atau hari yang lainnya?

Ia meraih ponsel miliknya yang tergeletak di nakas samping tempat tidurnya. Dia akan menghubungi bawahannya untuk mencari Naruto. Kenapa tidak menelfon Naruto langsung? Karena ia tidak memiliki no telfon gadis itu.

" Jugo.... Aku ingin kau mencari gadis bernama Nam- maksudku Naruto... Cu- "

Sial... Dia hampir keceplosan memberi tau jika Naruto adalah cucu dari Senju. Ia tertawa miris.... Naruto bahkan tidak pertah dikenal jika gadis itu cucu dari senju, atau anak dari Namikaze.

Ya tuhan.... Sebenarnya bagaimana hidup naruto. Ia bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan Naruto dulu. Dihujani kasih sayang palsu, bahkan tak dianggap oleh orang tuanya.

" nanti aku kirim fotonya "

*

*

.... Flashback ....

Tangan tan itu mendorong pintu kamar milik Sasuke yang agak terbuka, saat matanya melihat sosok gadis dalam potret pernikahan dikamar itu. Baru dua hari dia mengajar Menma, dan sekarang dia menemukan rahasia tentang menantu kesayangan Uchiha.

" jadi kau menikah dengannya... Beruntung sekali kau "

Naruto memandang benci kearah potret sang gadis. Cih... Pantas saja bibi Mikoto tidak terlalu nyaman jika hanya berdua dengannya, jadi ini yang bibi Mikoto sembunyikan. Jadi Menma anak wanita itu? Tapi, jika hanya tentang siapa pendamping Sasuke, ia tidak percaya jika hanya itu yang bibi Mikoto sembunyikan. Pasti ada sesuatu yang lebih besar.

Setelah menutup kembali pintu kamar, tangannya merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. Seseorang yang dia percaya untuk mendapatkan informasi dari keluarga ini. Sesuatu yang di sembunyikan keluarga Uchiha dan keluarganya.

" Sika - "

*

*

Hari ke tiga dan ke empat,dia mengajar, dia di sibukkan dengan kemanjaan Menma yang jatuh sakit, karena kehujanan dengan sang ayah. Saat dia bertanya pria mungil itu menjawab jika, ia ingin main shower alami. Hingga melupakan panggilan dari Shikamaru yang sudah mendapatkan informasi yang Naruto inginnkan.

Saat ada waktu luang, akhirnya dia bisa menghubungi Shikamaru. Awalnya pria itu menutup-nutupi hasil penyelidikannya, tapi saat dia langsung mendatangi pria itu, pemuda Nara itu tak bisa lagi menyembunyikannya.

Alasan kenapa Shikamaru menyembunyikannya adalah, dia hanya takut jika Naruto akan down dan tertekan. Apalagi kenyataan tentang kehidupan Naruto yang ia ketahui sejak awal. Ia menyesal, kenapa tidak membakarnya saja sejak awal. Tapi jika dia melakukannya, maka bagaimana kelanjutan hidup gadis itu. Naruto hanya akan terus hidup dalam kubangan kebohongan, tanpa bisa keluar.

" aku harap kau bisa berfikir jernih "

Hanya itu yang bisa ia katakan sebelum berbalik pergi. Dia tak ingin melihat wajah terpuruk Naruto.

*

*

Hari kelima.... Apa yang ia duga benar, gadis pirang itu terpuruk. Naruto mengunci pintu apartemen yang gadis itu tinggali. Untung ia tak memberi tau Kiba, bisa marah kekasihnya jika tau bagaimana keadaan sahabat baiknya dalam keadaan yang buruk.

Pagi berganti siang, siang berganti malam. Waktu itu pukul 7 malam. Ia memutuskan kembali ke apartemen Naruto. Saat dia baru sampai di lorong dimana apartemen Naruto berada, ia dikejutkan dengan beberapa penghuni apartemen lain yang tengah mencoba mendobrak pintu apartemen dimana Naruto tinggal.

Kakinya otomatis berlari menuju kerumunan itu. Matanya melebar saat ia bertanya pada salah saru irang disana jika, mereka mendengar beberapa kali barang yang dibanting dan pecah. Apartemen yang di tinggali Naruto bukanlah apartrmen mewah, itu hanyalah apartemen sederhana tanpa ada kedap suara disana. Hingga tetangga yang ada di sebelah bisa mendengar suara keras yang di timbulkan oleh pemilik apartemen sebelahnya.

Shikamaru dibantu dengan beberapa pria untuk mendobrak pintu depan Naruto. Beberapa kali dobrakan kemudian, pintu itu terbuka paksa membentur dinding di dalam.

Shikamaru berlari menuju satu-satunya pintu yang ada disanya dan dengan kalap mendobraknya sendirian. Saat pintu itu terbuka dia bisa melihat bagaimana berantakannya kamar itu. Pecahan kaca, baik vas, bingkai foto dan cermin pada lemari atau meja rias, semuanya hancur. Bantal, selimut sudah tidak berada di tempatnya.

Kepalanya berputar mencari keberadaan Naruto, dan kakinya dengan hati-hati melangkah agar tidak menginjak pecahan kaca. Untung dia memakai sepatu, walau tipis. Manik kuacinya terpaku pada sosok gadis yang  menumpukan kepalanya pada kedua lututnya. Langkahnya bertambah lebar menuju gapitan antara lemari dan meja rias, dimana Naruto tengahmenekuk kakinya.

Tangan besarnya mengusab rambut pirang kusut itu dengan lembut. Saat gadis itu mendongak menatapnya, manik kuaci itu semakin menyendu. Gadis itu terpuruk, bahkan mungkinkebih buruk. Dia hancur.

" Sika~ "

Saat bibir itu mengucap namanya, dia langsung meraih tubuh gadis itu kearahnya. Memberinya sebuah kehangatan, menenangkannya dengan elusan di punggung ringkih itu dan bibirnya tak henti mengalirkan kalimat-kalimat menenangkan.Walau dia baru mengenal gadis kembali, tapi gadis inilah yang telah membuatnya tertarik dulu... Dulu sekali, saat mereka masih kecil. Sebelum sekarang dia menjadi kekasih sahabat gadis pirang itu.

" aku akan selalu ada di sini "

Tapi dia tak akan bisa memiliki gadis ini, karena hatinya sudah berpaling pada kekasihnya sekarang. Biarlah hanya dia yang merasakan peraraan itu sendiri, dan menguburnya. Sekarang mereka adalah sahabat, yang akan selalu ada di manapun keadaan yang mereka hadapi.

*

*

Hari ke tujuh, dengan keras kepala Naruto kembali membantah perkataan Shikamaru. Gadis itu kembali menjadi guru les Menma, walau telah mengetahui hal yang sebenarnya. Dan saat kekasihnya itu menelfon pukul 8 malam, perihal Naruto yang akan pergi ke Iwa, dia menggeram marah. Pasti ada sesuatu yang terjadi di kediaman Uchiha. Benar saja, tak lama kemudian ponselnya kembali bergetar dengan no Fugaku di dalamnya. Pria paruh baya salahsatu kolega ayahnya itu mengatakan semua apa yang terjadi. Pria itu juga yang membantunya mencari informasi tentang keluarga Namikaze-Senju, bahkan keluarga Uchiha.

Dan malam itu pula, gadis pirang itu terbang ke Iwa.

*

*

.... End Flashback ....

*

*

Naruto memandang kosong kearah bangunan-bangunan tinggi di luar kaca jendela apartemen barunya di Iwa. Sudah sebulan dia tinggal di sini dan memulai bekerja pada sebuah perusahaan milik Sabaku Rasa sebagai pegawai tetap.

Ia sudah lulus seminggu setelah dia hijrah ke Iwa, dari kampusnya. Untung sia memiliki otak encer, hingga bisa lulus lebih cepat dari yang ia perkirakan. Awalnya ia hanya ingin menjalani kuliah seperti biasa. Tapi setelah insiden itu, ia memilih mempercepat kuliahnya dan memulai hidup baru disini.

Drrrrttt Drrrrttt

Tangan tan itu meraih ponselnya yang berada di saku jinsnya. Bibirmya melengkung tipis melihat nama sahabatnya.

" ada apa? "

" kau lupa mengirimiki pesan hari ini "

" ma'af aku lupa "

Suara di seberang terdengar mendengus.

" ingat.... Jangan berani ke club malam dengan Gaara lagi "

Naruto meringis. Ia ingat pernah mengirimi Kiba foto dia dan Gaara yang tengah berada di salah satu club malam di sana. Tapi waktu itu saat tubuhnya terpengaruh dengan alkohol yang dia minum. Jangan salahkan dia yang mengirimkan gambar nista itu, karena dia sedang mabuk, begitu pula dengan Gaara. Akhirnya mereka di seret pulang oleh Temari, kakak tertua Gaara.

" hn "

*

*

.

.

.

.

.

.
Tbc

No edit... Ma'af jika banyak typo..

Ma'af lagi ya say kemaren" aq sibuk.. Sibuk cari kerja lagi.. Apalagi kemaren baru interview.. Mungkin kedepannya aq bakal makin sibuk ... Jadi aq minta ma'af banget jika mengecewakan... Doa in moga" kerja aku lancar, biar lancar juga otaknya jadi lancar nulisnya... Hehe

Bay... Bay... Bow

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro