bab 3
*
*
Mikoto memandang kaget kerah Naruto yang baru saja datang. Pasalnya gadis itu memandang datar ke arah dimana sebuah foto besar seorang gadis yang terletak di nakas kaca, dengan guci marmer ber ukir bunga skura di depan foto itu. Dan ia juga tau, alasan apa hingga Naruto sangat membenci sosok gadis di foto itu.
" ternyata dia sudah mati.. Sukur lah "
Dengan santai Naruto berucap.
Sasuke yang mendengar apa yang dikatakan Naruto, maju. Dengan wajah yang mengeras dan hati yang panas, ia melayangkan tamparan pada sosok gadis yang sudah menghantui setiap malamnya.
Wajahnya berpaling, dengan cap merah di pipi kiri. Sudut bibirnya sobek dan terlihat darah yang mengalir disana.
" kau! Tak ber hak mengatakan itu "
Naruto terkekeh.
" jadi... Kau suaminya? Ckck... Kasihan sekali "
" tutup mulutmu "
" urusanku bukan dengan mu "
Naruto menatap tajam kearah Sasuke yang menatapnya dengan bengis. Ia beralih menatap kearah dimana kakek, nenek, paman, bibi dan pasangan Namikaze di depannya.
" ku kira nenek tulus menampungku selama ini.... Ternyata tidak. Bahkan paman dan bibi tidak tulus menyayangiku.... Semuanya bullshit "
Naruto kembali menatap Sasuke yang berdiri di depannya.
" dan kau, kau juga pasti komplotan mereka bukan?! Brengsek ..... KENAPA KALIAN TIDAK MATI SAJA !! "
" kau "
Tap
Tangan Sasuke kembali terangkat, tapi sayang tangannya telah di tahan oleh ayahnya.
" ayah "
" kau, tak pantas memukulnya "
Sasuke menatap sengit sang ayah yang memasang badan di depan Naruto.
" kenapa!! Dia sudah kurangajar pada kita, dia- "
" kau... Tak tau apa-apa "
" Naru-chan "
Sosok berambut merah sang nenek bergerak maju.
" kembali ketempatmu... Nyonya "
Mito memandang kaget kearah Naruto yang sudah tertutupi kabut emosi. Seluruh orang disana menatap sendu kearah Naruto yang berdiri di belakang Fugaku.
" kalian tau,, apa yang kalian lakukan sudah menghancurkan hidupku. Dan itu karena tanganmu Nyonya Senju "
" waktu itu aku masih 14 tahun. Bayangkan, kau mengangkat rahimku hanya untuk memberikannya pada gadis pesakitan itu?! Dimana hatimu.... Aku juga keponakanmu "
Senju Tsunade sudah menitihkan air matanya. Sungguh, setelah operasi yang di lakukannya sendiri untuk mengangkat rahim milik Naruto 7 tahun lalu, tangannya tak berhenti bergetar hingga sekarang karena rasa bersalah. Bahkan dia sudah tidak lagi bekerja sebagai dokter, sejak saat itu.
" tunggu... Apa maksudmu? "
Sasuke yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara, saat ia mendengar kemarahan Naruto.
Dengan seringai mengejeknya, Naruto berjalan mendekat kearah Sasuke.
" ternyata kau dibodohi banyak orang, pintar sekali. Kau tau, dia - "
Menunjuk foto mendiang istri Sasuke.
" karena keegoisannya, mereka- "
Menenjuk seluruh orang di belakang Sasuke, kecuali Fugaku.
" mengangkat rahimku, hanya untuk Naruko bisa memiliki anak dengan mu. Dimana otak mereka, aku juga anak mereka. Tapi semuanya berpusat pada gadis pesakitan itu... Kau pikir bagaimana kehidupanku dulu? Di telantarkan, tak dianggap, bahkan mereka tak merasa jika memiliki anak lain. Bahkan kakek dan nenekku, lalu paman dan bibiku yang ku anggap tulus dan lebih baik dari kedua orang tua ku-pun... Sama.. Mereka hanya baik karna menginginkan sesuatu dariku, bahkan ibu dan kakekmu juga. Mungkin kau juga "
Waktu itu Naruko mengalami kerusakan rahim, hingga harus di angkat.
" pikir dengan otak dan hatimu, bagaimana kelanjutan hidupku. Aku tak akan pernah bisa memiliki keturunan, bahkan dari pria yang akan menjadi suamiku nanti. Itupun jika ada yang mau denganku. Siapa pria yang mau menikah dengan wanita mandul sepertiku..... Menurutmu, bagaimana hancurnya diriku saat mengetahui kenyataannya seminggu yang lalu... Hidupku hancur, bahkan sebelum aku memulainya. Masa depanku gelap dan mungkin akan selalu seperti itu "
Sasuke menatap tak percaya kearah Naruto. Mata gadis itu sudah memerah. Ia tau... Gadis di depannya tidak berbohong, jika dia menatap sorot mata gadis itu.
" lihat... Aku di buang keluargaku sendiri. Dulu mereka bisa tertawa, tapi sekarang.... Aku yang tertawa. Aku berterima kasih pada kami-sama, telah mengambil nyawanya "
" cukup Naruto, dia kakakmu "
Naruto beralih menatap Minato -selaku ayahnya- yang berada tak jauh di sana.
" dan dia sudah mati, membusuk di neraka... Dan ingat ini tuan Namikaze, aku Naruto.... Ingat, hanya Naruto. Gadis yatim piatu, yang hidup sebatang kara "
Naruto mundur selangkah. Ia kemudian membungkuk 90° kearah keluarganya.
" terima kasih telah melahirkan dan merawatku "
Ia berbalik dan tersenyum tulus kearah Fugaku yang tengah memandangnya lembut.
" terima kasih telah membantuku paman "
Tangan besar itu terangkat mengelus surai pirang milik Naruto.
" apapun untukmu sayang "
Naruto-pun beranjak pergi, tapi bari 5 langkah, ia di hentikan dengan suara sang bibi.
" t-tunggu Naru-chan, b-bibi sudah mendapatkan rahim untuk mu. B-bibi - "
Tanpa berbalik, ia menjawab.
" aku tidak membutuhkannya... Ha'ah, berikan saja pada yang lebih membutuhkan. Aku sudah tak ingin berurusan dengan kalian "
" Naru ~ "
Setelah mengatakan itu, Naruto akhirnya benar-benar pergi. Meninggalkan para wanita yang tengah menangis tersedu di tenangkan oleh pasangan mereka masing-masing.
" aku sudah memperingatkanmu koi "
Mikoto malah semakin menangis mendengar penuturan sang suami. Ia menatap kedepan dimana sang putra berada. Pria itu tak kalah terpukulnya dengan kejadian itu.
" Sasu- "
" aku ingin istirahat "
Sasuke berjalan gontai menuju kamarnya di lantai dua. Dia ingin menenangkan diri. Memeluk tubuh gembul sang putra sepertinya ide yang bagus.
Acara peringatan kematian mendiang istrinya hancur total.
Cklek~
" papa "
Sasuke mendongak, ia mendapati Menma yang tengah berlari kearahnya. Dengan senyum yang dipaksakan, ia tersenyum kearah sang putra. Berharap bisa mengelabuhi sang putra.
" Kenapa belum tidur? "
Ya... Upacara peringatan kematian itu memang diadakan malam hari, dan kedatangan Naruto tadi tidak pernah di prediksi oleh semuanya. Karena yang ia tau, gadis itu sudah pulang setelah mengajar belajar sang putra.
" Menma ingin tidur dengan papa "
Menma menarik tangan sang ayah menuju ranjang besar di tengah kamar. Merekapun duduk berhadapan diatas kasur.
" Oh iya, tadi sensei lupa membawa penanya... Ini "
Menma merogoh saku celana piyamanya dan memberikan sebuah pena berwarna orange dengan ukiran nama Naruto di atasnya.
Sasuke sendiri meraih pena itu dan mengeja nama gadis yang sudah ia tampar tadi.
" biar Menma yang mengembalikannya besok... Besok masih hari jum'at, jadi sensei masih mengajar Menma "
Sasuke meremas pena yang ada di tangannya. Sakit rasanya mendengar celotehan riang sang anak tentang Naruto. Bahkan dia tidak tau apakan gadis itu masih sudi menginjakkan kakinya di rumahnya. Apa lagi dia baru saja memberi tamparan pada pipi tan itu.
" hn.. Kita akan kembalikan "
Ia meraih tubuh gembul itu ke pelukannya.
' jika kita bertemu dengannya... Lagi '
Sebuah harapan yang ia buat bersamaan dengan tangisnya yang keluar. Hatinya sakit saat mengingat bagaimana ia mengadili gadis itu tanpa mendengar penjelasannya dulu. Ia kecewa pada keluarganya, terlebih pada mendiang istrinya.
Apa lagi gadis itu pergi sebelum mengetahui bagaimana perasaannya. Perasaan yang ia pendam selama ini, dan ia baru mendapat kejelasan jika itu cinta, beberapa hari yang lalu. Saat hatinya berdebar dan rasa senang saat melihat gadis itu ada di sekelilingnya.
' aku mencintaimu... Ma'af '
Karena dibutakan amarah, ia ringan tangan hingga melukai gadis itu.
*
*
" Naru kau yakin? "
" hn "
" ayolah Naru... Kau bisa bertahan disini kan "
Kiba memandang kesal kearah Naruto yang tengah mengepak barangnya ke dalam koper.
" ayolah sayang... Aku ingin merantau, mencoba peruntungan di sana "
Kiba mendengus.
" iya kalau sukses. Bagaimana jika kau justru menjadi gelandangan disana? "
" kau mendoakanku menjadi gelandangan?! Teman macam apa kau "
Naruto mendorong kopernya ke dekat pintu apartemennya dengan kaki. Tangannya sibuk mengecek tiket pesawat miliknya.
" Yah, tentu saja tidak. Tapi- "
Naruto mendekat dan memegang pundak Kiba yang tengah dusuk di pinggir ranjang.
" kau hanya perlu berpikir, jika aku baik-baik saja "
" bagaimana bisa seperti itu.... Kau harus mengirimiku kabar dan foto mu, agar aku tau keadaanmu... Dan itu tiap minggu... Tidak, tiap hari "
Naruto memutar bola matanya bosan.
" kenapa tidak tiap jam saja sekalian "
" ide bagus "
Naruto mendelik.
" sudahlah, aku harus bergegas "
" ku antar.... Shikamaru sudah menunggu di bawah "
Kiba menarik tangan Naruto berjalan keluar. Walau Kiba adalah sosok gadis yang semaunya, apa lagi saat bicara ceplas-ceplos, tapi dia adalah sahabat terbaik yang Naruto punya. Yang selalu mendampinginya disaat suka maupun duka.
*
*
....flashback....
Shikamaru menatap nanar kertas putih di tangannya. Di dalam kertas tertulis semua kebenaran tentang operasi yang pernah dilakukan Naruto 7 tahun yang lalu.
Sebuah operasi pengangkatan rahim.
Dia mendapatkan informasi itu dari Kabuto, selaku orang terdekat Naruto. Kabuto adalah satu-satunya orang yang menyayangi Naruto dengan tulus. Dia bekerja sebagai dokter kandungan di rumag sakit milik Namikaze.
Dia juga menyayangkan operasi itu, karena Naruko yang menginginkan anak dan rahim Naruto cocok dengan Naruko, untuk menggantikan rahim Naruko yang rusak.
Shikamaru menghela nafas berat, ia membuka laci meja belajarnya dan menyimpannya ke dapam laci.
Ia memutuskan memberikannya nanti...m dan itu entah kapan. Ia tak sanggub melihat kehancutan diri sahabat kekasihnya.
..... End flashback.....
.
.
.
.
.
.
.
.
...
Tbc
Mian nggak bisa bls coment kemarin....
Nah disini udah jelaskan masalahnya apa... Dan apa yang di baca Naru kemarin...
Di runggu like, coment dan kritiknya.....
Bay.... Bay..... Bow
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro